Menjadi seorang wanita Kristen di bidang teknologi menjadikan Anda memiliki minoritas ganda.
Bayangkan sebuah aplikasi yang penggunanya bisa mendoakan orang-orang yang ada dalam daftar kontak mereka, dengan tujuan berdoa bagi seluruh dunia secara bersama-sama. Para pengembang aplikasi Kristen, seperti Lori Hill, bekerja sama membentuk tim untuk menciptakan Ceaseless, sebuah aplikasi yang mengajak orang-orang untuk "berdoa bagi tiga temannya setiap hari, dan bersama-sama mereka berdoa bagi orang-orang di dunia".
Hill bergabung dengan tim ini pada acara Hackathon sedunia, Code for the Kingdom, Oktober 2016. Acara tersebut mengundang bersama-sama para programmer, desainer, dan wiraswastawan Kristen untuk berkolaborasi pada satu akhir pekan yang intensif.
Selama beberapa tahun terakhir, kontribusi Hill dalam mengembangkan Ceasless membuktikan kemampuannya dalam bidang teknologi --setelah dua dekade menjadi seorang ibu rumah tangga-- dan untuk mendapatkan pengalaman bekerja sebagai pengembang iOS. Hill bekerja untuk stasiun televisi Amerika NBC dan membuat aplikasi untuk acara Today Show, NBC News, dan NBC Nightly News. Hill mengatakan bahwa halangan terbesar untuk bekerja sebagai seorang ibu yang berkarier adalah membuat atasan mereka memercayai kemampuan yang mereka miliki.
"Anda bisa mengatakan bahwa penghalangnya adalah teknologi terus berubah, tetapi sungguh, saya belajar teknologi baru," kata pengembang yang berbasis di kota Seattle ini. "Penghalangnya adalah bahwa perusahaan-perusahaan itu benar-benar tidak memiliki pola pikir bahwa ada begitu banyak pengembang aplikasi wanita yang akan menjadi pekerja yang hebat. Sayangnya, mereka tidak masuk hitungan sama sekali. Orang-orang hebat ini tidak masuk dalam pantauan perusahaan."
Bukan rahasia lagi jika wanita adalah kaum minoritas dalam industri teknologi; wanita Kristen dalam teknologi lebih minoritas lagi. Menurut National Center for Information and Technology, kaum wanita hanya 25 persen dari angkatan kerja di bidang TI. Pada 2020, hanya 3 persen dari 1,4 juta pekerjaan di bidang TI akan diisi oleh wanita.
Industri teknologi tidak hanya membutuhkan lebih banyak wanita, tetapi membutuhkan wanita seperti Hill lebih banyak lagi. Acara-acara hackathon seperti Code for the Kingdom menunjukkan bagaimana wanita bisa memunculkan ide-ide unik dan berguna yang mungkin luput dari perhatian kaum pria.
Chris Windsor, seorang pengembang aplikasi, melontarkan ide membuat aplikasi untuk toko bahan makanan. Aplikasi AisleQ sangat menarik dan praktis. Aplikasi ini mengatur daftar belanja seseorang dengan memadukan barang-barang tersebut sesuai dengan lokasi rak-raknya di toko tempat dia berbelanja. Sebagai bonus, pengguna bisa membaca kesaksian mukjizat dan penyembuhan yang dikerjakan oleh Yesus.
Dengan membantu kaum wanita di bidang teknologi, gereja-gereja dan kelompok-kelompok Kristen memainkan peran utama dalam memberdayakan bakat--menggunakan talenta-talenta bagi seluruh Kerajaan Allah--bagi kepentingan Injil.
"Jika gereja-gereja menggelar acara-acara seperti hackathon dan pengembang-pengembang wanita dilibatkan, mereka dapat mengerjakan proyek-proyek bagi Kerajaan Allah," kata Windsor. "Itu adalah solusi yang menguntungkan semua orang karena mereka bisa terus mengembangkan keahlian mereka dan membantu perluasaan Kerajaan Allah dengan menggunakan talenta mereka."
Para wanita yang terlibat dalam Code for the Kingdom dapat melihat kontribusi unik dari kepemimpinan mereka. Kaum wanita menghadirkan sisi kreatif dan relasi pada teknologi dan proyek-proyek pengembangan. Mereka membantu mewujudkan solusi teknologi untuk masalah mentoring, perkencanan, perdagangan seks, dan krisis pengungsi Suriah. Kaum wanita dalam industri teknologi melihat diri mereka berfokus untuk membuat teknologi coding dipakai dan menjadi solusi di dunia nyata.
"Gereja, secara keseluruhan, memerlukan teknologi lebih dari sebelumnya," kata Louann Hunt, Manajer Pengelolaan Teknologi Baru di Laboratorium Bible.is, yang dijalankan oleh pelayanan Faith Comes by Hearing. "Teknologi adalah cara baru--atau salah satu jalan--untuk seseorang dapat berinteraksi dengan Allah, dan kita perlu merealisasikannya."
Dan, Code for the Kingdom adalah tempat yang tepat bagi kaum wanita untuk menggunakan keahlian dan talenta mereka dalam dunia teknologi; mereka semua mengamini suasana hackathon yang memberi semangat dan rendah hati.
"Hackathon menghadirkan lingkungan yang nyaman untuk mencoba beberapa hal," kata Hill. "Ada lebih banyak hal menarik di sini daripada yang bisa Anda temukan di dunia kerja atau di gereja. Ketika gereja dan teknologi bertemu, ada hal-hal menarik yang terjadi."
Di samping proyek-proyek menarik yang masih dikerjakan, penghalang-penghalangnya juga ada. Kurangnya representasi dari kaum wanita memunculkan stereotip. "Orang-orang beranggapan bahwa kaum wanita dalam dunia teknologi pasti berada di antara dua kutub: mereka bukan orang teknis dan tidak paham teknologi sama sekali atau mereka pemrogram yang langka," kata Justyna Zarna, panitia acara hackathon Code for the Kingdom di Polandia.
Pada acara hackathon di kota Denver, ada dua partisipan wanita dalam kelompok yang terdiri dari 50 orang. Banyak wanita dari berbagai acara hackathon Code for the Kingdom merasa sendirian dalam dunia teknologi--baik yang Kristen maupun nonkristen--karena mereka sering kalah jumlah dengan kaum pria.
Sarah Pierce, seorang wiraswastawan yang berbasis di London, melihat bahwa dunia teknologi mengabaikan wanita dibanding sejawat mereka yang pria. Kali pertama ia memulai kariernya sebagai wiraswastawan, orang-orang lebih memilih berjejaring dengan kaum pria, dan ia melihat bias bawah sadar ketika tidak seorang pun merekomendasikan seorang wanita dalam jaringan bisnis mereka.
Namun, Pierce, CEO dari perusahaan "start-up" sosial bernama Sohi World, melihat dari sisi sebaliknya. Dengan berada di lingkungan mayoritas kaum pria memaksanya segera menyadari dan menjawab sejumlah tantangan umum bagi kaum wanita di dunia teknologi. Ketimbang mengecilkan visi dan mengajukan kebutuhan dana yang lebih sedikit--yang membatasi peluang-peluang investasi--ia mengatakan malah membuatnya menjadi semakin berani dan percaya diri sebagai seorang wiraswastawan.
"Gereja dapat dikatakan lebih didominasi kaum wanita," katanya. "Sangat menyegarkan, saat pergi ke pertemuan Kristen yang memiliki lebih banyak pria daripada wanita."
Bahkan wanita yang tidak menguasai teknis melihat komunitas seperti hackathon Code for the Kingdom sebagai sebuah kesempatan yang sangat baik, karena tidak hanya ide-ide mereka untuk pelebaran berita Injil diterima, tetapi juga membuahkan hasil.
Hunt teringat dengan seorang wanita, seorang makelar rumah, yang mencetuskan ide sebuah aplikasi yang dapat memperdengarkan janji-janji Allah dari Alkitab melalui telepon seluler. Dia berpasangan dengan seorang pengembang iOS pada acara hackathon di kota Texas, dan bersama-sama mereka tidak hanya membuat konsep, tetapi juga benar-benar membuat aplikasi dengan audio yang terintegrasi, dan memenangkan kategori penggunaan API (application programming interface) terbaik pada acara hackathon tersebut.
"Inilah wanita yang tidak memiliki latar belakang TI, tetapi Allah menaruh sesuatu dalam hatinya, dan ia merespons," kata Hunt. "Ia patuh pada panggilan itu."
Hunt berpikir, yang menjadi masalah adalah wanita tidak mevisualisasikan peluang yang bisa ditawarkan teknologi. Wanita-wanita seperti Hunt dan Pierce ingin melihat orang-orang seperti mereka memanfaatkan hasrat dan keahlian yang dianugerahkan Allah dalam dunia teknologi dan acara-acara teknologi. Kaum wanita masih bisa tampil feminim dan menghasilkan aplikasi, ide, dan bisnis yang didominasi pria, jika itulah yang Allah kehendaki untuk mereka kerjakan.
"Sebuah tantangan bagi wanita Kristen di bidang teknologi ketika bergabung dengan komunitas-komunitas tersebut bukan dengan berpikir, 'Bagaimana saya bisa melakukan apa yang dilakukan para pria?' tetapi dengan berpikir, 'Apa yang seharusnya saya lakukan?' dan mencoba dan berpegang pada pendekatan yang segar ini," katanya. (t/Aji)
Nama situs: Christianity Today
Alamat URL: http://www.christianitytoday.com/women/2016/november/god-bless-geeky-women.html
Judul artikel: God Bless Geeky Women
Penulis artikel: Kate Tracy
Tanggal akses: 10 April 2017