Hingga beberapa bulan yang lalu, saya kira saya adalah seorang pria yang betul-betul melek teknologi karena saya dibesarkan pada era komputer dan internet. Sejak Taman Kanak-Kanak, saya sudah main permainan komputer. (Permainan yang saat itu hanya dijalankan di sistem operasi DOS dan satu-satunya warna yang tersedia adalah hijau dengan latar belakang hitam ....) Saya tidak pernah menemui masalah yang tidak bisa saya selesaikan terkait dengan komputer, sekalipun program itu belum pernah saya pakai sebelumnya. Namun, "keakraban" saya dengan teknologi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan generasi yang datang setelah saya.
Baru-baru ini, saya membaca sebuah artikel yang menjelaskan bahwa generasi selanjutnya, Gen Z, yang saat ini masih dilahirkan, adalah juga generasi yang mulai lulus dari universitas. Meski saya dibesarkan sebagai seorang digital native, mengenal komputer dan internet, kelompok manusia baru ini adalah generasi mobile-first -— mereka dibesarkan dengan ponsel pintar dalam genggaman tangan mereka. Mereka melakukan "Facetiming" (sebuah aplikasi untuk melakukan kontak video) dengan kakek nenek mereka, praktis dari sejak mereka lahir. Kemarin dulu, keponakan saya yang baru berusia 2 tahun membawa sebuah app seharga $100 di iPhone ayahnya. Sebagai seorang pria berusia 25 tahun yang tidak memiliki app seharga $100 di ponselnya, saya mulai merasa bahwa anak-anak ini meninggalkan saya di belakang!
Salah satu pekerjaan saya di OneHope adalah mengikuti tren-tren digital terkini dan memahami bagaimana tren-tren tersebut membentuk lingkungan tempat kita bekerja. Untuk tujuan itu, saya perkenalkan kepada Anda tujuh tren teknologi yang harus Anda sadari dan rencanakan dalam pekerjaan pelayanan Anda.
1. Ponsel pintar
Setiap peluncuran produk iPhone hanya menggarisbawahi bagaimana ponsel-ponsel pintar sudah mengakar dan kepentingannya semakin tinggi. Pertimbangkan beberapa statistik ini dari seorang guru teknologi, Tomi Ahonen.
a. Sudah ada lebih banyak ponsel daripada jumlah manusia di bumi.
b. Setiap tahun, ada tambahan dua milyar ponsel pintar yang dijual.
c. Lebih dari setengah pengguna Internet di muka bumi tidak lagi menggunakan PC untuk mengakses internet.
Poin yang terakhir kelihatannya tidak begitu signifikan, sampai Anda berhenti dan merenungkan perkembangan internet di ponsel Anda hanya dalam beberapa tahun ini. Perangkat seluler mengubah bentuk internet dan benar-benar merepresentasikan sebuah media distribusi massa yang baru. Dari Guttenberg Printing Press pada tahun 1500-an, ke era piringan hitam, bioskop, radio, televisi, dan sekarang internet di perangkat-perangkat seluler. Selanjutnya, akan apa lagi? "Virtual" dan "Augmented Reality". Akan tetapi, untuk menuju ke sana, kita perlu berbicara tentang konektivitas terlebih dahulu.
2. Konektivitas
Negara Estonia telah mendeklarasikan bahwa konektivitas internet adalah hak dasar manusia, karena itu mereka menyediakannya secara gratis. Saya yakin ini akan menjadi indikasi tren yang akan menyebar dengan cepat. Negara-negara lain di dunia yang sedang berkembang menyadari bahwa koneksi ke internet berarti potensi lebih besar bagi kemakmuran negara mereka. Karena itu, mereka bekerja untuk meningkatkan infrastrukturnya. Sebagai tambahan, perusahaan-perusahaan, seperti Google, Facebook, dan lain-lain, memperoleh sebagian besar keuntungannya dari iklan di situs-situs internet. Jadi, mereka berusaha menghubungkan lebih banyak orang kepada "World Wide Web" melalui drone, satelit, dan balon-balon "high-altitude" di daerah-daerah pedesaan dan yang kurang maju yang tidak memiliki infrastruktur untuk menyediakan konektivitas secara lokal. Saat mereka terhubung — bum! — itu berarti 2 milyar orang untuk menjualkan iklan. Sekarang, kita bisa membicarakan bagian yang menyenangkan ....
3. Virtual Reality (Realitas Virtual)
Berdiri di lapangan selagi pesawat yang membawa bantuan menjatuhkan makanan ke Sudan Selatan. Menjelajahi sebuah istana yang berliku-liku di Perancis. Melayang di atas New York City bersama Charlize Theron ...? Dengan Virtual Reality (VR) di tangan, hal ini bukan lagi sebuah fantasi. Saya sendiri telah memakai alat-alat itu! VR dimungkinkan terjadi karena kecanggihan ponsel pintar masa kini. Yang terjadi adalah ponsel Anda menggabungkan data dari orientasi gyro internal dan kompas untuk menentukan secara "real time" bagian sudut mana dari 360 derajat yang akan Anda tampilkan pada layar ponsel Anda. Jika Anda memakai headphone, ia juga dapat mengubah keseimbangan audio kanan dan kiri untuk mengindikasikan dari mana arah suara-suara itu berasal.
Untuk menjelaskan VR, sebaiknya Anda mengalaminya sendiri karena tidak bisa dijelaskan. Anda bisa mencobanya sendiri tanpa keluar biaya banyak dengan membeli sebuah headset Google Cardboard (seharga $3 - $40). Tahun ini saja, jumlah pengguna VR sudah bertambah lebih dari satu juta orang, sebagian besar berkat distribusi gratis Google Cardboard oleh New York Times kepada para pelanggan untuk mempromosikan app baru mereka. Mungkin Anda juga perlu mengunduh app NYT VR dan menonton cerita "The Displaced" yang berdurasi 11 menit tentang anak-anak pengungsi yang ada di medan perang. Cerita yang luar biasa yang dipertontonkan melalui VR dan benar-benar menghubungkan hati kita untuk anak-anak dan pelayanan.
Google Cardboard dan YouTube juga memiliki aplikasi-aplikasi VR yang populer, dan pasar ini akan semakin bertumbuh. Pada tahun 2025, pasar konten VR akan mencapai $5,4 milyar. Komponen perangkat keras akan bernilai $62 milyar. Belum lagi, kesenangan yang didapat ketika melihat seseorang menggunakan alat tampilan VR (Anda akan mengerti maksud saya saat punya Cardboard sendiri). Intinya, VR ini sudah cukup mengagumkan, apakah ada lagi yang lain?
4. Augmented Reality (Realitas Tertambah)
Tren-Tren Pelayanan Digital Virtual Reality merujuk kepada virtualitas: kualitas sifat yang dibagikan tanpa harus berbagi bentuk fisiknya. Dengan aplikasi-aplikasi Augmented Reality (AR), Anda tidak hanya mengalami sebuah realitas yang berbeda secara virtual, melainkan realitas umum Anda bisa dibuat dengan cara dibesarkan atau ditingkatkan. Para analis memperkirakan akan ada lebih dari 1 milyar pengguna AR pada tahun 2020. Anda tidak akan memercayai banyaknya industri yang sedang berupaya menguasai wilayah ini!
Setahun terakhir, saya mengerjakan sebuah app untuk OneHope yang disebut "Traverse" yang menggunakan teknologi AR untuk menciptakan petualangan Alkitab di dunia nyata. Titik-titik GPS memandu orang-orang muda berkeliling di kota mereka melalui ponsel pintarnya dan melibatkan mereka dengan konten alkitabiah ketika mereka tiba di tempat itu. Pikirkan perbedaan yang akan terjadi ketika berdiri di sebuah kebun raya ketika membaca fakta-fakta kitab Kejadian tentang Taman Eden. Atau, tersesat di sebuah stadion yang luas yang menunjukkan seperti apa keadaannya ketika Yesus menampakkan diri di depan 5000 orang setelah hari kebangkitan. Dengan AR, kita dapat membuat penggalian Injil menjadi pengalaman, interaktif, dan sosial. Saya tidak sabar menunggu app ini selesai dikerjakan dan memberikannya ke tangan-tangan tim lapangan kami di seluruh dunia!
5. Desentralisasi Anti-Institusional
Saya bisa saja keluar dari pekerjaan saya besok dan mendapatkan penghasilan yang layak dengan mengubah kamar tamu saya menjadi sebuah kamar hotel (bisnis persewaan kamar), memanfaatkan mobil keluarga sebagai layanan taksi (Uber), menjual sebagian dari makan malam saya (bisnis memasak untuk orang lain), atau ikut berinventasi bersama untuk merealisasikan sebuah ide bisnis (bisnis startup). Bisakah Anda bayangkan banyaknya kemungkinan bisnis yang bisa diciptakan oleh aplikasi-aplikasi ini? Ini semua adalah contoh kelompok orang-orang yang berinovasi dengan menciptakan sebuah platform yang memungkinkan orang biasa melakukan apa yang sebelumnya hanya bisa dilakukan oleh sebuah perusahaan.
Efek samping yang menarik dari aplikasi-aplikasi semacam ini adalah mereka menciptakan pasar yang lebih manusiawi dan interpersonal. Anda memercayai pelanggan yang tidak dikenal karena mereka adalah orang-orang biasa, sama seperti Anda. Transaksi seperti ini dibangun atas kepercayaan yang menguntungkan antarsesama yang tak dikenal berdasarkan penilaian rekan dan ulasan, dan juga sesama pengguna karena asosiasi merk dagang dari platform-platform layanan "orang per orang" seperti ini. Apa lagi? Hampir industri apa pun secara radikal akan terpengaruh oleh tren ini.
6. Nilai dari Sebuah Pengikutan (Following)
Apa reaksi Anda saat saya memberitahukan bahwa orang-orang seperti Anda bisa menjadi seorang jutawan berkat app yang Anda gunakan setiap hari: Instagram, YouTube, dan Twitter? Itu sangat gila dan itu benar!
Kalau Rhett dan Link, dari acara komedi YouTube "Good Mythical Morning", pergi ke jaringan televisi utama seperti NBC atau Comedy Central dan berkata, "Kami bisa membuat sebuah pertunjukan yang akan sangat populer, yaitu dengan saya berbicara dan melakukan hal-hal yang aneh, dan orang-orang akan sangat menyukainya," mereka barangkali tidak akan pernah mendapatkan wawancara, apalagi sebuah pertunjukan. Namun, dengan platform penerbitan mandiri, seperti YouTube, mereka bisa sukses dengan lebih dari 8 juta pelanggan, dan akan terus bertambah.
Namun, bukan berarti saya meminta Anda keluar dari pekerjaan Anda dengan membuat video. Pelayanan adalah panggilan yang jauh lebih tinggi! Namun, contoh-contoh ini memang menunjukkan bahwa inilah zaman pengguna bisa membuat konten dan Anda dapat melakukan apa yang Anda suka hampir tanpa batasan (dan sekaligus bisa menghasilkan uang).
7. Metrik/Hasil Analisis Pribadi
"FitBit" adalah contoh yang sangat jelas dari sebuah perangkat yang memudahkan Anda menangkap dan merekam informasi tentang kegiatan olahraga Anda karena dapat menghasilkan analisis tentang jumlah kalori yang terbakar, berapa mil Anda telah berlari, bagaimana Anda tidur, dst.. Akan tetapi, FitBit hanyalah salah satu contoh dari yang saya yakini sebagai tren yang sedang berkembang.
Karena kuatnya penilaian perusahaan terhadap asesmen, Anda mendengar perkataan-perkataan seperti, "Mari kita tinjau statistiknya," atau "Bagaimana Anda memvalidasinya?" Ada dorongan untuk membuktikan pencapaian-pencapaian seseorang, sampai terbawa ke wilayah-wilayah lain dari hidup kita.
Kita memiliki aplikasi untuk mencatat diet dan olahraga (MyFitnessPal), keuangan (Mint), bagaimana Anda menghabiskan waktu Anda saat kerja (Harvest), atau Anda bisa mempertimbangkan bagaimana kepribadian yang populer (Myer's-Briggs), dan penilaian kekuatan (Strengthsfinder) saat ini. Seiring dengan bertambah pintarnya perangkat-perangkat yang kita miliki dan berapa banyak lingkungan aktivitas kita yang dapat terhubung dan saling bertukar informmasi, koleksi dan analisis data tentang diri kita pun akan terus bertambah. Jadi, wilayah mana lagi dalam hidup kita yang akan diserap oleh hal-hal ini? Semuanya. Kita akan punya hasil analisis tentang aspek hidup kita yang bahkan tidak pernah kita pikirkan sebelumnya.
Apa arti semua ini bagi saya?
Sangat menarik untuk melihat bagaimana pendekatan gereja terhadap teknologi dibentuk, terutama oleh pemahamannya akan realitas. Gereja, karena secara inti bersifat konservatif, cenderung melihat ke masa lalu sebagai hal yang lebih baik. Ini terjadi karena kita memiliki permulaan yang tinggi. Kita diciptakan oleh Allah, dalam gambar dan rupa-Nya, kemudian jatuh dalam dosa. Itu adalah lintasan ke arah bawah, jadi kecenderungannya adalah menolak hal baru dan berpihak kepada yang tradisional, menolak yang belum teruji, berpihak kepada yang telah teruji dan benar, menolak upaya-upaya yang berisiko, dan berpihak pada pilihan yang lebih aman. Sebab, kita percaya bahwa asal muasal kita lebih suci, lebih baik, dan lebih dapat diandalkan daripada arah yang dituju oleh dunia ini.
Akan tetapi, jika Anda memiliki pandangan bahwa manusia memiliki awal yang lebih rendah dan berevolusi dari "primordial soup", Anda akan memiliki pola pikir yang berlawanan. Kita sedang mengarah ke lintasan yang naik menuju masa depan yang hanya bisa menjadi lebih baik daripada asal muasal kita. Dalam dunia ide dan dunia teknologi, kemajuan adalah tujuan yang utama. Semakin jauh dan semakin cepat kita melaju, semakin baik, ini menurut pendapat mereka. Tinggalkan hari kemarin karena yang baru secara otomatis berarti yang lebih baik.
Kelihatannya, gereja dan teknologi sedang berjalan ke arah yang berlawanan. Akan tetapi, sebagai orang Kristen, kita perlu tahu bahwa iman kita bukanlah iman yang melihat ke belakang, melainkan ke depan.
"Kita menaruh iman kita pada kedatangan Yesus yang kedua, jadi pengharapan kita ada pada masa yang akan datang."
Sampai hal itu terjadi, kita harus membagikan Injil dan pergi memuridkan. Gereja telah menjadi salah satu dorongan yang paling inovatif dalam sejarah, menggunakan apa yang ada, dari jalanan Romawi sampai kepada Gutenberg Printing Press, serta ke radio dan televisi untuk menyebarkan firman Tuhan. Demikian juga, gereja seharusnya menggunakan internet dan ponsel, dan seharusnya memanfaatkan teknologi lebih dari sekadar situs gereja; lebih dari sekadar nge-tweet sesekali hanya karena semua orang melakukannya.
Adalah hal yang luar biasa jika kita bisa menjangkau begitu banyak orang berkat penyebaran ponsel pintar dan akses internet yang terus meningkat. Organisasi-organisasi, seperti Mobile Ministry Forum, sedang membantu memperlengkapi gereja dengan alat-alat untuk menjadi lebih efektif di area ini. Namun, seperti apa presentasi Injil secara virtual reality? Bagaimana kita membuat penggalian Alkitab menjadi lebih relevan dan berdampak dengan Augmented Reality? Seperti apa padanan pelayanan Uber/AirBnB untuk gereja, apakah lebih mirip atau kurang mirip dari gereja mula-mula? Bagaimana gereja dapat memanfaatkan Twitter, YouTube, dan Instagram dengan lebih baik? Akan seperti apa hasil analisis rohani? Saya tidak akan pura-pura tahu semua jawabannya, tetapi saya percaya bahwa ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang tepat untuk diajukan.
Kita seharusnya ada di depan untuk memimpin, di ujung tombak dalam membangun teknologi-teknologi yang memfasilitasi komunikasi dan keterlibatan bagi tujuan penginjilan dan pemuridan. Kita seharusnya bisa membuat pasar sekuler berkata, "Seandainya kita memiliki keterlibatan seperti yang orang Kristen miliki." Motivasi kita jauh lebih besar daripada motivasi untuk memperoleh laba. Kita adalah orang-orang yang memiliki kepentingan yang mendesak bagi Kerajaan Allah, dan kedatangan Kristus kembali menjadi dorongan bagi kita untuk maju ke depan! Jadi, mari kita mulai kerja keras, sebab ada potensi yang luar biasa di sini. (t/Odysius)
Redaksi:
Teknologi terus berkembang dan generasi digital telah datang. Apakah pelayanan misi Indonesia akan tidak akan terpengaruh oleh keberadaan mereka? Ataukah, kita harus menjadi lebih fleksibel dan mulai memanfaatkan teknologi untuk menjangkau mereka?
Mari kira renungkan hal ini sejenak dan mulai memikirkan strategi yang lebih baik.
Diterjemahkan dari:
Nama situs: Indigitous
Alamat URL: https://indigitous.org/2016/07/11/digital-trends-missions-part-one;
https://indigitous.org/2016/07/11/7-trends-digital-missions-part-two
Judul artikel: 7 Digital Trends in MissionsPenulis artikel: Liam Savage
Tanggal akses: 21 Oktober 2016