Apps4God

Submitted by admin on Mon, 01/11/2016 - 12:00

Dengan munculnya segala macam media sosial, kebanyakan kita sedikit demi sedikit telah berubah menjadi mesin berbagi.

Kami berusaha membagikan kenikmatan kami dengan orang lain, daya tarik alami yang berasal dari rancangan awal kami untuk hidup dalam komunitas bersama satu dengan yang lain. Kami melihatnya, memasangnya, dan hampir secara bersamaan membagikannya. Bahkan, sebelum momen tersebut berlalu, kami telah mengundang ratusan orang untuk mengalami semua hal dari aktivitas kami sehari-hari, pesta ulang tahun ke-30 kita, liburan di pegunungan, dan kelahiran anak ketiga kami.

Moto saya untuk keterlibatan secara daring adalah selalu "untuk dirinya masing-masing." Beberapa orang membagikan banyak hal, beberapa tidak pernah membagikan apa pun. Saya tidak berada dalam posisi menghakimi. Saya membagikan banyak hal. Bagi saya, itu adalah outlet kreatif. Hal itu adalah cara untuk terlibat, membagikan momen penting kepada teman dan keluarga, berbicara tentang terjadinya hal-hal baik di dunia, dan mudah-mudahan menginspirasi orang lain.

Saya bahkan menggunakan media sosial untuk pekerjaan saya, dan saya telah melihat postingan yang menguatkan, menginspirasi, dan bahkan menyatukan orang-orang.

Namun, kita semua mengetahui potensi negatif dari berbagi melalui media sosial: berbagi secara berlebihan dengan "teman-teman" Facebook yang tidak benar-benar mengenal diri kita, secara obsesif memilah postingan Instagram kita untuk membuat hidup kita terlihat ideal, dan tidak menikmati saat ini karena kita terlalu sibuk berbagi dengan mereka yang tidak ada/nyata.

Saya mendapati bahwa memilah beberapa momen untuk tetap menjadi rahasia dan sakral hanya untuk orang-orang yang berada dalam momen tersebut memberikan keindahan lebih terhadap hidup saya dibanding dengan membagikannya.

Beberapa momen terindah yang dipublikasikan tidaklah "seasli" yang kita coba tunjukkan. Mengapa? Bukan karena pose foto sempurna tersebut mengandung hal yang jahat, tetapi karena momen yang kita bagikan itu sementara, dan beberapa di antaranya, tidak peduli seberapa pun mereka "disukai", hal-hal itu tidak memiliki nilai kekal. Kita telah menukar keaslian untuk mendapat persetujuan, dan momen-momen tersebut dipandang dengan cepat, digulirkan, dan dibiarkan menghilang ke dalam jurang internet yang tidak bertuan.

Di mana keseimbangan di dalamnya dan bagaimana kita berbagi secara daring? Ketika membagikan kebaikan dengan dunia menjadi hal yang indah, saya mendapati bahwa memilah beberapa momen untuk tetap rahasia dan sakral hanya untuk orang-orang yang berada di sana memberikan keindahan lebih pada hidup saya daripada membaginya.

Anda tahu, momen-momen yang tak terlihat, yang mana hanya ada Anda dan seseorang yang lain? Momen ketika Anda mendengar bisikan suara yang tenang dan kecil, "Pengalaman ini sangat berarti bagimu saat ini. Letakkanlah teleponmu, hargai saat ini, dan berikan semua cinta yang engkau miliki." Ketika kita mengalami momen ketika kita merasa tarikan Roh Kudus berbicara melalui kita, atau sebaliknya, kita dibuat terkagum-kagum atas kerendahan hati yang menginspirasi, yang tidak dapat menggambarkan dengan tepat. Momen rahasia ini adalah sebuah hadiah untuk dinikmati sepenuhnya, dihargai, dan dibawa di dalam hati kita.

Kita harus berniat menemukan momen-momen tersebut dan menyimpannya tetap dekat, atau kita mungkin akhirnya berhenti menyadarinya. Hal itu mungkin berupa tindakan kebaikan, yang diberikan atau diterima, atau masa ketika tidak diduga seseorang terbiasa memberikan napas kehidupan ke dalam jiwa Anda. Mungkin memberi makan bayi Anda pada pukul 3 dinihari, atau waktu yang dihabiskan dengan orang tercinta dalam hidup Anda, mungkin waktu yang dihabiskan untuk mengagumi keindahan alam, atau waktu yang diberikan kepada orang miskin dan yang membutuhkan. Momen itu adalah saat-saat ketika kita benar-benar diubah. Itulah sebabnya, Alkitab mengatakan kepada kita untuk melakukan hal-hal yang benar-benar indah, seperti berpuasa, berdoa, dan memberi dengan sembunyi-sembunyi.

"Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Matius 6:4).

Bagaimana jika kita memberi penekanan yang sama banyak pada hal-hal rahasia dengan cara kita berbagi? Bagaimana jika kita hidup untuk momen yang tak terlihat dan membiarkan momen tenang tersebut mendikte hari-hari kita?

"Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Matius 6:6).

"Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Matius 6:17-18).

Dalam bukunya "Love Does" (Cinta itu Bertindak - Red.), Bob Goff menulis: "Barangkali Yesus malah menghendaki kita menjadi orang yang benar-benar "tersembunyi". Itulah rencana-Nya untuk promosi-diri. Orang yang benar-benar "tersembunyi" terus bertindak sebagai penyimpan rahasia Allah yang terbaik karena satu-satunya Pribadi yang perlu tahu, yaitu Allah semesta alam, sudah mengetahuinya."

Allah semesta alam melihat setiap hal baik yang kita lakukan, dan hal-hal tersebut menghormati-Nya karena manusia menyerahkannya! Kita harus percaya dengan kuasa menjadi benar-benar "tersembunyi". Kita harus mulai menikmati momen-momen rahasia tersebut, karena yang tak kelihatan bersifat kekal. Untuk memasuki, mencintai, memberi kepada dunia, tanpa merasa perlu memberi tahu semua orang tentang hal-hal tersebut, inilah rahasia yang suci.

Berbagi itu indah, dan saya akan terus melakukannya, tetapi bagaimana jika kita memberi penekanan pada hal-hal yang rahasia sebanyak ketika kita berbagi? Bagaimana jika kita hidup untuk yang tidak terlihat dan membiarkan momen-momen tenang mendikte hari-hari kita? Ketika kita didorong untuk hadir sepenuhnya, ketika Allah berbicara dalam hal-hal yang tidak biasa, ketika Dia menarik kita untuk terhubung secara pribadi dengan manusia lain; mari kita menarik kursi, mendengarkan, dan terlibat. Karunia kehadiran itulah yang dunia butuhkan saat ini, lebih dari sebelumnya.

Kita terus menghadapi peluang untuk mengasihi dan memberi -- untuk membuat dampak yang kekal. Begitu banyak upaya kita di bumi ini yang akan memudar. Hal-hal rahasia sedang membentuk kita, dan kita akan membawanya bersama kita, di sepanjang perjalanan pulang. Mari kita menjaga mereka. (t/N. Risanti)

"Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal." (2 Korintus 4:17-18).

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Relevant Magazine
Alamat URL: http://www.relevantmagazine.com/culture/tech/not-everything-meant-be-shared
Judul artikel: Not Everything Is Meant to Be Shared
Penulis artikel: Leigh Liebmann
Tanggal akses: 7 Januari 2016