Ayat: Efesus 6:10–20
Tiga belas setengah tahun yang lalu iPhone dirilis. Kita sekarang memasuki praktik ponsel cerdas global. Dan, banyak konsekuensi dari penggunaan smartphone yang berlebihan sekarang telah menjadi sangat jelas.
Jadi, saya baru-baru ini mengumpulkan selusin pecandu ponsel cerdas yang sedang memulihkan diri untuk mengetahui kondisi terkini tentang pergumulan yang masih mereka alami. Salah satunya adalah Jennifer, seorang istri berusia 39 tahun dari seorang pendeta dan ibu dari tiga anak, yang tinggal di dekat D.C. Saya bertanya kepadanya tentang apa yang dia pelajari tentang dirinya saat dia mengingat kembali kebiasaan buruknya menggunakan ponsel cerdas di masa lalu.
"Apa yang saya pelajari adalah bahwa saya jauh lebih membutuhkan daripada yang pernah saya bayangkan," kata Jennifer.
"Membutuhkan. Membutuhkan apa tepatnya?" saya bertanya.
"Yah, tampaknya untuk segalanya," katanya, memberikan daftar. "Penegasan pribadi. Persetujuan orang lain. Hubungan sosial yang konstan. Takut ketinggalan. Membutuhkan pengalihan dari kehidupan. Membutuhkan hiburan terus-menerus. Membutuhkan pengakuan untuk membuat saya merasa lebih hebat. Sepertinya daftar kebutuhan saya tidak ada habisnya."
Jadi, saya mendesaknya untuk menjelaskan lebih lanjut. "Apa inti dari pergumulan ini? Mengapa Anda sangat membutuhkan hal-hal ini?"
"Saya pikir inti dari pergumulan media sosial saya,- katanya," adalah bahwa saya selalu mencari kemuliaan saya sendiri, dan harga diri tidak pernah cukup. Itu tidak bertahan lama. Setiap kali saya tanpa berpikir menelusuri feed media sosial saya, atau memeriksa untuk melihat apakah teman-teman saya telah membalas teks saya, itu semua membuktikan lagi betapa saya terus kekurangan. Saya tidak pernah merasa cukup untuk sesuatu."
"Sekarang," katanya, "tidak ada yang salah dengan media sosial, mengirim pesan kepada teman, memotret anak-anak Anda, atau foto diri Anda sendiri, atau menikmati video daring. Akan tetapi, teknologi membuat semua ini segera dapat diakses di telapak tangan Anda. Dan, semua platform media sosial kita dirancang untuk memberikan kepuasan instan kepada kita. Jadi, itulah yang saya temukan. Saya memiliki kebutuhan tak terbatas yang tidak terpenuhi oleh ponsel saya."
Kita Semua Membutuhkan
Itu parah. Apakah Anda mengerti apa yang dikatakan Jennifer di sini? Dia mengatakan ada kebutuhan tertentu yang kita miliki, kebutuhan nyata yang kita upayakan untuk dipenuhi dengan pengganti bohongan yang tidak akan pernah memuaskan kita. Dia mengatakan jika Anda mengirim dua ratus foto selfie sekali pakai hari ini di Snap, Anda tidak hanya menyiarkan upaya Anda untuk dilihat dan disukai oleh rekan-rekan Anda. Tidak. Anda, pada dasarnya, menyiarkan besarnya kebutuhan batin Anda kepada dunia. Dan, kebutuhan tersebut tidak terpenuhi hanya dengan lebih banyak Instagram, Facebook, Snapchat, dan TikTok – atau dengan sedikit lebih banyak penegasan diri dan pujian diri. Itu semua menunjukkan adanya suatu kebutuhan.
Akan tetapi, kita tetap mencoba. Kita mencoba memenuhi kebutuhan yang menganga besar di dalam diri kita ini. Dan, akibatnya, hal itu membuat kita lebih kesepian, lebih tertekan, dan lebih cemas. Kita hidup pada zaman kecemasan yang meningkat. Tingkat depresi yang meningkat sekarang umum di antara remaja laki-laki, dan terutama remaja perempuan. Tidak seluruhnya, tetapi sebagian besar yang disalahkan adalah teknologi komunikasi yang memberi feed budaya perbandingan 24 jam/7 hari yang tidak dapat mereka hindari. Remaja selalu berada dalam momen untuk berbagi sesuatu secara digital, selalu siap untuk bertindak, merekam, dan menyebarkan.
Instagram, Snapchat, dan TikTok memunculkan sesuatu dari kontes kecantikan digital, perlombaan untuk mengesankan dengan kecerdasan, atau kepercayaan diri, atau daya tarik seks, atau kekayaan. Akan tetapi, di bawah dorongan ambisius untuk berbagi setiap saat, siang atau malam, tetap ada rasa tidak aman tingkat rendah. Ketika remaja gagal untuk membuat orang terkesan, dan gambar atau selfie atau video yang duduk di luar sana, di bawah langit digital, tidak disukai dan tidak dicintai dan tidak dibagikan, itu menimbulkan keraguan diri. Dan, di balik semua kekecewaan digital terdapat janji palsu bahwa perangkat akan membuat saya lebih mengesankan di mata teman-teman saya.
Jadi, kita semua terus menciptakan kehadiran digital tanpa akhir ini di depan orang lain. Kita semua membutuhkan. Dan, berkali-kali, ponsel kita tidak memenuhi janji-janji ini. Setelah kecanduan ponsel cerdas, kita mengalami peningkatan kecemasan, depresi, dan lebih merasa kesepian.
Orang dewasa merasakan ketegangan yang sama ini, terpikat ke ponsel kita dengan janji palsu yang sama ini. Bahwa kecerdasan, kreativitas, dan kecemerlangan saya akan membuat orang lain terkesan.
Seni Perang Rohani
Apa yang mulai disadari oleh orang Kristen seperti Jennifer adalah bahwa media sosial bukanlah mainan. Snapchat dan Instagram dan TikTok bukanlah hobi sederhana. Memasuki platform media sosial berarti memasuki teater virtual peperangan rohani. Media sosial adalah perang rohani. Masalah terbesar yang kita hadapi bukan terlalu banyak menghabiskan waktu di media sosial; masalah kita adalah kita menggunakan media sosial dengan kurang berjaga-jaga secara rohani. Kita tidak mengira akan menghadapi perang di sana.
Jadi, bagaimana kita terlibat dalam peperangan rohani, bahkan ketika itu dalam platform virtual? Itulah relevansi Efesus 6 pada era digital. Untuk sesi ini, kita akan melihat Efesus 6:10-20. Bergeser ke sana. Itu mendekati bagian akhir surat Paulus. Saya akan membaca teksnya sekarang, dari AYT:
"Akhirnya, jadilah kuat dalam Tuhan dan dalam kuat kuasa-Nya. Pakailah seluruh perlengkapan senjata Allah supaya kamu dapat berdiri melawan tipu daya Iblis. Sebab, perjuangan kita bukan melawan daging dan darah, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, kekuatan-kekuatan dunia kegelapan ini, dan melawan kekuatan roh dari si jahat yang ada di langit. Karena itu, pakailah seluruh perlengkapan senjata Allah supaya kamu dapat bertahan saat hari jahat itu datang, dan setelah semuanya selesai kamu tetap berdiri. Jadi, berdirilah teguh, dengan mengencangkan ikat pinggang kebenaran di seputar pinggangmu dan pakailah baju zirah keadilan, dan pasanglah alas kakimu dengan kesiapan Injil damai sejahtera. Dalam segala hal, ambillah perisai iman untuk kamu dapat memadamkan semua panah api dari si jahat. Ambillah ketopong keselamatan serta pedang Roh, yaitu firman Allah, sambil berdoa setiap waktu dalam Roh dengan semua doa dan permohonan. Dalam doamu itu, berjaga-jagalah dengan segala ketekunan sambil menaikkan semua permohonan bagi semua orang kudus. Berdoalah juga untuk aku supaya ketika aku membuka mulutku, perkataan dikaruniakan kepadaku sehingga aku dengan berani memberitakan rahasia Injil. Karena Injil itulah, aku menjadi utusan yang terbelenggu. Doakanlah agar aku dapat memberitakannya dengan berani sebagaimana seharusnya aku berbicara."
"Akhirnya," kata Paulus kepada orang-orang percaya di kota kafir Efesus, "akhirnya, berdirilah." Kota Efesus terpesona oleh kebohongan, dewa palsu, kenyamanan palsu, jaminan palsu, dan semua janji palsu tentang kebahagiaan yang tidak akan terwujud pada akhirnya. Jadi di sini, pada akhir surat ini, sepucuk surat yang di dalamnya dia sudah berkata-kata begitu banyak, akhir dari tema ini adalah: Berdirilah. Lawanlah kebohongan zaman dengan kebenaran Allah.
Tugas saya hari ini adalah menunjukkan kepada Anda bagaimana peperangan rohani meluas secara daring, dan untuk menjawab pertanyaan, Bagaimana perlengkapan senjata Allah cocok bagi kita untuk peperangan rohani yang dilancarkan pada layar piksel kita? Teks tersebut memiliki kerangka yang cukup sederhana, terbagi dalam tiga tahap. Paulus berkata,
Berdiri Teguh (ayat 10–13)
Bersiap (ayat 14–17)
Serang (ayat 18-20)
1. Berdiri Teguh (ayat 10–13)
Pertama, Paulus berkata supaya berdiri teguh. Dia memberi kita gambaran tentang perjuangan yang kita hadapi dan apa artinya berhasil dalam perjuangan.
Kekuatan untuk Pertempuran
Akhirnya, jadilah kuat dalam Tuhan dan dalam kuat kuasa-Nya. (ayat 10)
Kekuatan kita untuk perang ini bukan terletak pada kekuatan kita. Kekuatan kita bukan hidup di luar jaringan. Kekuatan kita bukan menghapus semua aplikasi media sosial kita. Itu mungkin bermanfaat, tetapi itu tidak akan menyelesaikan pertempuran yang dibicarakan Paulus di sini. Kekuatan kita bukan dalam mengekstraksi diri dari budaya digital untuk hidup dalam isolasi sebagai pertapa offline tanpa komputer atau smartphone atau Wi-Fi. Bukan, kita dipanggil untuk berperang di zaman ini, untuk menjadi kuat dalam Tuhan.
Kekuatan Allah tidak kurang dari apa yang Paulus sampaikan sebelumnya, dalam pasal 1. Kuasa Allah dengan indah ditunjukkan dalam kebangkitan Yesus Kristus dari kematian (Efesus 1:19-20). Kekuatan kita untuk bertahan pada era digital adalah kekuatan kebangkitan. Kita berdiri dalam kekuatan Allah karena Dia kuat. Dia lebih kuat dari kematian. Dan, Dia lebih kuat dari Setan. Jika Setan lebih kuat dari Allah, kita tidak akan memiliki kesempatan untuk berdiri.
Meskipun begitu, Setan menyerang. Dia menyerang, -bukan karena dia tidak terkalahkan, tetapi karena pada prinsipnya dia telah dikalahkan. Karena itu, dia melampiaskan amarahnya. Dia marah dan menggunakan energi apa pun yang tersisa untuk menembakkan semua racunnya pada kita,- Gereja Allah. Jadi, kita mengangkat senjata dan bertempur bukan karena akhir perang kosmik diragukan. Tidak. Tidak diragukan lagi. Kita berjuang karena di "sisi salib ini kemenangan yang telak sudah diraih, dan merupakan hak istimewa bagi kita untuk mengikuti Tuan kita dalam kampanye 'pembersihan', sebagaimana itu disebut" (Carson, "An Equipped Man").
Jadi, apa itu kemenangan? Apa yang harus kita capai?
Berdiri dalam Iman
Pakailah seluruh perlengkapan senjata Allah supaya kamu dapat berdiri melawan tipu daya Iblis. (ayat 11)
Inilah tindakan kita, perintah kita, dan permainan akhir kita. Pakailah perlengkapan senjata Allah. Paulus memanggil kita untuk diperlengkapi seperti seorang prajurit Romawi kontemporer untuk melawan rencana permainan Setan.
Panggilan kita adalah untuk berdiri. Di sini Paulus menggabungkan metafora perang dan gulat. Dipersenjatai untuk perang, berdiri seperti dalam pertandingan gulat.
Di hadapan Setan, kita tidak panik. Kristus mengalahkan dia (Yohanes 12:31). Sekali lagi, "Setan sekarang adalah musuh yang dikalahkan, singa yang dirantai, dan apa yang dapat dia lakukan melawan kita dibatasi oleh kedaulatan Allah setiap hari." Maka bagi kita, yang adalah milik Kristus, itu berarti kita -- harus membenci Setan tetapi bukan takut padanya, karena Allah sekarang memberi kita peralatan tempur serba guna untuk digunakan melawan dia.- (Packer, A Passion for Faithfulness, 94).
Kita tidak lari dari Setan karena ketakutan. Tidak. Kita berdiri dengan iman. Itulah kemenangan.
Kekuatan Tak Terlihat
Dalam ayat 12, Paulus memberi tahu kita lebih banyak tentang perang.
Sebab, perjuangan kita bukan melawan daging dan darah, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, kekuatan-kekuatan dunia kegelapan ini, dan melawan kekuatan roh dari si jahat yang ada di langit.
Tidak ada perintah di ayat 12, hanya pemberitahuan terlebih dahulu. Musuh yang tak terlihat selalu yang paling menakutkan. Virus yang tidak terlihat cukup menakutkan. Ancaman yang tidak terlihat adalah yang paling banyak membuat kita kurang tidur.
Jadi, perang rohani yang tak terlihat telah pecah di Efesus kuno, dan gereja dipanggil bersama untuk berperang. Itu dulu. Sekarang, pada era sains dan teknologi kita, Setan berhasil. Dia diabaikan, dianggap mitos. Sebuah fiksi. Seorang pria berkulit merah dengan celana ketat bertanduk dan garpu rumput. Bagian yang lucu dari lelucon. Pada zaman sains dan teknologi yang berkemilau, Setan menjadi mitos buatan sejak zaman dulu. Dan, itu salah.
Pada kenyataannya, perang ini tidak terlihat dan kosmik. Itu tidak terlihat, tetapi ada di mana-mana. Ini seperti pandemi. Tak terlihat tetapi mengganggu segalanya di dunia kita. Nah, jenis peperangan ini adalah konteks seluruh kehidupan Kristen kita sebagai "peperangan rohani yang mendalam dengan proporsi kosmik" (O'Brien, The Letter to the Ephesians, 466). Perang itu mencakup semua platform media sosial kita dan apa yang kita baca dan kita katakan serta kita posting.
Pada era digital, kita perlu mengatur ulang perhatian kita terhadap kekuatan rohani jahat di dunia ini. Kekuatan yang tak terlihat. Setan hidup dan aktif, dan kita tahu itu masalahnya karena ketika kebenaran dipertanyakan, dan di mana kebohongan menyebarkan kerusakannya, di sana Anda melihat pekerjaannya. Bukan untuk meremehkan, dan bukan melucu, tetapi sejujurnya, wabah media sosial membuktikan keberadaan dan pekerjaan aktif Setan yang sedang berlangsung di dunia untuk menyebarkan kebohongan. Namun, dia tidak terlihat.
Jadi, kita menghadapi ini dengan iman: bahwa "perjuangan kita bukan melawan daging dan darah, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, kekuatan-kekuatan dunia kegelapan ini, dan melawan kekuatan roh dari si jahat yang ada di langit." Perang kosmik itu mencakup apa yang terjadi di layar kita.
Jadi, dalam budaya ini terdapat kekacauan ideologi yang berputar-putar dan serangan terhadap Injil. Panggilannya adalah untuk berdiri teguh dan tetap tidak tergoyahkan. Kita harus melihat melampaui janji-janji palsu dan berhala zaman ini. Kita harus berdiri.
Perebutan Kekuasaan
Sekali lagi, Paulus mengulang hal ini. Ayat 13:
"Karena itu, pakailah seluruh perlengkapan senjata Allah supaya kamu dapat tetap bertahan saat hari jahat itu datang, dan setelah semuanya selesai kamu tetap berdiri."
Surat kepada jemaat di Efesus adalah tentang perebutan kekuasaan. Perebutan kekuasaan kosmik. Dan, kita dipanggil untuk berdiri. Atau berdiri teguh. Itulah kemenangan. Itulah pakta perang kita. Berdiri menggantikan. Jangan lepaskan. Jangan mundur, jangan menyerah, dalam perlawanan rohani zaman ini. Lawanlah. Berdirilah.
Dan, dengan itu kita beralih ke bagian kedua dari teks ini. Kita bisa berdiri hanya jika kita siap berperang.
2. Bersiap (ayat 14–17)
Setiap perang membutuhkan peralatan. Perlengkapan perang negara-negara terkuat kita saat ini sudah maju sampai kita telah membuat peperangan yang tepat. Drone terbang di atas kota-kota musuh pada ketinggian 60.000 kaki di udara, dan kemudian seorang pilot drone di sisi lain planet ini, di sebuah kantor militer ber-AC di Houston, menembakkan rudal ke sebuah kompleks di Afghanistan.
Akan tetapi, dalam pertempuran kita, senjata dan pistol dan misil fisik terbaru kita tidak berdaya karena musuh kita bukanlah darah dan daging, tetapi roh. Oleh karena itu, kita dapat berdiri hanya jika kita diperlengkapi dengan baju zirah dan senjata Allah.
Efesus 6 adalah pertarungan tangan kosong; itu gulat. Jadi, Paulus bergeser untuk mengatakan: saatnya bersiap! Dan, itulah yang kita lihat di bagian selanjutnya ini. Kita dapat berdiri teguh melawan musuh yang tidak terlihat ini karena kita memiliki perlengkapan perang yang tepat.
Kebenaran dan Keadilan
"Jadi, berdirilah teguh, dengan mengencangkan ikat pinggang kebenaran di seputar pinggangmu dan pakailah baju zirah keadilan ..." (ayat 14)
Ikat pinggang kebenaran tampaknya otentik. Karakter Kristus adalah karakter kita. Tidak sempurna, tapi itu mencerminkan diri-Nya. Kita berdiri sebagai orang-orang otentik, orang-orang yang menghidupi kebenaran. Itu saja akan mengubah SMS Anda. Tidak ada fitnah, tidak ada kebohongan, tidak ada gosip, hanya teks berisi kebenaran.
Baju zirah keadilan adalah keadilan Kristus yang sempurna yang kita miliki dalam pembenaran kita. Kita berdiri dalam perang ini karena kita dibenarkan di dalam Kristus. Cobalah berperang dengan Setan hanya dengan kebenaran diri Anda sendiri, maka Anda akan dibantai.
Kesiapan Injil
"... dan pasanglah alas kakimu dengan kesiapan Injil damai sejahtera." (ayat 15)
Alas kaki ini dipasang di kaki kita. Ini adalah kesiapan Injil. Kita selalu siap untuk memberitakan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Kita siap untuk memberitakan kabar gembira tentang pemerintahan Allah atas segala hal, dan kemenangan-Nya atas dosa dan kematian dan Iblis itu sendiri.
Anda dapat mendengar dalam ayat 15 sebuah kutipan dari Yesaya 52:7. Di sana, Yesaya berkata, "Betapa indah di atas gunung kaki-kaki orang yang membawa berita, yang mewartakan perdamaian, yang membawa kabar baik kebahagiaan, yang menyatakan keselamatan, yang berkata kepada Sion, 'Allahmu memerintah.'"
Betapa indahnya dokumen untuk kehidupan media sosial kita secara daring. "Betapa indahnya di web ibu jari orang yang membagikan kabar baik, yang mewartakan damai sejahtera Allah di dalam Kristus, yang membagikan kabar baik tentang kebahagiaan dan sukacita kita di dalam Dia, dan yang mewartakan di feed-nya: 'Allah memerintah!'"
Jadi, keterlibatan media sosial yang siap untuk Injil harus menjadi norma kita. Berdiri teguh berarti selalu siap dengan Injil.
Keyakinan untuk Memadamkan
"Dalam segala hal, ambillah perisai iman untuk kamu dapat memadamkan semua panah api dari si jahat ..." (ayat 16)
Setan mendatangi kita dengan bermacam-macam senjata api. Iman kita seperti perisai besar yang dilapisi kulit dan dicelupkan ke dalam air dan mampu memadamkan panah setan yang menyala-nyala. Apa yang dilakukannya? Dia membangkitkan tanggapan berdosa dari kita. Jadi, padamkan godaan itu. Biarkan itu mengenai dan mendesis dan gagal. Ini adalah salah satu hal terpenting untuk media sosial. Ketika fitnah ditembakkan, apakah Anda menanggapi dengan fitnah? Ketika kemarahan ditembakkan pada Anda, apakah Anda akan merespons dengan amarah? Ataukah godaan itu dipadamkan oleh iman?
Sebab, jika Anda berusaha untuk memuliakan Allah secara daring, Anda akan ditembak. Anda akan difitnah. Anda akan dikritik. Anak panah yang membara akan terbang. Dan bagaimana Anda menanggapinya akan ditentukan oleh iman Anda. Bisakah iman Anda menyerap fitnah dan memadamkannya? Atau apakah Anda tersinggung dan membalas fitnah dengan fitnah?
Menggunakan Firman
"...Ambillah ketopong keselamatan serta pedang Roh, yaitu firman Allah ...." (ayat 17)
Ketopong keselamatan pada dasarnya adalah kesaksian Anda; itu cerita Anda. Jadi, peperangan kita bukan sekadar seruan untuk mengatakan hal yang benar, dan mengutip para teolog ortodoks, atau bahkan sekadar membagikan ayat-ayat Alkitab, atau memposting ulang meme religius. Tidak. Penting untuk berdiri, dan dengan demikian menjaga media sosial dengan baik, adalah berbicara dari tempat ini di mana kesaksian Anda tentang pekerjaan Allah dalam hidup Anda adalah pengalaman yang Anda komunikasikan. Media sosial Anda muncul dari keterlibatan otentik Anda dengan Allah.
Dan, kita pasti berdiri karena firman Allah!
Dari semua perlengkapan senjata Allah yang diberikan kepada kita untuk melawan Setan, hanya satu yang membunuh. Pedang Roh. Firman Allah, firman yang diberdayakan oleh Roh. Ujung tombak kata itu sangat tajam karena diasah oleh Roh. Bukan hanya kata atau huruf di halaman. Tidak. Kata itu dibuat tajam oleh Roh. Itu menembus. Kita berdiri teguh dengan menusuk Setan menggunakan pedang ini.
Sebagai jiwa yang membutuhkan, "Firman Allah melenyapkan kabut kebohongan Setan dan menunjukkan kepada saya di mana kebahagiaan sejati dan abadi dapat ditemukan" (John Piper, Future Grace, 334). Firman membongkar janji palsu media sosial. Jadi, dengan kesaksian kita, dan menggunakan firman, kita melawan kebohongan tentang apa yang akan memuaskan kita.
Jadi, dalam alur teksnya, Paulus berkata, pertama, "Berdiri teguh." Kedua, "Bersiaplah." Dan akhirnya, di bagian ketiga teks kita, Paulus berkata, "Serang!" dalam ayat 18–20.
3. Serang! (ayat 18-20)
Paulus menembakkan istilah "berdiri teguh". Dia sekarang menyerang untuk dasar klaim. Sekali lagi, bukan dengan alat kematian, tapi dengan alat kehidupan: alat doa dan khotbah.
Kuasa dalam Doa
" ... sambil berdoa setiap waktu dalam Roh dengan semua doa dan permohonan. Dalam doamu itu, berjaga-jagalah dengan segala ketekunan sambil menaikkan semua permohonan bagi semua orang kudus ...." (ayat 18)
Kita meremehkan kekuatan doa. Kita menurunkan prioritas doa. Dan, media sosial mencuri dari kita celah kehidupan yang bisa kita gunakan untuk berdoa. Alih-alih berdoa tanpa henti, kita tweet tanpa henti. Ada persaingan untuk mendapatkan celah dalam hidup kita, dan media sosial terlalu sering menang atas doa. Atau seperti yang pernah di-tweet oleh John Piper, "Salah satu kegunaan terbesar Twitter dan Facebook adalah untuk membuktikan pada Hari Terakhir bahwa tidak berdoa bukan karena kurangnya waktu."
Kita bisa sembrono saat daring. Dan, kita juga bisa berperang secara daring. Jadi, berdoalah untuk teman-teman Anda. Berdoa untuk gereja Anda. Berdoa untuk kesaksian Anda secara daring. Dan, berdoa untuk guru daring. Berbicara tentang John Piper, doakan dia. Banyak orang berpikir pelayanan daring itu aman dan nyaman mengacungkan jempol pada kaca bersih – padahal kenyataannya itu adalah perang. Berdoa untuk perang John Piper, saat dia berusaha memberitakan Injil yang mulia secara daring. Dia diserang karenanya, secara terbuka dan pribadi. Berdoa untuk dia. Berdoa untuk semua guru yang Anda mendapatkan manfaat dari mereka secara daring.
Utusan Virtual
Kita melihat model ini dalam diri Paulus, di ayat 19–20, di mana Paulus berkata, "Berdoalah untukku dan untuk pertempuranku!"
"... berdoalah juga untuk aku supaya ketika aku membuka mulutku, perkataan dikaruniakan kepadaku sehingga aku dengan berani memberitakan rahasia Injil. Karena Injil itulah, aku menjadi utusan yang terbelenggu. Doakanlah agar aku dapat memberitakannya dengan berani sebagaimana seharusnya aku berbicara."
Paulus sedang menyerang sekarang. Paulus berkata, "Doakan aku agar aku dapat mengungkapkan pikiranku ke kata-kata sehingga aku dapat dengan berani mewartakan Kristus ke dalam budayaku." Sekali lagi, perang rohani ini adalah tentang menyiarkan kebenaran. Itu relevan bagi kita semua.
Ayat 20 luar biasa, dan itu membuat semua Efesus 6 sangat relevan di era media virtual. Media virtual adalah bagian dari hidup kita, terutama saat ini selama pandemi global. Jadi, alih-alih bertemu bersama di dalam sebuah ruangan di sebuah konferensi, kita ditautkan bersama oleh video ini. Itu tidak ideal. Namun, itu berhasil. Ini adalah karunia dari Allah bahwa kita memiliki cara untuk terhubung seperti ini.
Namun, dengarkan apa yang dikatakan Paulus di sini. Paulus berkata, "Aku menyerang kegelapan dengan pemberitaan Injil. Aku sedang menyerang. Aku adalah utusan bagi Kristus, menjangkau dunia untuk mewakili-Nya." Dan, Paulus dirantai di pergelangan tangannya dan diikat atas perintah sebagai tahanan rumah. Paulus menyebut dirinya utusan global bagi Kristus, dirantai, terikat ke satu tempat di Roma. Namun demikian, Paulus membagikan Injil kepada orang-orang di sekitarnya, ya. Rencana pertempuran Paulus untuk kemajuan Injil juga telah menjadi virtual. Dia menulis surat. Dia menulis untuk jemaat di Efesus dan dia menulis untuk jemaat di Filipi dan Kolose dan Filemon dengan dirantai. Jadi, Paulus berkata bahwa terikat pada satu tempat tidak menghentikan doa, dan tidak menghentikan berkhotbah; itu tidak menghentikan kemajuan Injil dalam kaitannya dengan perang rohani.
Jadi, berbicara tentang perang rohani di dunia maya di media sosial, menurut saya, bukanlah hal yang asing bagi logika Paulus dalam Efesus 6. Ini secara alami terkait karena ayat 20 dan pekerjaan virtual Paulus sebagai utusan global untuk Kristus, "dengan dirantai."
Nyatakan Kemenangan
Sekarang, ketika Paulus berkata "akhirnya" dalam ayat 10, dia menyinggung fakta bahwa seluruh bagian tentang pertempuran rohani ini berakar pada surat secara keseluruhan, khususnya perang rohani di pasal 1. Perang yang kita lakukan dalam Efesus 6 hanyalah perpanjangan dari perang yang kita lihat di Efesus 1. Untuk menyingkat waktu, saya hanya akan meringkas poin awal Paulus dalam Efesus 1:3–14.
Di situ, Paulus memberi tahu kita bahwa Kristus telah memenangkan pertempuran atas setiap pemberontak penipu di bumi, dan telah melepaskan kuasa dari setiap kebohongan di bumi, dan itu hanya masalah waktu sebelum pemerintahan-Nya di akhir zaman atas semua hal mengantarkan warisan kekal bagi gereja. Di dalam Kristus, kita ditakdirkan untuk diberkati dengan limpah oleh Allah. Untuk itu, Kristus mempersatukan seluruh langit dan bumi. Itulah harapan dan kerinduan kita: di bumi seperti di surga, harmoni dan kesatuan kosmik.
Karena saat ini, langit dan bumi tidak sinkron. Kristus datang untuk memulihkan sinkronisasi. Itu berarti Dia harus mati bagi orang berdosa. Dia harus menebus mereka, dan memperkenalkan ciptaan baru dalam kebangkitan-Nya, yang akan menjadi kebangkitan kita, dan akhirnya akan menjadi kebangkitan seluruh dunia material. Itu akan datang. Kita berperang dalam perang rohani dengan melihat kembalinya Kristus.
Efesus adalah tentang harmoni yang dibeli dengan darah: harmoni yang dibeli dengan darah dalam pernikahan, harmoni yang dibeli dengan darah di gereja-gereja lokal. Ini adalah tempat pertama di mana kemenangan kosmik Kristus terwujud di dunia ini. Keharmonisan di rumah dan di gereja adalah untuk mengingatkan kekuatan dan kerajaan bahwa mereka kalah, dan kemenangan besar Kristus suatu hari akan meliputi seluruh dunia. Akan tetapi, untuk saat ini, rumah dan gereja hanyalah gambaran kecil tentang kemenangan dalam terang harmoni kosmik yang akan datang.
Di sisi lain, pernikahan yang hancur dan gereja yang retak adalah upaya Setan untuk membuatnya tampak seperti Kristus yang terhilang. Apakah Anda melihat bagaimana kita ditarik ke dalam pertempuran kosmik? Jadi, Paulus memanggil kita (terutama dalam surat Kolose dan Efesus yang luas dan lengkap) untuk menyatakan kemenangan Kristus dalam hidup kita, rumah kita, dan gereja kita. Etika kita - bagaimana kita hidup – adalah tentang membuktikan kemenangan Kristus.
Efesus dan Kolose keduanya ditulis untuk menunjukkan kepada kita bahwa semua situasi etika kita – dalam pernikahan, pengasuhan anak, persatuan gereja, rekonsiliasi rasial – menyatakan kemenangan Kristus. Dan, setiap kemenangan rohani dalam hidup Anda, setiap saat Anda berdiri dan melawan kebohongan Setan, adalah pengingat bagi dunia iblis bahwa mereka telah kalah, dan kekalahan terakhir mereka akan segera datang. Karena itu kita berdiri.
Kita berdiri di dalam kemenangan kosmik Kristus. Dia sudah meraih kemenangan yang mutlak, dan suatu hari Dia akan kembali untuk mengakhiri perang sama sekali. Sampai saat itu, perang kosmik antara Setan dan Kristus sedang berlangsung dalam hidup kita, dalam pernikahan kita, di rumah kita, di gereja kita, dan di layar ponsel pintar kita.
Setiap Posting Ditawan
Jadi, meskipun kita hidup di dalam dan melalui kehidupan daging ini, kita tidak melakukan perang fisik. Tidak, Paulus berkata di tempat lain: "Sebab, senjata-senjata peperangan kami bukan dari daging, melainkan dari kekuatan ilahi untuk kehancuran benteng-benteng. Kami meruntuhkan pemikiran-pemikiran dan setiap hal tinggi yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus" (2 Korintus 10:4–5).
Terpisah dari Kristus, kerinduan rohani kita yang besar akan kosong.
Terpisah dari Kristus, kita akan terjebak dalam mencari kemuliaan diri.
Terpisah dari Kristus, kita tidak bisa lepas dari janji palsu daring.
Terpisah dari Kristus, tidak ada harapan bahwa kita dapat berdiri teguh dalam kebenaran.
Kita menawan setiap pikiran – menawan setiap tweet, menawan setiap teks, menawan setiap postingan. Setiap saat adalah tanah yang bisa ditawan dan tunduk pada pemerintahan raja Yesus yang berdaulat. Itulah seni perang rohani daring. Itulah artinya berdiri daring.
Saat Anda melihat feed media sosial Anda, tanyakan pada diri Anda beberapa pertanyaan diagnostik:
Apakah ada perang yang terjadi di sini? Atau apakah feed media sosial saya dalam keadaan gencatan senjata rohani?
Siapa di sini yang dimuliakan? Apakah feed Anda tentang kemuliaan Anda sendiri atau kemuliaan orang lain?
Apa sumber kebahagiaan saya sesuai dengan apa yang saya proyeksikan di media sosial? Apakah Kristus atau hal lain yang membuat saya bahagia?
Sekali lagi, saya tidak mengatakan media sosial kita jadi lebih baik dengan memposting lebih banyak ayat Alkitab atau meme agama. Feed media sosial kita adalah tempat kita bertempur. Itu adalah tempat di mana kesaksian hidup Anda, inti dari siapa Anda di dalam Kristus, terlibat dengan dunia Allah dan firman Allah. Dan dari persekutuan otentik ini, kita berbicara dan kita menyatakan pendirian kita.
Media sosial adalah peperangan. Kebiasaan terburuk ponsel cerdas kita adalah akibat dari lengah. Nafsu yang tak terpuaskan untuk kemuliaan diri yang mendorong begitu banyak waktu kita daring adalah kebohongan dari Setan, sebuah tipuan. Itu tidak akan memuaskan kita. Kecanduan media sosial hanya mengungkap kedalaman jiwa kita yang membutuhkan Allah. Tapi itu adalah tempat yang bisa kita tebus untuk tujuan kekal juga. Tempat di mana kita bisa berdiri untuk Kristus. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Desiring God |
URL | : | https://www.desiringgod.org/messages/satans-devices |
Judul asli artikel | : | Satan’s Devices. Standing Fast in the Digital Age |
Penulis artikel | : | Tony Reinke |