Pada 1 -- 2 November 2017, konferensi teknologi tahunan bertajuk Tech in Asia (TIA) berlangsung di Jakarta. Acara ini adalah kegiatan umum (bukan kegiatan kekristenan) yang bertujuan untuk memamerkan produk teknologi terkini sekaligus sebagai ajang pertemuan antara para pelaku usaha rintisan (startup) dan calon konsumen/investor mereka. Pada acara ini, diadakan pula perlombaan apps yang dikembangkan oleh developer dari berbagai negara. Pemula (startup) Indonesia, Andalin, merebut juara pertama, sedangkan juara kedua diraih GYnetworks dari Korea, dan Spotdraft asal India meraih juara ketiga. Andalin merupakan layanan yang bisa membantu para pemilik UKM untuk mengimpor dan mengekspor barang ke luar negeri secara mudah. Tech in Asia dinilai memiliki peran strategis di tengah semangat pemerintah menggalakkan penguatan ekonomi digital.
[Sumber: http://batamtoday.com/home/read/100219/Startup-Indonesia-Sabet-Juara-Tech-in-Asia]
Sebagai refleksi dari kegiatan ini, gereja yang adalah tubuh Kristus, perlu belajar beberapa hal. Kita perlu belajar tentang cara kreatif, sikap untuk selalu berinovasi, dan punya semangat untuk memanfaatkan teknologi yang berdampak bagi Kerajaan Allah dan memuliakan-Nya. Bayangkan, betapa luar biasanya jika peran teknologi ini dimaksimalkan untuk memajukan pelayanan. Akan ada lebih banyak orang yang bisa mendengar dan belajar firman Tuhan melalui alat digital, lalu membagikan Kabar Baik itu kepada orang lain. Yang menjadi pertanyaan penting justru adalah bagaimana respons kita dan gereja terhadap kemajuan teknologi. Jika banyak orang berani berinvestasi demi penguatan ekonomi digital, kita juga harus berani "berinvestasi" untuk kepentingan Kerajaan Allah. Sudah bukan zamannya lagi untuk menutup diri terhadap teknologi. Terbukalah terhadap teknologi dan gunakan itu untuk memuliakan Allah. Mari kita dorong generasi digital untuk membuat terobosan-terobosan demi kemajuan pelayanan. (Aji)