Neil Postman memperingatkan kita dalam bab terakhirnya di buku "Amusing Ourselves to Death": "Ada dua cara yang membuat semangat suatu budaya dapat layu. Pertama, budaya menjadi seperti penjara, atau Orwellian. Kedua, budaya menjadi seperti parodi, atau Huxleyan."
Era digital menggoda kita masuk ke dalam parodi. Wilayah lampu merah (pusat hiburan prostitusi terkenal di Amsterdam - Red.) melambaikan-lambaikan tangannya dari layar biru ponsel kita. Notifikasi, kemunculan iklan, dan kemungkinan tak terbatas dari kehidupan daring menyambut Anda masuk ke dalamnya.
Kita dapat berbelanja segala sesuatu yang kita inginkan. Kita dapat mempelajari segala mata pelajaran yang kita inginkan. Kita dapat menatap segala objek yang dapat diakses melalui bilah pencarian. Namun, lagu U2 masih terdengar benar: kita masih belum menemukan hal yang kita cari.
"Pameran Kesombongan" John Bunyan di Ponsel Kita
Pikirkan sirkus digital dalam genggaman Anda. Dari titik ini, Anda dapat melompat pergi ke mana saja. Anda hanya berjarak beberapa klik saja dari jurnal akademis yang disegani, pornografi yang tidak biasa, kicauan para pemimpin dunia, atau menelepon orang yang Anda kasihi. Cara mana yang akan Anda tempuh?
Dalam buku "The Pilgrim's Progress", John Bunyan menggambarkan Vanity Fair (Pameran kesia-siaan, sebuah pameran yang berlangsung terus-menerus di kota Kesombongan yang melambangkan kesombongan dan kesembronoan duniawi - Red.) kuno:
Oleh karena itu, dalam pameran ini semua barang dagangan semacam itu dijual, seperti rumah, tanah, dagangan, tempat, kehormatan, preferensi, gelar, negara, kerajaan; segala macam nafsu, dan kesenangan. Selain itu, kesukaan dari berbagai segi, seperti pelacur, hal-hal cabul, istri, suami, anak, tuan, pelayan, nyawa, darah, tubuh, jiwa, perak, emas, mutiara, batu mulia, dan sebagainya.
Terlebih lagi, dalam pekan raya ini selalu ada penipu, kecurangan, permainan, sandiwara, orang bodoh, kera, penipu, penyamun dan segala jenisnya.
Di sini juga dapat ditemukan, segala macam kesia-siaan, yaitu pencurian, pembunuhan, perzinaan, sumpah palsu, dan warna merah darah.
Vanity Fair terdengar sangat mirip dengan internet kita. Barang dagangan dijual. Semua jenis orang dapat ditemukan.
Tempat di mana orang-orang Kristen Bunyan berjalan melewati jalan-jalan dan lorong-lorong Vanity Fair, kita pun menelusurinya dengan jentikan jempol kita. Dan, apa pengaruhnya bagi jiwa kita?
Waspadalah terhadap Kebodohan Yang Bergulir
Guliran Anda tidaklah netral. Anda sudah menjadi sesuatu. Riwayat pencarian Anda menceritakan kisah tentang jiwa Anda.
Pengguliran yang ceroboh sering kali mengungkap kebodohan kita. Dan, itu menimbulkan ketidakpuasan. Parade tontonan tidak pernah berakhir. Kita dapat maju cepat, melompat ke depan, atau kembali dan memeriksa secara spesifik. Anda dapat menyaksikan ulang dalam hi-def (resolusi tinggi - Red.) -- sesuatu yang seharusnya tidak pernah Anda lihat sejak awal.
Jiwa bergulir yang gelisah terus-menerus bertanya, apakah saya terhibur? Apakah saya disukai? Apakah saya terpikat? Jiwa yang terikat dengan surga bertanya, apakah saya suci? Apakah saya dikasihi oleh Allah? Apakah saya puas dengan-Nya?
Terus bergulir akan menghambat sukacita yang mendalam. Menggulir, secara alami, membuat kita tetap di permukaan, selalu mengonsumsi makanan lezat, tetapi jarang dipenuhi oleh sesuatu yang memuaskan. Jiwa yang berputar-putar menghabiskan waktu berjam-jam untuk mencari jenis kepuasan yang hanya dapat ditemukan di dalam Kristus.
Berhenti Menggulir. Mulailah Memperhatikan.
Jiwa yang bergulir hanya akan menemukan kepuasan di dalam Kristus. Bunyan menulis tentang para peziarah yang menghindari godaan Vanity Fair: "Mereka akan meletakkan jari-jari mereka di telinga mereka dan berseru, "Alihkan mataku dari melihat kesia-siaan", kemudian melihat ke atas, menandakan bahwa urusan perdagangan dan perjalanan mereka ada di surga."
Orang Kristen, arahkan pandangan Anda kepada kemuliaan Kristus. Pandanglah Dia sebagai yang lebih indah daripada tontonan tiada akhir di ponsel Anda. "Berpalinglah kepada-Ku dan kamu akan diselamatkan" (Yes. 45:22, AYT). Hanya Yesus yang akan memuaskan jiwa Anda (Yohanes 6:35). Apakah Anda mencari Kristus? Apakah Anda bersuka di dalam Diri-Nya? Dan, apakah Anda mengarahkan telinga Anda ke Kitab Suci lebih dari suara-suara yang berteriak, "Klik saya"? Suara Allah dalam Kitab Suci berseru dengan lebih mendesak dan memiliki otoritas lebih besar daripada kemunculan iklan apa pun. Maukah Anda mendengarkan?
John Owen memperingatkan mereka yang lebih suka melihat tontonan di layar dibandingkan kemuliaan Kristus: "Ia yang tidak melihat kemuliaan Kristus di sini tidak akan pernah melihatnya di akhirat."
Berhentilah menelusuri pameran kesombongan digital dan nikmatilah Kristus.
Henry Scrougal menusuk jiwa kita yang berputar-putar: "Nilai dan keunggulan jiwa harus diukur dengan objek cintanya."
Terus bergulir akan mengerutkan jiwa karena menarik Anda pada seribu arah yang berbeda. Ini mengalihkan perhatian Anda dari objek terbesar yang pernah dicintai jiwa Anda dan kebenaran paling mulia yang pernah dilihat mata dan telinga Anda. Jangan biarkan jiwa Anda tersedot ke dalam gurun kesia-siaan yang bergulir tanpa tujuan, di mana jalan mengarah ke segala arah, tetapi tidak pernah menuju ke tempat peristirahatan dan kesukacitaan. Sebaliknya, arahkan jiwa Anda di sepanjang "jalan kehidupan" yang mengarah pada kepuasan tertinggi: "Engkau akan memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Di hadapan-Mu ada kepenuhan sukacita, di tangan kanan-Mu ada kebahagiaan selama-lamanya." (Mzm. 16:11, AYT). (t/N.Risanti)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | The Gospel Coalition |
Alamat situs | : | https://www.thegospelcoalition.org/article/scrolling-soul/ |
Judul asli artikel | : | The Scrolling Soul |
Penulis artikel | : | Jeff Mingee |