Apps4God

Submitted by admin on Fri, 07/01/2016 - 12:00

Ketika anak-anak saya masih kecil, saya akan memberi mereka iPads untuk menahan perhatian mereka, sementara saya harus melakukan hal-hal lainnya. Hal ini biasanya akan menolong anak untuk mengenal teknologi pada usia dini. Banyak dari kita melihat balita yang telah diberi iPad atau ponsel pintar. Kita juga melihat (sambil mengawasi) anak-anak untuk melakukan "klik" atau "swipe" pada aplikasi favorit mereka, bahkan ikut menonton film kartun Netflix favorit mereka. Fakta bahwa anak-anak ini dapat mengoperasikan perangkat mobile tanpa instruksi atau pengawasan adalah menakjubkan. Namun, yang lebih menakjubkan lagi adalah bahwa teknologi yang digunakan anak-anak ini adalah teknologi tertua yang akan mereka lihat dalam hidup mereka. IPads dan perangkat mobile yang kita pikir inovatif akan menjadi seperti "8-track" dan "Betamaxes" untuk anak-anak ketika mereka menjadi semakin tua. Jadi, pertanyaannya adalah "Jika gereja saat ini saja sudah tertinggal dalam teknologi, akan jadi seperti apa pada masa depan, ketika gereja sedang berusaha untuk meraih generasi digital yang telah sepenuhnya tenggelam dalam teknologi sejak mereka masih balita?" "Generasi digital" dan "golongan milennial" terbiasa memiliki sebuah jaringan Internet yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Newsfeeds Facebook mereka disesuaikan bagi mereka untuk melihat apa yang mereka ingin lihat, dan hasil pencarian Google mereka disesuaikan bagi mereka untuk melihat apa yang mereka ingin lihat -- sehingga mereka terbiasa memiliki pengalaman daring (online) yang melayani mereka. Oleh karena itu, ketika mereka melihat pengalaman mereka dalam bergereja, baik secara daring maupun luring (offline), dan melihat bahwa gereja sudah ketinggalan zaman atau terputus dari era saat ini, gereja tidak lagi sesuai dengan setiap aspek lain dari kehidupan mereka yang terkoneksi setiap saat, mereka pun memutuskan hubungan. Namun, bertentangan dengan apa yang dipikirkan gereja-gereja tertentu, generasi muda ini sebenarnya tidak memutuskan hubungan dari gereja atau Allah sama sekali, mereka hanya memutuskan hubungan dari gereja-gereja yang tidak menemui mereka di mana mereka berada, yaitu dalam dunia daring. Dalam hal gereja, generasi digital dan milennial akan mencari pengalaman daring yang inovatif, mendalam, menarik, dan yang telah disesuaikan. Mereka akan mendapatkan ini di setiap aspek lain dari kehidupan mereka. Jadi, mengapa mereka harus merasa bahwa basis agama/pengalaman inspirasional mereka harus berbeda? Mereka akan menjalani hidup yang tidak memiliki batas-batas antara daring dan luring. Mereka akan membangun komunitas daring yang memiliki komponen luring dan memiliki pengalaman luring yang memiliki khalayak daring. Gereja akan perlu melihat bagaimana mereka memperlakukan gereja secara luring dan mencari tahu bagaimana menerapkannya dalam ruang daring. Berikut adalah sekilas tentang masa depan gereja yang saya lihat berdasarkan teknologi yang kita miliki sekarang dan apa yang muncul. Ketika kita melihat "Internet of Things" dan masa depan yang selalu terhubung, kita dapat membayangkan melihat masa depan di mana kita tidak pernah terputus, dan hal-hal yang kita lihat setiap hari sekarang akan menjadi benda pintar yang terhubung dengan internet. Kita akan bangun pada pagi hari, dan baik jam pintar kita atau beberapa perangkat situs akan membuat kita menyadari bagaimana kita tidur dan apa yang kita rencanakan untuk hari itu. Saat kita berjalan ke cermin untuk menyikat gigi dan mencuci wajah kita, kita akan melihat cermin pintar yang memiliki layar di mana kita dapat melihat kitab suci motivasi atau klip dari pesan yang inspirasional. Saat kita berjalan ke lemari es pintar, benda itu akan memberi tahu kita apa yang kita harus makan didasarkan pada pakaian pintar kita dan tujuan diet yang ingin kita capai. Selain itu, pada panel dari lemari es akan terdapat ayat Alkitab yang ingin kita ingat untuk hari itu atau bahkan kelanjutan dari khotbah yang sudah kita saksikan pada cermin kamar mandi. Saat kita mengumpulkan hal-hal selama hari itu untuk kembali melakukan aktivitas setelah berhalangan, kita melihat jam tangan kita, dan itu akan memberikan tanda-tanda vital kita serta tujuan latihan yang kita miliki untuk hari itu. Kita mengucapkan selamat tinggal pada keluarga kita, tetapi kita tidak pernah terputus dari mereka, sebagaimana kita dapat selalu melihat di mana mereka berada dan berkomunikasi dengan mereka dari perangkat mobile kita atau jam pintar kita. Saat kita pergi, kita mengenakan kacamata pintar dan melihat-lihat lingkungan kita; kacamata menunjukkan kepada kita siapa sesama yang dapat menggunakan postingan motivasi di media sosial atau kata-kata dorongan berdasarkan update media sosial mereka. Kita bisa memilih untuk mampir atau mengirim pesan secara daring. Terakhir, kita masuk ke dalam mobil dan pergi bekerja, tetapi karena mobil sudah dapat secara otomatis bergerak sendiri, seluruh kaca depan adalah layar, dan menunjukkan khotbah mingguan atau podcast yang ingin kita dengarkan karena kita belum mendengarkannya. Jika itu bukan sesuatu yang ingin kita lakukan, kita bergabung dengan gereja internet kita, studi Alkitab kelompok daring yang memiliki anggota dari seluruh dunia, dan kita semua terhubung dalam video, tetap terhubung, dan berbicara tentang tujuan-tujuan spiritual mingguan kita. Itu hanyalah kilasan masa depan yang terkoneksi ke Internet, di mana gereja dapat berperan di dalamnya dengan mengambil pesan Injil yang mengubah hidup dan membuatnya tersedia dengan menggunakan metode inovatif. Tempatkanlah gereja di luar tembok dan kepada rakyat/orang-orang, sebagaimana yang dilakukan misionaris. Namun, bukannya misionaris secara tradisional, pikirkanlah tentang dampak misionaris digital dan ladang misi digital yang akan berkembang. Itulah masa depan gereja. (t/ N. Risanti)

Jason Caston adalah pembicara, pelatih, programmer dan penulis dari seri "The Metode iChurch". Selain itu, ia juga seorang ahli gereja Internet, spesialis platform dan inovasi digital untuk gereja-gereja. Diterjemahkan dari: Nama situs: LifeWay
Alamat URL: http://www.lifeway.com/churchtech/2016/01/11/how-the-church-can-reach-digital-natives-and-millennials-the-future-of-the-church-and-tech-5-10-25-years-from-now/
Judul asli artikel: How the Church Can Reach Digital Natives and Millennials - The Future of the Church and Tech (5, 10, 25 years from now)
Penulis artikel: Jason Caston Tanggal akses: 29 Juni 2016