Kita mendapati diri dalam suatu budaya yang berbicara dalam bahasa yang lain, mendefinisikan istilah-istilah tradisional dengan cara-cara yang tidak pernah kita anggap mungkin, dan lebih terkoneksi-tetapi-terputus daripada sebelumnya.
Tanpa perlu pindah ke suatu negara baru, kita, secara individu, terbangun dalam budaya digital yang didefinisikan oleh mobile, sosial, dan konektivitas bandwith. Tantangannya, Gereja terlalu lambat menyadari fakta bahwa mereka berada di tengah pergeseran budaya seismik yang tidak pernah dilihat sejak tahun-tahun pertama mesin cetak Gutenberg. Hasilnya, terdapat kesan bahwa gereja tidak relevan dan terputus dari budaya.
Yesus memanggil umat-Nya untuk menjadi Ekklesia di dalam dunia. Yang menarik tentang budaya baru tempat kita mendapati diri kita adalah bahwa Ekklesia bisa lebih MENJADI Ekklesia pada masa kini dibandingkan pada masa kapan pun dalam sejarah.
Akan tetapi, hal ini berarti bahwa kita perlu mengembangkan strategi baru untuk melakukan pelayanan dalam budaya baru kita yang intensif dengan Digital, Sosial, Mobile, dan Bandwidth. McKinsey&Company telah mengembangkan suatu penaksiran tentang bagaimana kedewasaan dan kemampuan digital suatu bisnis menggerakkan performa keuangan. Mereka menyebutnya sebagai Digital Quotient (DQ™).
DQ™ menaksir empat hasil pengukuran yang terbukti menggerakkan performa digital:
- Strategi -- visi, tujuan, dan prinsip strategis yang ada untuk mencapai cita-cita bisnis digital jangka pendek, menengah, dan panjang.
- Budaya -- pola pikir dan sikap kritis untuk menangkap berbagai kesempatan digital.
- Organisasi -- struktur, proses, dan talenta yang mendukung pelaksanaan strategi digital.
- Kemampuan -- sistem, alat-alat, keterampilan digital, dan teknologi yang ada untuk mencapai tujuan-tujuan digital yang strategis.
Jadi, apa hubungan hal ini dengan gereja?
Meski DQ™ dikembangkan dengan latar belakang bisnis, ia membahas inti dari budaya masa kini. Kita, sebagai Gereja, perlu serius mengevaluasi bagaimana kita melakukan pelayanan sambil mempertahankan integritas dari Kabar yang kita bawa.
Bagaimana performa gereja Anda pada setiap area ini?
Strategi
Apakah gereja Anda memiliki visi dan strategi pelayanan digital? Jika demikian, apakah semua itu sejalan dengan visi dan strategi gereja Anda?
Budaya
Apakah budaya gereja Anda mendorong penggunaan alat-alat digital yang tersedia untuk mencapai misi gereja? Apakah para staf dan pemimpin menyadari kesempatan-kesempatan untuk pelayanan digital? Apakah Anda mencari cara-cara inovatif untuk menggunakan sarana digital untuk menjangkau orang-orang yang terhilang dan membuat murid?
Organisasi
Apakah gereja Anda menambah relawan dan staf dalam posisi-posisi kunci untuk memimpin dalam penggunaan alat-alat digital untuk pelayanan? Apakah alur kerja pelayanan dioptimalkan oleh alat-alat digital tersebut? Apakah Anda memikirkan tentang digital terlebih dahulu dalam hal pemasaran dan komunikasi?
Kemampuan
Sudahkah gereja Anda berinvestasi dalam alat-alat dan pelatihan digital untuk para pemimpin, relawan, dan staf untuk melayani secara efektif pada era digital kita saat ini?
Langkah Selanjutnya
Tujuan dari pemanfaatan alat-alat digital bukanlah untuk mengubah fokus dari Allah ke teknologi. Tujuannya bukan pula untuk menempatkan digital mendahului orang-orang. Kita hidup di dalam dunia digital tempat orang-orang terkena dampak oleh pengaruh digital tertentu dalam segala sesuatu yang mereka lakukan. Kita perlu mempelajari bahasa budaya kita yang baru dan menggunakan alat-alat ini untuk membuka pintu, menciptakan lebih banyak waktu untuk membangun relasi, berkomunikasi secara efektif, melatih dan memperlengkapi orang-orang Kristen untuk kehidupan sehari-hari dan pengaruh yang lebih besar untuk menjadi Ekklesia lebih daripada sebelum-sebelumnya.
Ambillah waktu sejenak untuk meninjau keempat pengukuran DQ™ tadi. Bagaimana performa gereja Anda dalam area-area ini? Rayakanlah apa yang bisa Anda lakukan dengan baik. Di manakah ada ruang untuk peningkatan? Rancangkan suatu rencana untuk 90 hari ke depan untuk meningkatkan performa dalam area-area ini. Di penghujung 90 hari tersebut, ulanglah evaluasi ini dan buatlah penyesuaian apa pun yang diperlukan. (t/Odysius)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Steve Perky |
Alamat situs | : | https://www.steveperky.com/what-you-need-to-know-about-your-churchs-digital-ministry-quotient/ |
Judul asli artikel | : | What You Need to Know About Your Church’s Digital Ministry Quotient |
Penulis artikel | : | Steve Perky |
Tanggal akses | : | 24 September 2018 |