Apps4God

Submitted by admin on Mon, 09/21/2015 - 12:00

Saat ini, ada kira-kira 1,7 juta pengguna internet yang aktif, dan 3 juta lainnya diharapkan akan ditambahkan dalam nominal itu dalam lima tahun ke depan. Dunia yang semakin berkembang ini akan segera terhubung secara online ketika telepon genggam berubah menjadi telepon pintar (smartphone) dan barang-barang elektronik yang murah seperti netbook dan e-reader semakin tersebar di masyarakat. Peluncuran kabel serat optik di Afrika dan proyek-proyek komunikasi satelit dalam jumlah besar juga akan meningkatkan ketersediaan "bandwidth" dan capaian yang lebih besar.

Dalam kurun waktu lima tahun, paling tidak setengah dari seluruh penduduk dunia ini akan terhubung secara online; dan dalam lima belas tahun kemudian, jangkauan internet akan semakin universal. Penginjilan global akan segera berada di dalam jangkauan setiap orang Kristen yang memiliki komputer.

Perubahan ini tidak hanya terjadi secara kuantitatif, tetapi juga kualitatif. Sifat dan dinamika pelayanan Kristen akan berubah secara fundamental karena adanya berbagai kemungkinan baru dalam berelasi, berjejaring, dan menyebarkan informasi. Dengan demikian, cara-cara pelayanan kita juga akan berubah selamanya, paling tidak dalam sepuluh aspek berikut ini:

1. Informasi:

Teknologi internet membawa informasi strategis yang sangat besar, bahkan kepada gereja ataupun lembaga misi yang terkecil sekalipun. Informasi itu termasuk statistik mengenai sosioreligius, demografi, bahkan kompilasi dari berbagai jenis informasi semacam itu seperti yang ditawarkan oleh Operation World serta situs-situs penelitian lainnya seperti Joshua Project, Caleb Project, dan StrategicNetwork. Dengan adanya informasi-informasi ini, kita dimungkinkan untuk melihat gambaran besar pelayanan kita dengan lebih jelas, sekaligus mendalami detail-detail kecil yang akan memengaruhi cara kita menggunakan informasi itu dalam strategi penginjilan kita.

2. Cara belajar:

Orang-orang mengemukakan pikirannya dengan sangat jelas dalam dunia siber sehingga konsep teologia serta praktik-praktik kekristenan (termasuk pengertian eklesiologi dan misiologi) dari kebanyakan orang Kristen sekarang ini dibentuk dalam proses belajar antarteman, sementara masukan dari orang-orang yang ahli dalam bidang itu tidak terlalu tampak dalam proses pembelajaran itu.

Dalam dunia siber, rujukan-rujukan terhadap keputusan yang dibuat oleh badan-badan gereja atau religius akan semakin tidak berarti karena orang-orang hanya akan mengikuti pikiran mereka sendiri dengan mencari informasi dari Wikipedia dan dari informasi yang mereka dapatkan dari berbagai situs, forum diskusi, dan bahan-bahan yang di-posting di jejaring sosial. Pelayanan yang ingin memengaruhi opini orang banyak harus memulai pelayanan mereka dari dunia siber karena di sanalah opini dari kebanyakan orang Kristen terbentuk.

3. Eksplorasi:

Ada banyak orang menunjukkan pikiran-pikiran mereka yang tersembunyi, pribadi, bahkan kontroversial di dunia online. Jika seseorang ingin mencari tentang hal-hal yang berkaitan dengan dunia medis atau mendalami aliran politik yang terlarang, pertama-tama mereka akan mencarinya di internet. Begitu pula, orang yang beragama lain tidak akan bertanya kepada pemuka agama mereka jika mereka ingin mengetahui lebih dalam tentang kekristenan; mereka akan mencarinya di situs-situs Kristen. Setiap hari, seperempat dari seluruh pengguna internet mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang agama, mereka menjelajah untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang agama yang mereka yakini atau agama yang lain. Gereja harus menghadirkan sosok yang injili, apologetik, dan misioner di tengah-tengah ajang pertukaran ide yang mendunia ini.

4. Berkolaborasi:

Teknologi internet memfasilitasi kolaborasi lintas denominasi dan lintas negara. Para ahli yang berkecimpung dalam bidang-bidang seperti perintisan jemaat dan pendidikan teologi, kini dapat terhubung dengan para ahli lainnya. Kolaborasi ini semakin membuat batas-batas denominasi menjadi tidak berarti. Para pengerja Kristen kini beroperasi dalam jejaring yang mereka bangun dengan sesama pengerja lain di luar denominasi mereka daripada berkutat dalam benteng denominasi mereka sendiri. Orang-orang bekerja sama dengan para spesialis yang memiliki pemikiran sama dalam wilayah yang mereka sukai, dibanding dengan orang-orang yang memiliki pemahaman yang sama dalam sistem kepercayaan formal mereka.

5. Validasi:

Orang memakai internet untuk mengecek kebenaran mengenai banyak hal. Hal ini berlaku untuk semua hal, mulai dari kepentingan untuk mengecek tawaran bisnis yang menggiurkan sampai mengecek latar belakang gereja yang akan mereka hadiri jika mereka baru pindah ke kota tertentu. Statistik menyebutkan bahwa 85% orang muda selalu mengecek situs milik gereja sebelum memutuskan untuk datang dalam ibadahnya. Gereja dan organisasi yang dapat diketahui validitasnya melalui internet memiliki keuntungan dalam pelayanannya. Hal-hal mengenai gereja atau organisasi Kristen yang biasanya diselidiki oleh pengguna internet adalah tentang pernyataan iman, etos pelayanan, program-program, waktu pertemuan, alamat, informasi mengenai kontak, prinsip-prinsip pelayanan, keuangan yang bersih, serta keterbukaan dan kejujuran terhadap orang-orang yang bertanya melalui internet.

6. Pengalokasian sumber daya:

Teknologi internet memungkinkan para donor, yayasan, dan gereja-gereja untuk menilai program-program secara efisien dan juga untuk menerima proposal sumbangan bagi pelayanan yang berada di luar negeri. Kelompok-kelompok seperti JIMI (the Joint Information Management Initiative of the WEA-MC; departemen pelayanan misi yang didirikan oleh badan penginjilan World Evangelical Alliance, - Red.) dan Global Missions Fund (Departemen pelayanan misi yang didirikan oleh Gereja Lutheran di Missouri, - Red.) menyempurnakan proses pengalokasian dana sehingga program pelayanan yang paling pentinglah yang akan mendapat sumber daya paling besar. Bagian penting dari struktur semacam ini adalah para pemberi informasi yang secara rutin memberikan informasi- informasi yang berkualitas dalam format yang "aman" sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengalokasian sumber daya.

7. Pekabaran Injil:

Injil diberitakan melalui situs-situs, "chat room", YouTube, telepon genggam, dan perangkat online lain yang tak terhitung jumlahnya. Para pembawa Injil menggunakan internet sebagai mekanisme pengambilan keputusan dan mekanisme "follow-up". Organisasi-organisasi seperti Global Media Outreach, Jesus Central, TopChretien, dan GodRev memiliki spesialisasi untuk melakukan penjangkauan melalui media online; berbeda dengan gereja-gereja maupun organisasi yang menggunakan internet hanya sebagai "tambahan" bagi strategi pelayanan misi yang sudah mereka lakukan. Internet merupakan sarana yang murah untuk pekabaran Injil, terlebih lagi keuntungan bahwa para misionaris internet tidak membutuhkan visa untuk melakukan pelayanan mereka!

8. Pendidikan:

Pendidikan online telah menunjukkan keberhasilan yang besar dan telah merevitalisasi pendidikan teologia jarak jauh. Badan misi seperti MAF Learning Technologies bekerja keras untuk mengembangkan pedagogi efektif yang berbasis internet. Ada banyak pemegang gelar Master maupun Ph. D. yang sekarang ini merupakan hasil dari pendidikan berbasis internet.

9. Mobilisasi:

Fasilitas yang dibawa oleh teknologi internet memungkinkan kita untuk berjejaring, berbagi informasi, dan menyalurkan motivasi yang diperlukan untuk memobilisasi para pendeta, penginjil, dan misionaris ke dalam ladang pelayanan secara efektif. Situs-situs seperti ChristianVolunteering.org menjadi jembatan antara puluhan ribu sukarelawan dengan berbagai badan misi. Badan-badan pelayanan yang tidak hadir dalam dunia internet, pada akhirnya akan kesulitan untuk mendapatkan sukarelawan baru karena bagi banyak orang, badan pelayanan tersebut adalah lembaga yang "tidak tampak".

10. Multiplikasi:

Teknologi internet membawa manfaat yang besar bagi jejaring orang- orang percaya dan memungkinkan mereka untuk membuat kontak-kontak baru demi penggandaan kelompok sel gereja, gerakan perintisan gereja, dan pendidikan Alkitab yang mengambil sumber dari kurikulum berbasis internet.

Banyak orang mulai mencari gereja, mencari informasi mengenai Tuhan, dan membentuk pemahaman teologi mereka melalui internet. Melalui internet pula, para misionaris dapat menentukan organisasi mana yang akan menjadi basis pelayanan mereka, dan para siswa dapat memutuskan pendidikan Alkitab mana yang akan mereka ikuti; mereka dapat mencari informasi yang mereka butuhkan dan menyeleksi pilihan mereka. Pelayanan internet bukanlah pelayanan yang akan mengakhiri strategi pelayanan yang lain, melainkan akan menjadi titik tolok bagi berbagai pelayanan lainnya. Saya dulu mengira bahwa internet hanyalah alat untuk mengadakan penjangkauan, seperti memiliki program radio Anda sendiri pada zamannya. Akan tetapi, sekarang, saya melihat internet seperti samudra yang di dalamnya kita dapat memilih: berenang atau tenggelam. (t/Yudo)

Diambil dari:
Arsip publikasi: e-JEMMi 18/2015
Alamat URL: http://misi.sabda.org/sepuluh-cara-internet-mengubah-penginjilan-pelayanan-misi