Apps4God

Submitted by admin on Fri, 05/27/2016 - 12:00

"Kebutuhan gereja perlu selaras dengan berbagai masa, mengikuti zaman atau mati." "Jika kita tidak bertemu dengan orang-orang di mana mereka berada, maka misi tidak akan terjadi." "Teknologi adalah bahasa yang paling dipahami oleh generasi berikutnya." Apakah Anda pernah mendengar pernyataan seperti itu? Pernyataan-pernyataan tersebut bisa menjadi mengena ketika diucapkan oleh orang-orang yang bermaksud baik, terutama ketika benar-benar terjadi badai perubahan yang melanda dunia. Teknologi ada di mana-mana. Tidakkah gereja perlu menggunakannya agar terus bertahan hidup? Yah, tidak juga. Saya ingat pertama kali saya masuk ke America Online pada tahun 1992-an. Itu terjadi di komputer IBM orangtua saya, melalui modem yang terputus setiap kali telepon berdering. Sedikit yang saya ketahui bahwa saya tengah bertumbuh di tengah transisi sosial terbesar sejak mesin cetak Gutenberg. Di sekitar perubahan epik ini, pusaran perang pandangan dunia telah menjebak gereja "tradisional", di antara penjaga tua "modern" Pencerahan dan garda depan baru "post-modern" Romantisisme. Di tempat kakek berdiri dan menyanyikan lagu-lagu pujian dari sebuah buku dari percetakan, bangku-bangkunya akan cenderung lebih kosong dari yang akan diingat orang. Anak-anak kian jarang, dan usia 20-an adalah orang-orang yang "tidak pernah datang ke gereja". "Mungkin karena kita tidak memiliki teknologi dalam gereja ...." Yah, tidak juga. Gereja tinggal menuju Hari Akhir dari Paskah abadi, tetapi sampai saat itu gereja ditandai dengan Salib Jumat Agung dari Kristus. Satu-satunya hal di bawah matahari yang berubah adalah gaya di mana kita mengukir berhala kita, biasanya berupa gambaran kita, tetapi tanpa salib. Tadinya, berhala terbuat dari batu dan emas. Saat ini, berhala adalah tekstil, injektor bahan bakar, dan gigabyte. Namun, di mana Anda menempatkan harapan Anda, itulah berhala Anda. Untuk alasan ini, kita harus waspada. Untuk mengajarkan bahwa gereja harus memperkenalkan teknologi baru atau mati, berarti mengajarkan bahwa kita masih memerlukan lembu emas. Apakah jawabannya adalah membenamkan kepala kita ke dalam pasir? Pura-pura bahwa listrik akan lenyap? Menganggap digitalisme buruk dan berbahaya? Mundur ke ikono (tekno) klasme (sebuah gerakan memusnahkan ikon atau gambar-gambar (seni) religius yang dihormati, khususnya dalam Gereja Kristen Ritus Timur - Red.)? Yah, tidak juga. Lebih dari perubahan tekno atau pergeseran filosofi, krisis generasi kita pada saat ini bisa dialamatkan pada amnesia. Kita telah melupakan cinta pertama kita: doktrin-doktrin -- pengajaran -- dari Tuhan kita. Allah telah mengajarkan kita bahwa teknologi-Nya tentang teknologi sudah berada dalam teologi-Nya tentang penciptaan, umumnya disebut sebagai Prinsip Pertama. Bunyinya seperti ini: Allah menciptakan alam semesta (rumah, keluarga, istri, anak-anak, barang/benda, dan hewan) yang semuanya baik. Namun, puncak awal dari penciptaan, Adam, menyuntikkan muatan negatif ke setiap atom. Penciptaan dipelihara oleh Allah dalam kebaikan, tetapi juga penuh onak dan duri, rasa sakit/kesusahan dan tirani/kelaliman, penipuan dan kematian. Meski pada awalnya baik, tetapi ciptaan itu tidak lagi secara otomatis baik, dan segala sesuatu tidak pernah selalu baik untuk semuanya. Hal-hal yang baik dapat digunakan dalam cara yang buruk. Thinner tidak baik untuk diminum. Susu buruk bagi tangki bensin Anda. Alam semesta tidak netral. Sebaliknya, ia memiliki tingkatan, tujuan, dan rancangan. Teknologi pada dasarnya tidaklah buruk, atau baik, atau netral. Teknologi adalah alat. Itu dapat digunakan dan disalahgunakan, tetapi itu akan selalu disalahgunakan ketika kita menjadi terlalu tidak sabar untuk mengetahui perbedaan-perbedaan, cukup bodoh untuk menganggap bahwa teknologi selalu netral, atau tidak cukup beriman untuk percaya bahwa itu dapat menyelamatkan, baik orang ataupun gereja. Salah satu karunia Roh adalah kesabaran. Gereja Roh Kudus tidak akan tergesa-gesa untuk menyesuaikan diri "dengan pola dunia", tetapi akan diubahkan dalam pikiran Kristus: dalam pengajaran Kristus. Gereja Yesus tidak akan mati, tetapi hidup, dan ia akan hidup dengan melestarikan ajaran-Nya melalui dengan menyaksikannya. Untuk melakukan itu, masih belum ada alat yang lebih baik daripada Kitab Suci dan Pengakuan iman Lutheran kita, baik yang dikembangkan di era teknologi-teknologi baru maupun perubahan sosial mereka sendiri, tetapi keduanya membawa satu pesan yang jelas dan tidak berubah: semua pembenaran dan pembebasan secara keseluruhan dari semuanya adalah di dalam Kristus, melalui iman. Dapatkah alat komunikasi yang baru akan digunakan untuk jadi saksi untuk hal itu? Tentu saja. Apakah berdiri atau jatuhnya masa depan gereja (atau dari jiwa tunggal satu jiwa yang diselamatkan) tergantung pada seberapa cepat kita mengadopsi alat ini baru? Tentu saja tidak. Tujuan Tuhan kita dalam pemilihan akan terjadi, dengan atau tanpa kita. Yang jauh lebih mendesak adalah apakah kita benar-benar ingin bangun dari amnesia kita, untuk mengingat dan menerima jalan sepi dari kemurnian doktrin. Apakah kita akan teguh meskipun itu berarti memikul salib? Akankah kita menyerahkan alat-alat ciptaan kita kepada jawaban terhadap Tuhan kita atas pertanyaan-Nya sendiri, "Menurutmu, siapakah Aku ini?" Karena jika kita lupa bahwa jawaban-Nya adalah misi kita; jika kata-kata, filosofi, dan berhala kita sendiri membawa kita bukan untuk menempatkan harapan kita, baik dalam teknologi maupun penolakannya, semua teknologi di dunia tidak akan menghentikan teguran: "Enyahlah Iblis ... sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia". Ajaran/Prinsip Pertama mengagumkan, tetapi tidak akan pernah menyelamatkan gereja. Hal itu malah akan mengajarkan kita untuk bertobat dan memercayai Injil murni. Hari ini. Besok. Selama-lamanya. Bagian kedua dari Ajaran/Prinsip Kedua ini, dan akan selalu, menjadi satu-satunya harapan kita. Tepat. (t/N. Risanti)

Pdt. Jonathan Fisk adalah pendeta di Gereja St. John Lutheran di Springfield, Pa, dan pengarang dari "Worldview Everlasting" (worldvieweverlasting.com), sebuah blog yang menyajikan video-video YouTube dwimingguan yang ramah bagi kaum awam, tentang pengajaran iman. Diterjemahkan dari:

Nama situs: The Lutheran Church Missouri Synod

Alamat URL: http://blogs.lcms.org/2011/the-view-from-here-the-wind-is-never-neutral-2-2011

Judul asli artikel: The View from Here: The Wind Is Never Neutral

Penulis artikel: Rev. Jonathan Fisk Tanggal akses: 23 Mei 2016