Apps4God

Submitted by admin on Tue, 11/23/2021 - 10:27

Bertahun-tahun lalu, saya sedang mengajar studi tentang kitab Kejadian di gereja saya saat salah seorang pemimpin kelompok diskusi, seorang perempuan tua yang saleh, datang dan duduk di sebelah saya. "Mengapa saya tidak pernah diajari tentang ini sebelumnya?" katanya dengan berlinang air mata. Saat itu, dia mulai menyadari bahwa, meski sudah mempelajari Alkitab selama bertahun-tahun, dia belum pernah melihat bagaimana cerita Alkitab berpusat pada pribadi dan karya Kristus dari Kejadian hingga Wahyu. Air matanya mengalir untuk tahun-tahun yang hilang karena melakukan pendekatan terhadap Alkitab dengan cara yang lebih rendah. Dan, saya benar-benar bisa memahaminya.

Saya bertumbuh dengan memiliki semua jawaban di sekolah Minggu, mempelajari Alkitab di sekolah tinggi, menjalani karier dalam bidang penerbitan Kristen, dan menghabiskan bertahun-tahun di Bible Study Fellowship (Persekutuan Studi Alkitab: persekutuan paragereja Kristen interdenominasi internasional beranggotakan orang-orang awam yang mengusulkan sistem studi Alkitab terstruktur - Red.) sebagai orang dewasa. Namun, saat saya mulai mendengarkan khotbah dan pengajaran yang padat dengan teologi alkitabiah, saya menyadari bahwa saya perlu kembali ke taman kanak-kanak dalam pemahaman saya tentang firman Allah.

Bertahun-tahun sesudahnya, saya memiliki misi bukan hanya untuk memahami Alkitab dengan cara ini secara pribadi, tetapi juga untuk memperkenalkan dan memasukkan teologi alkitabiah ke dalam kelompok-kelompok studi Alkitab -- khususnya kelompok studi Alkitab perempuan di gereja lokal. Berikut ini beberapa cara teologi alkitabiah mengubah studi Alkitab pribadi dan kelompok.

1. Teologi alkitabiah menjadikan studi Alkitab berpusat pada Kristus, bukan saya.

Begitu banyak cara pendekatan terhadap Alkitab yang terburu-buru berpindah ke "bagaimana saya menerapkan ini dalam hidup saya?" tanpa mempertimbangkan pesan yang dimaksud untuk pendengar pertamanya, dan perbedaan apa yang dibuat oleh kehidupan, kematian, dan kematian Yesus dalam memahami dan menerapkannya. Hanya setelah kita melakukan hal-hal inilah kita akan benar-benar siap menarik aplikasi untuk hidup kita. Dan, teologi alkitabiah itulah -- yaitu mengetahui dan, karena itu, menyadari tema-tema besar Alkitab yang muncul dalam suatu bagian Alkitab -- yang sering kali menolong kita tiba pada bagaimana suatu bagian Alkitab terhubung pada kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus.

2. Teologi alkitabiah mengajar kita tentang cerita Alkitab yang lebih besar, bukan sekumpulan cerita yang tidak saling terhubung.

Selama sebagian besar dari hidup saya, saya tidak dapat mengartikulasikan alur cerita dasar Perjanjian Lama -- silsilah leluhur, perbudakan di Mesir, pembebasan dari perbudakan, memasuki tanah perjanjian, mendirikan kerajaan Israel, terpecahnya kerajaan Israel, pembuangan 10 suku utara, pembuangan 2 suku selatan, lalu pulang ke tanah perjanjian. Saya hanya punya campuran antara orang, peperangan, dan cerita-cerita lain dalam benak saya tanpa benar-benar memahami bagaimana cerita-cerita itu berhubungan. Pemahaman saya itu utamanya hancur berantakan dengan kerajaan Israel yang terpecah, pembuangan, dan kepulangan mereka.

Saat kita mempelajari atau menyajikan cerita Alkitab tanpa terhubung ke cerita yang lebih besar, narasi historis menjadi pelajaran-pelajaran kecil tentang mencoba memiliki iman atau hidup seperti tokoh dalam cerita.

Namun, sesuatu berubah secara dramatis saat kita mendekati cerita Alkitab -- baik Perjanjian Baru maupun Perjanjian Lama -- dengan teologi alkitabiah. Semua potongan pengetahuan Alkitab kita yang tidak saling terhubung tergabung untuk memperdalam pemahaman kita tentang apa yang sedang Allah lakukan di dunia melalui Kristus.

3. Teologi alkitabiah menolong kita memahami Alkitab secara keseluruhan, bukan hanya bagian-bagian tertentu.

Tanpa memahami lini masa historis Alkitab, kita cenderung berfokus pada sorotan-sorotan yang tampak "praktis" atau penuh dengan kalimat perintah, lalu mengabaikan bagian atau potongan yang kita tidak tahu bagaimana menanganinya. Saya rasa hal ini benar utamanya dengan kitab-kitab sejarah yang datang belakangan atau kitab nabi-nabi besar atau kecil. Teologi alkitabiah membuka seluruh Alkitab bagi kita, bahkan sambil ia melatih kita untuk melihat bagaimana setiap bagiannya mengungkapkan sesuatu yang penting tentang apa yang sedang Allah lakukan melalui Kristus untuk menghadirkan kerajaan-Nya.

4. Teologi alkitabiah menuntun kita menuju hal-hal yang paling perlu kita ketahui, bukan sekadar apa yang ingin kita ketahui.

Begitu banyak orang membaca Alkitab untuk mencari instruksi tentang apa yang harus dilakukan, wawasan tentang pertanyaan dan isu-isu yang penting bagi mereka. Namun, Alkitab menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak cukup kita ketahui untuk menanyakannya.

Seiring kita bertumbuh dalam kemampuan kita untuk melihat tema-tema yang telah dituliskan Sang Penulis ke dalam kitab-Nya, kita mengizinkan Alkitab itu yang mengatur agendanya. Dengan datang kepada kita dalam berbagai jenis -- narasi historis, perkataan hikmat, nubuat, ceramah, puisi, apokaliptik -- Alkitab menuntut sesuatu dari kita untuk bisa mengungkapkan hikmatnya kepada kita. Kita harus memperlambat laju kita. Kita harus membuka telinga untuk mendengarkan.

5. Teologi alkitabiah memfokuskan kita pada penyempurnaan, bukan hanya pergi ke surga saat kita mati.

Selama sebagian besar hidup saya, saya diberi tahu bahwa kehidupan Kristen adalah tentang membuat keputusan untuk mengikut Kristus, mencoba begitu keras untuk hidup bagi Dia, kemudian pergi ke surga saat saya mati. Dan, semuanya itu benar. Namun, semua itu sangat dikecilkan dari realitas dari apa yang kita masuki saat kita dipersatukan dengan Kristus melalui iman. Cerita Alkitab ditujukan menuju penyempurnaan, menuju kemuliaan, bukan hanya eksistensi rohani yang terletak di suatu tempat yang jauh dari bumi. Hal ini punya banyak implikasi praktis bagi orang percaya -- khususnya saat mereka menghadapi ajal atau kematian seseorang yang mereka kasihi. Namun, bagaimana kita bisa berharap orang percaya akan hidup (dan menghadapi kematian) dari cerita ini jika mereka tidak mengetahuinya?

6. Teologi alkitabiah mendorong kita menuju kesatuan dengan Kristus, bukan sekadar meniru Yesus.

Entah bagaimana, selama sebagian besar hidup saya, saya melewatkan pemahaman bahwa kesatuan dengan Kristus adalah inti dari apa artinya menjadi seorang Kristen. Teologi alkitabiah berperan untuk menunjukkan kepada kita keindahan, keperluan, dan kecukupan dari menjadi satu dengan Kristus melalui iman -- bukan sebagai seruan penginjilan tambahan, melainkan secara organik dari teks apa pun yang kita baca. Sekadar mencoba mengikuti teladan-Nya saja tidak akan cukup. Kita perlu sesuatu yang jauh lebih ajaib.

7. Teologi alkitabiah membangkitkan kasih sayang terhadap Kristus.

Sering kali, ada hasrat dalam kelompok studi atau pengajaran untuk menjadi "praktis". Kita cenderung menginginkan berita gembira tentang Allah yang sederhana, bisa diatur, dan ramah pengguna, yang dapat kita gunakan dalam perjalanan iman kita.

Saya paham keinginan untuk menemukan sesuatu yang praktis itu. Namun, izinkan saya memberi tahu Anda tentang apa yang saya rasa merupakan hal paling praktis yang dapat terjadi saat kita mempelajari Alkitab secara pribadi atau dalam kelompok: yaitu bahwa itu akan membuat kita makin mengasihi Kristus dan merindukan kedatangan-Nya. Itulah landasan yang diperlukan oleh setiap kita untuk mengalami ketaatan dan iman yang mengubah hidup.

Seiring kita bertumbuh dalam pemahaman kita tentang cerita Alkitab yang lebih besar, semakin mampu mengidentifikasi tema-tema yang muncul dalam bagian apa pun yang kita baca, kemudian seiring kita bertumbuh dalam keterampilan untuk menelusuri tema tersebut dalam kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus hingga apa yang akan terjadi saat Dia datang kembali dan mendirikan surga dan bumi yang baru, kita melihat keindahan, nilai, kecukupan, dan perlunya Yesus dari segala sudut pandang. Hal itu mendorong kita untuk mengasihi dan merasa kagum. Dan, itulah yang sangat kita perlukan. (t/Odysius)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : The Gospel Coalition
Alamat situs : https://www.thegospelcoalition.org/article/biblical-theology-bible-study/
Judul asli artikel : 7 Ways Biblical Theology Transforms Bible Study
Penulis artikel : Nancy Guthrie