Ada banyak hal dalam Alkitab -- catatan tentang geografi dan peperangan yang sudah lama berlalu, lapisan makna dari bahasa Yunani dan Ibrani, ide-ide yang saling bertentangan, tokoh-tokoh sejarah penting. Pada konferensi BibleTech minggu ini, lebih dari 130 pendeta, programmer, dan ahli teologi dari hampir setiap denominasi berkumpul untuk mendiskusikan tentang, di antara isu-isu yang lain, bagaimana menggunakan pembelajaran mesin dan data set yang kaya untuk mengekstrak, mereferensi silang, dan membawa makna-makna baru ke dalam Alkitab.
Acara ini diselenggarakan di Seattle oleh Faithlife, sebuah perusahaan yang berkantor pusat di Bellingham, Washington, dengan 400 karyawan yang menawarkan lebih dari 130 ribu buku digital tentang iman dan penerjemahan Alkitab serta Logos, perangkat lunak pembaca Alkitab buatan mereka sendiri untuk mempelajari tentang iman dan teologi.
CEO Faithlife, Bob Pritchett, mendirikan perusahaan tersebut, yang dahulunya dikenal sebagai Logos, 28 tahun yang lalu. Pada waktu itu, Pritchett telah bekerja sebagai seorang programmer di Microsoft yang sedang mengerjakan Windows 3.1 dan proyek-proyek lain sambil mengembangkan perangkat lunak Alkitab di ruang bawah tanah rumahnya. Saat ini, perusahaannya menempati posisi ke-18 di GeekWire 200, indeks perusahaan startup teratas di Barat Laut Pasifik.
Faithlife juga menawarkan perangkat lunak yang dirancang untuk gereja, termasuk sebuah sistem untuk mengelola kartu kredit, daripada uang tunai, selama ibadah, layanan hosting web, dan perangkat lunak presentasi serupa PowerPoint yang dirancang untuk ibadah gereja.
"Konferensi BibleTech saat ini sudah memasuki tahun keenamnya dan sekitar setengah dari semua yang hadir biasanya merupakan programmer," kata Pritchett.
Judul-judul seminar pada tahun ini mencakup: Masa Depan Pinggiran Alkitab, Menandai Makna, Bukan Sekadar Bentuk, Urun Daya untuk Alkitab pada Zaman Dahulu dan pada Masa Kini, dan Alexa, Apa yang Alkitab Katakan? Bagian lain mendiskusikan bagaimana pembelajaran mesin bisa digunakan untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa dunia yang sedang sekarat, yaitu bahasa-bahasa yang hanya dituturkan oleh beberapa ratus orang.
Dalam sebuah presentasi berjudul Memetakan Dunia Teologi, Direktur Inovasi Konten dari Faithlife, Sean Boisen, mendiskusikan usaha-usaha dari timnya untuk membangun berbagai database teologis yang dapat mengekstrak dan mereferensi silang informasi. Beberapa yang tercakup dalam berbagai data set tersebut adalah perkataan dan bagian-bagian penting dalam Alkitab, pengetahuan historis, tokoh-tokoh penting dalam sejarah kekristenan, garis waktu peristiwa-peristiwa di dunia, garis waktu peristiwa-peristiwa dalam Alkitab.
Boisen menunjukkan sebuah alat baru untuk mengeksplorasi doktrin kekristenan yang disebut Lexham Systematic Theology Ontology (LSTO) (Ontologi Teologi Sistematis Lexham), yang mereferensi silang sebanyak 234 konsep teologis dengan berbagai data set lainnya. Ditambah lagi, datanya bisa divisualisasikan: Boisen memproyeksikan sebuah "pohon ide" yang menyerupai peta kereta bawah tanah, saling menyambungkan untaian-untaian pemikiran teologis.
"Kita sedang melihat bangunan sumber bahan yang memperlapiskan informasi di atas teks Alkitab, sebuah sistem referensi silang yang menyeluruh," kata Boisen, menambahkan bahwa tujuannya adalah untuk "meledakkan buku-buku itu ... memotong-motong buku-buku itu menjadi potongan-potongan kecil dan membuatnya dapat diakses dalam cara-cara yang baru."
Dalam sebuah presentasi berjudul Melihat Masa Depan: Memeriksa Kecepatan Glasial Keterlibatan Digital, Kenny Jahng, salah satu pembawa acara podcast Future.Bible, merekomendasikan supaya gereja-gereja menggunakan teknologi dalam cara-cara praktis untuk terhubung dengan jemaat. Cara yang dimaksud itu mencakup podcast, siaran langsung secara streaming, studi Alkitab daring, bahkan Gereja VR, tempat orang-orang berperan sebagai avatar dan berinteraksi satu sama lain.
Jahng mengatakan bahwa gereja-gereja perlu menyebarkan metode-metode ini untuk berkoneksi dengan jemaat yang terbiasa mengonsumsi informasi kapan pun mereka mau. Seperti halnya sekarang orang-orang tidak perlu duduk di depan TV pada waktu tertentu untuk menonton acara kesukaan mereka, dia mengatakan bahwa banyak jemaat tidak terbiasa dengan gagasan untuk duduk di bangku gereja secara rutin untuk mengikuti ibadah Minggu pukul 9.
Saat ini, terdapat lebih dari 1.000 "aplikasi renungan" yang tersedia untuk diunduh, sebagian besar untuk ponsel pintar, katanya. Dan, Alkitab digital YouVersion telah diinstal sebanyak 370 juta kali sejauh ini.
Seperti halnya dengan industri teknologi, beberapa penerapan dari media-media ini kaku dan usang, katanya. Dia menunjukkan, sebagai contoh, bahwa dia pastinya tidak akan menyanyi selama 30 menit di rumahnya pada waktu menyaksikan siaran streaming ibadah di gereja. Jahng mengatakan bahwa podcast, gereja virtual, dan ibadah-ibadah daring lainnya berisiko menjadi trivial dan remeh.
"Kami sudah mengurangi segala sesuatu menjadi apa yang saya sebut McNuggets Alkitab," katanya.
Meski demikian, Jahng mengatakan, teknologi berbasis iman bisa menjadi cukup efektif, khususnya pengunaan-penggunaan teknologi yang dimulai dengan terhubung secara daring dan berujung pada pertemuan dalam kelompok-kelompok kecil secara pribadi. Penggunaan teknologi menjanjikan lainnya: Mengirimkan berita atau tulisan yang mendorong orang-orang untuk berinteraksi dengan iman mereka sepanjang minggu. Jika digunakan secara terampil, teknologi dapat melahirkan pemahaman iman yang lebih dinamis dan hidup daripada, bilang saja, ibadah gereja rutin -- pengalaman keilahian dibandingkan dengan sekadar belajar tentang Yesus, katanya.
"Peranan pendeta di banyak gereja ditiadakan," kata Jahng, menambahkan bahwa teknologi "mendemokratiskan bukan hanya akses kepada satu sama lain, tetapi juga kepada Kristus."
Faithlife, penyelenggara konferensi ini, berkantor pusat di Kirkland, Washington, sampai 2011 saat perusahaan tersebut pindah ke Bellingham, tempat sekarang perusahaan ini memiliki kampus dengan lima bangunan di pusat kota.
Platform penerbitan digital Faithlife melayani semua denominasi Kristen dan beberapa pembaca Yahudi juga. Menyediakan beragam judul berbasis iman semacam itu secara alamiah membawa komplain dan kontroversi di antara para pelanggan. Pritchett, sang CEO, mengangkat bahu.
"Kami suka bercanda bahwa kami adalah penjual senjata dalam peperangan teologis," katanya.
Dengan konferensi-konferensi dan penawaran-penawarannya yang lain, Pritchett mengatakan bahwa Faithlife ingin menolong orang-orang belajar tentang iman mereka, bukan mengendalikan eksplorasi mereka.
"Anda pasti tidak menginginkan perpustakaan yang hanya merefleksikan pendapat-pendapat pustakawannya," katanya. (t/Odysius)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | GeekWire |
Alamat situs | : | https://www.geekwire.com/2019/pastors-programmers-bibletech-conference-explore-deeper-theology-code/ |
Judul asli artikel | : | Pastors and programmers at BibleTech conference explore deeper theology through code |
Penulis artikel | : | Tony Lystra |
Tanggal akses | : | 15 April 2019 |