Yesus memanggil kita untuk beriman, tetapi terkadang kita melakukan kesalahan yang sering disebut sebagai efisien. Tidak ada masalah dengan efisiensi, tetapi dalam pelayanan, apakah instrumen dari kasih? Saya akan menjelaskan sebuah cerita fiksi tentang bahaya dari teknologi gereja.
Sebuah perumpamaan: Seorang Pendeta mendengar nada dering dan melihat pada iWatch untuk melihat sebuah pesan, "Penting! Dave Johnson mengalami serangan jantung - keluarganya sedang berada di ruang gawat darurat dekat dengan pinggir kota - apakah kamu bisa menemui mereka di sana?" Pendeta itu memencet tombol jempol dan siang harinya berubah seperti keranjang buah. Dia memarkirkan mobilnya di pinggir jalan, mengambil ponselnya, dan membuka aplikasi Gereja.
Dalam beberapa saat dia melihat gambar Dave Johnson (dalam jemaat yang berjumlah 400 orang, bagaimana seorang pendeta dapat mengingat detail dari setiap jemaat di Gereja?) Aplikasi itu mulai mengisi kekosongan: istri bernama Nancy; mereka memiliki 2 anak remaja yang masih sekolah SMA. Kesulitan pertama telah teratasi - ketika masuk ke ruang gawat darurat dia akan memanggil nama mereka satu persatu, dapat memegang tangan atau menatap seseorang tanpa khawatir terlihat berada jauh dalam suatu krisis. Pendeta itu masih mengidentifikasi kelompok sel mana yang baru-baru ini dihadiri oleh keluarga Johnsons, beserta nama-nama orang yang ada dalam kelompok itu. Dia mengirim pesan ke kantor, meminta mereka untuk menghubungi teman-teman Johnsons dan menyiapkan makanan; dia juga memeriksa anggaran gereja dan mengkonfirmasi tersedianya dana sosial yang cukup untuk menawarkan keluarga Johnson menginap di hotel di seberang jalan untuk malam pertama yang mereka alami dalam pencobaan.
Kembali pada staf kantor gereja (hanya ada satu pekerja penuh waktu dan dua pekerja paruh waktu) dengan berhati-hati menghubungi jemaat gereja yang lainnya untuk mengatur bantuan praktis. Pada saat pendeta di tempat parkir rumah sakit, dia menunggu pesan tindak lanjut - gereja mengumpulkan jemaat untuk memperlihatkan kasih dalam berbagai cara praktis. Pendeta membuka pintu mobil, berdoa bagi keluarga. Sekarang, pekerjaan yang sesungguhnya dimulai.
Para pendeta dan staf gereja, serta anggota jemaat mana pun selalu berkomitmen untuk menyediakan pelayanan bagi umat, tetapi pada tahun-tahun sekarang ini kemampuan untuk menanggapi dengan cepat, mendalam, dan sepenuhnya telah ditingkatkan oleh hal-hal yang terdengar aneh seperti pangkalan data, lembar kerja, pemberitahuan pesan, panggilan telepon, dan bahkan berkas jpeg, sekarang ini, semuanya itu tersedia melalui Wi-Fi atau data seluler. Apakah sebagai tanggapan terhadap tragedi keluarga setempat atau bantuan bencana di negara lain, sekarang semua gereja dapat meniru tindakan-tindakan yang dilakukan oleh gereja di Filipi, ketika Paulus menyatakan, " ... akhirnya kamu memberikan kembali perhatianmu kepadaku. Memang, sebelumnya kamu memberi perhatian kepadaku, tetapi kamu tidak memiliki kesempatan."
Baik pada abad ke-1 maupun ke-21, gereja selalu peduli. Pada masa sekarang, teknologi gereja telah membuat berbagai peluang untuk kepedulian yang praktis, yang menjadi lebih berlimpah dari sebelumnya. Akan tetapi, apa bahaya gereja teknologi?
Kehidupan gereja di dunia barat adalah hal yang dinamis: gedung yang besar, ibadah yang menarik, dan tim pelayanan yang paling banyak dibantu dalam sejarah manusia. Akan tetapi, juga milik kita dalam iman mula-mula. Kasih Tuhan, anugerah kristus, dan kehadiran Roh Kudus yang selalu menjadi esensi sejati dari "memperlengkapi orang-orang kudus untuk melakukan pelayanan." Dan, sejak pertama kali Paulus dan Barnabas memulai perjalanan misi, orang-orang Kristen telah mengadopsi teknologi yang tersedia untuk melayani Injil.
Bahaya teknologi gereja pada masa sekarang ini mungkin terdengar tidak asing: memulai dengan Roh, tetapi mungkin kita kemudian tergoda untuk menyelesaikannya dalam daging. Gereja selalu berusaha untuk mengkomunikasikan dari surat tulisaan tangan hingga buletin digital dan menghidupi kabar baik. Godaan kita saat ini adalah mengacaukan metode dengan pesan; untuk menyalahartikan kecerdikan kita tentang kasih dan pemeliharaan Allah.
Itulah mengapa detail terpenting dalam perumpamaan di atas adalah saat pendeta membuka pintu mobil dan berdoa, beralih kepada Allah untuk meminta kekuatan, kebijaksanaan, dan anugerah. Bahaya gereja teknologi adalah untuk mengacaukan aktivitas dalam pelayanan; untuk menyalahartikan organisasi demi kasih; atau untuk menggantikan efisiensi demi kehadiran.
Apakah ini merupakan argumen yang menentang aktivitas, organisasi, atau efisiensi? Tentu saja tidak.
Pelayanan Kristen membutuhkan mereka yang mau pergi, bekerja, dan membangun. Pelayanan Kristen telah membangun panti asuhan dan rumah sakit. Pelayanan Kristen telah melobi pemerintah dan melawan tirani. Akan tetapi, bahaya teknologi gereja adalah bahwa kita terus-menerus berada pada risiko salah mengira mesin itu untuk pelayanan. "Roh dalam mesin" yang sesungguhnya adalah Roh Kudus. Di tengah setiap kecepatan data selular 5G, jangan pernah lupa bahwa setiap pendeta, setiap anggota staf, setiap dari kita dalam jemaat sesungguhnya mengubah teknologi menjadi pelayanan dengan hal yang krusial tetapi sederhana, ketika kita berhenti dan berdoa sebelum bertindak. (t/Han)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | ChurchLeaders.com |
URL | : | https://churchleaders.com/ministry-tech-leaders/359916-dangers-of-church-tech.html |
Judul asli artikel | : | What Are the Dangers of Church Tech? |
Penulis artikel | : | Ray Hollenbach |