DAFTAR ISI
• App-✞alks: Seminar "The Digital WORD for a Digital World"
• App-✞alks: Wawancara Penggunaan IT untuk Mengoptimalkan Pelayanan bagi Tuhan
3. PELAYANAN / PROYEK / PROGRAM
• App-✞ech: Menikmati Firman Tuhan dengan Alkitab Suara
• App-✞ech: Berbagai Aplikasi Kabar Baik untuk Kaum Disabilitas
• Gereja dan Media Sosial
EDITORIAL | ||||
Untuk menjalankan misi Allah, Tuhan Yesus hadir di antara kita (Imanuel). Ia turun ke tempat di mana manusia berada, yaitu di dunia. Ia taat dengan memberikan hidup-Nya bagi penebusan umat manusia. Demikian juga gereja dipanggil Allah untuk berada di tengah-tengah masyarakat dan memberitakan kabar keselamatan bagi umat manusia. Namun, pada abad 21, yang segalanya serba digital, apakah gereja juga hadir di tengah-tengah masyarakat digital? Perilaku masyarakat sedang beralih dari gaya hidup tradisional ke gaya hidup digital yang semua aktivitasnya melibatkan teknologi informasi. Aktivitas belajar, berkomunikasi, atau berelasi manusia telah diubah dengan keberadaan aplikasi, media sosial, web, dan berbagai media digital lain yang tidak mengenal jarak dan waktu. Apakah gereja menyadari dunia digital sebagai ladang misi baru? APPPS LIVE edisi 14 akan membagikan sosok hamba Tuhan yang giat melibatkan teknologi dalam pelayanannya. Simak juga bahan-bahan lain yang menyajikan beragam cara bagaimana memanfaatkan teknologi secara efektif dalam pelayanan. Salam Apps4God! In Christ,
|
REPORTASE |
App-✞alks: Seminar "The Digital WORD for A Digital World" Pada tanggal 6 Maret 2016, Yayasan Lembaga SABDA diundang untuk memberikan seminar di Jakarta International Christian Fellowship (JICF) dengan tema "The Digital WORD for A Digital World". Pada kesempatan ini, Ibu Yulia Oeniyati (Ketua Yayasan Lembaga SABDA) menyampaikan bahwa Alkitab memanggil setiap orang percaya untuk memberitakan Injil (Matius 28:18-19). Sebagai pionir pelayanan digital, SABDA melihat bagaimana Allah memakai teknologi untuk menyebarkan Kabar Baik di era digital ini. Pada zaman di mana semua orang sudah terkoneksi secara digital, sudah sepantasnya dan seharusnya pelayanan gereja pun berubah dengan memanfaatkan teknologi. Namun, sayang sekali, banyak gereja di Indonesia yang masih enggan, bahkan menolak memakai teknologi sebagai alat pelayanan. Menurut pakar pemasaran, menjelang tahun 2020, masyarakat akan didominasi oleh generasi "digital native" dan memengaruhi berbagai sektor kehidupan, termasuk dalam hal agama. Hanya ada dua kemungkinan yang akan terjadi pada masa depan: Pertama, generasi muda akan menjadi orang-orang yang tak bergereja karena gereja menjadi tidak lagi relevan dengan anak-anak muda. Atau kedua, terbentuknya suatu pelayanan baru di mana gereja-gereja menjadi lebih dihidupi oleh anak-anak muda yang rindu melayani sesuai dengan zamannya. Dari respons beberapa peserta, kami menangkap bahwa mereka bukannya tidak mau menjangkau para digital native, melainkan mereka belum melihat urgensi keberadaan generasi digital native yang juga memerlukan Injil bagi zamannya. Kiranya Roh Kudus menggerakkan hati dan langkah setiap peserta untuk mulai mengerjakan ladang misi modern di dunia digital ini. Dengan bahan-bahan digital yang peserta dapatkan dari pelayanan SABDA, mereka sudah bisa mulai melakukan langkah awal untuk menjangkau generasi digital. Bagaimana pendapat para Sahabat mengenai pelayanan misi untuk generasi digital? Apakah kita perlu mendefinisikan ulang pelayanan kita sesuai dengan kebutuhan zaman digital saat ini? Mari kita berdiskusi! |
KOMUNITAS |
App-✞alks: Wawancara Penggunaan IT untuk Mengoptimalkan Pelayanan bagi Tuhan Beberapa waktu lalu, Apps4God mengadakan wawancara dengan Bapak Pdt. Daniel Ronda (Rektor STT Jaffray Makassar). Kami tertarik untuk mewawancarai beliau karena beliau adalah salah satu hamba Tuhan yang terbuka terhadap perkembangan teknologi dan mengoptimalkannya dalam pelayanan bagi Tuhan. Kiranya hasil wawancara di bawah ini menginspirasi Sahabat App4God untuk menggunakan teknologi sebagai alat untuk lebih strategis lagi dalam melayani Tuhan di era digital ini. 1. Apa manfaat dan dampak besar penggunaan teknologi dalam pelayanan yang Bapak lakukan? Manfaat: menjadi berkat dan berbagi dengan sesama ketika meng-upload bahan-bahan kuliah, paper, dan berbagai artikel lainnya. Bahkan, ada dosen teologi di pedalaman merasa diberkati dengan bahan-bahan itu. Adalah kebahagiaan tertinggi ketika menjadi berkat bagi sesama Dampak Besar: Tulisan-tulisan itu akan menambah "kredensial" kita sehingga dapat dikenal orang-orang secara lebih luas. Tulisan-tulisan pendek di Facebook dan Kompasiana (citizen journalism) saya bisa menjadi dua buku yang tentunya mendatangkan manfaat bagi saya sebagai dosen teologi; Bisa menjadi alat promosi untuk hal-hal yang dilakukan seperti adanya seminar dan juga kalau ada kebutuhan-kebutuhan organisasi. 2. Bagaimana respons orang-orang ketika mengetahui Bapak aktif menggunakan teknologi digital, terutama situs dan media sosial untuk pelayanan Bapak? Sangat positif, sebab mantan murid saya dapat terus belajar lewat tulisan-tulisan yang ada. Ada yang minta izin untuk menggunakannya. Namun, kadang menjadi repot karena banyak pertanyaan yang diberikan lewat inbox (message) pribadi :) ... 3. Apakah pesan yang ingin Bapak sampaikan kepada para hamba Tuhan di Indonesia tentang penggunaan teknologi dalam pelayanan? Sangat penting hamba Tuhan mengingat bahwa teknologi saat ini adalah jalan yang Tuhan siapkan untuk melaksanakan pewartaan Injil. Anggapan bahwa internet dan IT jahat harus disingkirkan. Jangan sia-siakan media sosial dan teknologi yang ada untuk hal-hal yang tidak berguna, tetapi gunakan dengan ada tujuan. Setiap tulisan, foto, renungan pendek, dan komentar hendaknya semua dipakai untuk membangun pelayanan. Tetap waspada akan kejahatan yang mengintai. |
PELAYANAN / PROYEK / PROGRAM |
App-✞ech: Menikmati Firman Tuhan dengan Alkitab Suara Pada minggu terakhir Februari 2016, komunitas Apps4God telah memperkenalkan proyek penyebaran firman Tuhan khususnya melalui audio, yaitu proyek Alkitab Suara. Mereka telah menghasilkan Alkitab audio dramatis berbahasa Indonesia yang menekankan pada penokohan, penghayatan emosional karakter, musik latar dan efek suara yang mendukung cerita dalam Alkitab. Kisah-kisah dalam Alkitab telah dikemas dengan sangat menarik seperti layaknya sandiwara radio dengan karakter yang disuarakan oleh orang yang berbeda-beda. Hal ini sangat membantu pendengar membayangkan apa yang sedang terjadi dalam kisah pembacaan Alkitab tersebut. Alkitab Suara diproduksi dalam kurun waktu 4 tahun, yaitu sejak Februari 2012 hingga Februari 2016 oleh Yayasan Alkitab Suara. Lebih dari 800 volunter terlibat dalam proyek ini, yaitu para pengisi suara serta musisi yang memiliki satu visi untuk membawa sebanyak mungkin orang untuk menikmati dan memahami serta mencintai firman Tuhan. Berikut ini adalah beberapa kesan dan tanggapan dari anggota komunitas Apps4God yang terberkati oleh Alkitab Suara. "Praise God sangat memberkati karena semua teman-teman kita yang memiliki disabilitas pun dapat mendengar kabar baik. Bukan hanya itu, orang-orang tua yang sudah lanjut usia tetap dapat menikmati firman Tuhan, di mana pun dan kapan pun mereka inginkan. Sangat memberkati." (Andika Rian Saputra)"Terima kasih banget, App SABDA. Ternyata Alkitab Suara luar biasa dan positif banget. Tadi saja, begitu saya buka, keponakan saya senang banget untuk mendengarkan. Positif banget dan sangat menolong juga. Keponakan saya yang belum bisa baca saja senang banget." (Henny Lodia Foes)Alkitab Suara dapat Anda akses melalui streaming dan download secara gratis di bawah ini. Sementara itu, Alkitab Suara dalam bentuk CD bisa Anda dapatkan di bawah ini. "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."
(Roma 10:17) App-✞ech: Berbagai Aplikasi Kabar Baik untuk Kaum Disabilitas Disabilitas adalah istilah yang saat ini diberikan kepada mereka yang mempunyai keterbatasan khusus, baik itu fisik maupun mental/intelektual. Dengan semakin berkembangnya teknologi, kaum disabilitas pun dapat lebih mudah mengakses firman Tuhan. Berikut ini adalah beberapa aplikasi yang dapat dimanfaatkan oleh para kaum disabilitas maupun mereka yang melayani kaum ini agar dapat mengakses Kabar Baik. 1. Deaf Bible, Faith Comes By Hearing Kita tahu Alkitab berkata, "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus" (Roma 10:17). Bagaimana dengan mereka yang tidak dapat mendengar? Hal inilah yang mendorong Faith Comes By Hearing untuk menghadirkan aplikasi Deaf Bible, yaitu aplikasi untuk para penyandang tunarungu. Aplikasi ini berisi Alkitab yang dibacakan dengan bahasa isyarat yang tersedia dalam delapan belas terjemahan bahasa isyarat. Sayangnya, belum ada terjemahan bahasa isyarat Indonesia. Deaf Bible ini menampilkan video dengan seorang pembaca yang memperagakan bahasa isyarat. Durasinya tidak terlalu panjang karena Alkitab yang dibacakan dibagi berdasarkan perikopnya. Jika Anda tertarik dengan aplikasi ini dan ingin berbagi dengan mereka yang membutuhkannya, silakan mengunduhnya di bawah ini. 2. eBible eBible dirancang untuk menyampaikan firman Tuhan bagi kaum tunanetra atau mengalami kesulitan penglihatan. Caranya, Anda dapat memilih perikop Alkitab hanya dengan suara Anda dan aplikasi ini akan membacakannya. Misalnya, jika Anda mengatakan "John 3:16" (dalam bahasa Inggris), aplikasi ini akan merespons, menunjukkan isi ayatnya, dan membacakannya. Selain itu, aplikasi ini juga memberikan fitur tafsiran, kamus, serta nomor strong yang tentunya semakin memberikan kemudahan bagi pengguna mempelajari firman Tuhan. Saat ini, aplikasi ini baru menyediakan Alkitab bahasa Inggris dan hanya bisa mengakses fitur perintah suara dan pembacaan ayat jika kita menggunakannya sambil mengakses internet. Silakan unduh aplikasi eBible di bawah ini. |
ARTIKEL+ |
Tidak dimungkiri bahwa media sosial telah menjadi teknologi yang digandrungi oleh masyarakat era digital saat ini dan menjadi kebutuhan dalam melakukan interaksi sehari-hari. Ini juga yang membuat banyak orang betah menatap layar komputer ataupun HP mereka berlama-lama. Penggunaan media sosial telah mengubah kebiasaan orang dalam berelasi. Jika dulu anak-anak muda senang menghabiskan waktu dengan teman sebaya mereka, anak-anak muda sekarang lebih senang menghabiskan waktu dengan HPnya di kafe. Ketika menunggu antrean di dokter misalnya, dahulu orang menghabiskan waktu dengan mengobrol atau membaca majalah, tetapi sekarang mereka browsing situs atau chatting di sosial media. Saking getolnya, sampai di negara China ada jalur khusus pejalan kaki yang memakai ponsel. Dari kenyataan di atas, kita dapat melihat bahwa sosial media sudah mengubah cara hidup masyarakat saat ini. Bagaimana dengan gereja? Apakah media sosial juga sudah mengubah cara hidup bergereja? Seorang pastor Amerika Serikat yang sedang menekuni pelayanan digital, David Hearne, melihat bahwa orang-orang Kristen sekarang lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial daripada mengikuti kegiatan gereja. Oleh karena itu, kita perlu menemukan cara bagaimana membuat gereja hadir di ranah digital. "Orang-orang di gereja Anda menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial dalam sehari, dibandingkan waktu dalam gereja Anda seminggu." (David Hearne, Pastor Gereja Daring GraceOnline.church) Pakar media sosial, Margarita Putri, menyetujui meningkatnya penggunaan media sosial. Dia mengungkapkan bahwa salah satu faktor popularitas media sosial adalah kebebasan. Di dunia media sosial tidak ada aturan ketat bagaimana kita harus bersikap, berinteraksi, atau menyebarkan informasi sehingga tidak jarang menimbulkan "kebingungan". Banyaknya informasi yang beredar bebas sering kali membuat masyarakat bingung dalam memastikan kebenaran suatu informasi. Berita-berita yang dibagikan melalui media sosial sangat cepat beredar dibandingkan koran ataupun televisi, tetapi sering berita itu kurang akurat dan tidak mendalam. Bagaimana peran gereja di tengah hiruk pikuknya media sosial? Sudahkah Kabar Baik yang membawa kebenaran sejati mengisi postingan-postingan di media sosial? Menjangkau seseorang berarti harus ada di tempat di mana orang itu berada. Jika gereja mau menjangkau generasi digital, gereja harus hadir pula di sana, salah satunya adalah di media sosial. Bagaimana gereja dapat menggunakan teknologi ini untuk terlibat menjangkau generasi digital? Banyak organisasi Kristen, termasuk gereja, sudah merasa puas ketika akun media sosial dan postingan mereka mendapat banyak 'like' tanda populer. Misi utama gereja adalah untuk menjalin relasi dengan jiwa-jiwa dan memimpin mereka kepada Tuhan. Jangan hanya menjadikan media sosial sebagai cara gereja eksis di dunia maya. Gereja dapat menggunakannya secara efektif untuk menjangkau generasi digital. Melalui media sosial, gereja dapat memberikan kedalaman relasi, khususnya secara rohani dengan generasi digital yang sedang dijangkau. Jika Sahabat Apps4God atau gereja rindu untuk melayani secara efektif melalui media sosial, dua artikel ini akan menolong kita untuk memulainya. Artikel pertama, "Social Media, Our Fast-Growing Baby" akan membimbing Anda menuju konteks zaman yang dihidupi oleh generasi digital. Artikel kedua, "Lima Langkah Mudah Gereja untuk Sukses Menggunakan Media Sosial" akan memberikan Anda langkah-langkah efektif untuk memulai pelayanan dengan media sosial. Kiranya menjadi berkat. Salam Apps4God! |
- 0 views