E-Vangelism: Menjalin Persahabatan Secara Online
AddThis Sharing Buttons
Share to FacebookShare to TwitterShare to Google+Share to WhatsAppShare to LINEShare to More
credit: Flickr
Internet dipenuhi dengan orang-orang yang sedang mencari jalinan/hubungan persahabatan yang berarti. Bagi gereja, internet bisa menjadi kesempatan global -- sebuah ladang misi yang siap untuk dituai. Sekarang adalah saatnya untuk menuai di ladang tersebut. Kita bisa membuat parafrase dari perkataan Rasul Paulus kepada Timotius -- Setiap orang Kristen yang bisa mengakses online seharusnya bisa mengerjakan pelayanan sebagai "E-vangelist" (e-Penginjil) -- seorang penginjil elektronik.
Penginjilan elektronik adalah penginjilan yang dilakukan via internet. Penginjilan ini mempertemukan orang secara online dan mengembangkan hubungan yang erat dengan orang-orang tersebut. Namun, ada satu masalah yang akarnya sudah muncul di gereja yang nyata. Mayoritas orang Kristen, baik yang online atau yang ada di bangku gereja, biasanya tidak ingin meninggalkan `wilayahnya yang nyaman` dalam komunitas Kristen.
Dalam budaya Barat, rata-rata orang Kristen menerima pengajaran untuk menjauhi dunia sekuler. Sebagai hasilnya adalah adanya isolasi dari orang-orang yang seharusnya bisa kita jangkau dengan Injil Yesus Kristus. Kita meluangkan banyak waktu untuk mendengarkan musik Kristen, menyaksikan program kerohanian Kristen, menghadiri acara- acara yang disponsori oleh gereja, dan lingkungan kita pun dikelilingi dengan sahabat-sahabat Kristen. Bagaimana kita bisa menjadi `garam dan terang` bagi komunitas di sekitar kita? Hal yang sama juga dilakukan oleh rata-rata orang-orang Kristen yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk online. Mereka meluangkan banyak waktu untuk online dengan komunitas-komunitas Kristen. Mereka mengunjungi chat rooms Kristen, berselancar ke situs-situs Kristen, membaca artikel-artikel online yang ditulis oleh penulis Kristen dan ditujukan bagi para pembaca Kristen, download musik-musik rohani yang bisa diputar dalam komputer multimedia yang mereka miliki, berkorespondensi online dengan teman-teman Kristen, dan berlangganan milis-milis Kristen yang menyediakan renungan harian, bahan PA, dan pesan-pesan rohani yang memberikan inspirasi. Tidak ada yang salah dengan semua aktivitas tersebut. Ada banyak sumber yang bagus di internet yang dapat membantu seorang Kristen untuk bertumbuh secara rohani. Namun jika kita mau serius melihat jiwa-jiwa yang terhilang di internet dan bersedia mengenalkan mereka kepada kasih Allah, maka kita harus mau keluar dari `tempat garam` dan pergi ke tempat dimana jiwa-jiwa terhilang itu berada.
Jadi, mengapa tidak ada di antara kita yang bersedia pergi untuk menjangkau jiwa-jiwa yang terhilang di internet? Kemungkinan disebabkan karena kita tidak ingin tampak terkesan `duniawi` dalam media yang secara terbuka mempromosikan nilai-nilai postmodernisme -- media sekuler dan di mata banyak orang Kristen, media ini banyak menampilkan isi-isi yang tidak layak dibaca bagi umum.
Namun, hal tersebut bukan hal yang baru bagi kita. Sebagai orang Kristen, kita selalu berhadapan dengan konflik karena kita berada di dunia padahal kita bukan berasal dari dunia. Kita berasal dari dunia yang berbeda dan hanya tinggal sementara di tanah yang asing ini -- dunia yang penuh dengan dosa. Dunia cyber tidaklah jauh berbeda. Dosa juga muncul dalam dunia cyber. Apakah dosa itu lebih buruk dari dosa yang ada di dunia nyata? Kemungkinan besar tidak.
MPerhatikan permasalahan pornografi online. Penulis seperti Douglas Groothuis menunjukkan hahwa pornografi di dunia cyber mudah sekali diakses, bahkan bagi mereka yang awam di dunia cyber (walaupun ada teknologi yang bisa digunakan untuk memblokir akses ke situs-situs tersebut). Namun ada penulis lain, Quentin J Schultze, menuliskan, "Materi-materi pornografi di internet tidaklah sebanyak informasi- informasi berita lain yang tersaji melalui media ini. Saya meluangkan banyak jam di internet setiap minggunya, dan saya jarang mendapatkan situs-situs pornografi tersebut."
Sudah jelas bahwa orang Kristen menghadapi godaan dan tantangan di dunia cyber sama seperti godaan-godaan yang kita hadapi di dunia nyata. Sifat internet yang pribadi dan anonim seringkali membuat beberapa dari kita lebih sulit untuk meghindari godaan-godaan tersebut. Namun, nasihat dari Roma 12:2, "Janganlah menjadi sama dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan akal budimu, sehingga kamu dapat membedakan apa yang menjadi kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna." merupakan ayat penting bagi orang-orang Kristen yang melakukan penginjilan secara online sama seperti PI yang kita lakukan di dunia pekerjaan atau bagi lingkungan di sekitar kita. Di setiap lingkungan, tanggung jawab kita sebagai orang Kristen adalah menjadi garam dan terang. Sama seperti yang dijelaskan Schultze, "Segala sesuatu yang dikerjakan di internet merefleksikan sesuatu yang kita percaya dan kita hargai melalui setiap kata yang kita ketik, setiap gambar yang kita atur, dan setiap link yang menghubungkan kita dari satu situs ke situs lain."
Diambil dari:
Arsip publikasi: e-JEMMi 16/2005
Alamat URL: http://misi.sabda.org/e_vangelism_menjalin_persahabatan_secara_online