Apps4God

Submitted by admin on Mon, 09/21/2015 - 12:00

Apa kata Alkitab tentang peran dan pengaruh media? Bagaimana peran gereja dalam pemanfaatan media bagi kehidupan jemaat dan keluarga? Apa saja yang menjadi aspek moral dan spiritual game, internet, dan komik (media massa)?

Pendahuluan

Nats Alkitab:

"Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu." (Ulangan 6:4-9)

"Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6)

TUHAN adalah pihak yang pertama-tama mengambil inisiatif secara aktif untuk mengomunikasikan kebenaran, bahkan diri-Nya sendiri kepada manusia. Kejatuhan manusia ke dalam dosa karena pencobaan dari iblis dimulai dengan komunikasi yang disampaikan oleh iblis kepada manusia dalam bentuk audio-visual. Oleh sebab itulah, manusia terpikat oleh keinginan mata, keinginan daging, dan keangkuhan hidup. Iblis mengoda dengan mengarahkan pandangan manusia terhadap buah pengetahuan yang baik dan jahat, buah yang dilarang oleh Tuhan untuk dimakan. Buah itu kelihatannya baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya.

I. Standar Nilai Kebenaran

Ditinjau dari sudut pemahaman teologis, semua isi dan bentuk media komunikasi manusia sangatlah ditentukan oleh pribadi-pribadi yang memproduksi dan menyampaikan. Sedangkan perkembangan teknologi informasi dan media audio-visual hanyalah dipakai sebagai alat untuk mempermudah penyampaian komunikasi.

Dari seorang yang hidup dalam dosa, tidak mungkin ia bisa menghasilkan komunikasi yang sesuai dengan kebenaran Allah sebab ia sendiri "buta" dan tidak hidup dalam kebenaran itu.

Contoh:
Film yang diproduksi dengan kandungan unsur pornografi oleh seorang seniman, mungkin dikatakan sebagai film yang mempunyai nilai seni yang tinggi, oleh sutradara mungkin dianggap sebagai film yang bisa membawa kekebasan berekspresi, oleh produser akan dikatakan sebagai film yang laku dijual, dan oleh konsumen bisa dianggap film yang enak untuk dinikmati.

Tetapi apabila seseorang memiliki nilai moral dan memegang teguh kebenaran Tuhan, ia akan mengatakan bahwa film itu adalah film yang merusak moral.

Jadi, standar penilaian tergantung dari nilai yang tertanam dalam diri seseorang. Oleh sebab itu, di dalam Kitab Ulangan 6:6-9, kita diperintahkan untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran kepada anak-anak secara berulang-ulang; apabila kita duduk di rumah, apabila kita sedang dalam perjalanan, apabila kita berbaring, dan apabila kita bangun. Bahkan, pengajaran yang berulang-ulang itu juga memakai metode visualisasi dengan mengikatkan sebuah kotak kecil berisi firman Tuhan sebagai tanda pada tangan dan hal itu harus menjadi lambang di dahi, serta harus dituliskan pada tiang pintu rumah dan pada pintu gerbang.

II. Memori Otak Manusia

Memori di dalam otak manusia sama halnya dengan kemampuan sebuah "microprosesor" hasil teknologi sekarang ini. Di dalam "microprosesor" terdapat apa yang disebut sebagai "cache memory". "Cache memory" adalah memory yang berfungsi menampung semua instruksi yang pernah atau sering dipakai oleh "microprosesor" ketika ia mengakses data ke "main memory". Jadi, setiap intruksi yang pernah dieksekusi, apabila perlu dipakai lagi, bisa diambil dari "cache memory" sehingga tidak perlu menunggu waktu yang lebih lama untuk mengambilnya dari "main memory". Dengan demikian, kinerja prosesor dapat ditingkatkan.

Contoh:
Jika kita mempunyai pilihan untuk menempuh perjalanan ke suatu tempat; katakanlah C, dan untuk mencapai tempat itu kita bisa melalui jalan A atau jalan B. Jika jalan A adalah jalan yang biasa dan berulang-ulang kita lewati, sedangkan jalan B jarang kita lewati, faktor kemungkinan kita memilih jalan A akan lebih besar daripada jalan B. Ketika sampai di persimpangan jalan dan dihadapkan untuk memilih jalan A atau B, secara otomatis, reaksi otak akan mengambil data di memori kita berupa jalan A yang sering kita lewati.

Hal serupa juga terjadi dalam pengaruh media tontonan, bacaan, dan permainan; berupa film-film, buku-buku bacaan, game, maupun informasi dari internet. Jika seseorang mengonsumsi materi-materi media yang bersifat merusak, ketika ia dihadapkan pada pilihan bagaimana ia harus mengambil tindakan atau keputusan, ia akan cenderung mengambil data dari memori yang ada di otaknya, yakni apa yang selama ini ia lihat, dengar, dan baca.

Oleh sebab itu, pengajaran yang berulang-ulang akan diambil alih media apabila orang tua tidak mengambil peran yang sangat penting dalam membangun komunikasi keluarga, yaitu mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai kebenaran Tuhan.

III. Pengaruh Buruk Game

Berikut beberapa pengaruh buruk video game terhadap seseorang.

  1. Orang yang kecanduan main game, hingga banyak menyita waktu, bisa bermain game sampai 3 hari 3 malam.
  2. Game yang penuh kekerasan bisa mengakibatkan hilangnya empati dan belas kasihan.
  3. Kecanduan game mengakibatkan gangguan kesehatan (mata, jantung, syaraf otak, dan sebagainya).
  4. Memori otak diisi dengan prinsip-prinsip yang buruk, seperti salah satu slogan game: "Only one rule, kill or be killed".
  5. Kehidupan interaksi sosial yang kurang.
  6. Pembentukan karakter yang tidak sehat.
  7. Penurunan prestasi belajar, kehilangan konsentrasi.
  8. Kehilangan fokus terhadap segala sesuatu yang bersifat teks.
  9. Penurunan kehidupan spiritual dan lain sebagainya.

Meski begitu, ada juga game yang baik dan berguna untuk membangun karakter, tetapi jumlahnya sangat sedikit jika dibandingkan dengan game yang isinya penuh dengan kekerasan, seks, dan karakter yang buruk.

Kita tidak bisa membendung perkembangan teknologi masa kini sebab teknologi akan terus berkembang. Hal yang bisa kita lakukan adalah menggunakan teknologi secara tepat guna dan memanfaatkannya untuk mengajarkan hal yang baik, berguna, dan yang benar kepada anak-anak kita.

IV. Komunikasi Keluarga

Komunikasi dalam keluarga adalah komunikasi yang tidak bisa dilakukan oleh dunia maya dan media massa. Komunikasi yang bersifat tatap muka, berbincang-bincang bersama, disertai dengan beragam ekspresi wajah, canda ria, sentuhan, belaian, dan pelukan akan memberi arti tersendiri dan mengandung sejuta makna bagi pasangan dan anak-anak kita (Elvis, Martin. HP & SMS: Alat Bantu atau Pengganti? Majalah Eunike 08/Triwulan I/23).

Media tidak menganggap anak kita sebagai seorang pribadi, melainkan sebagai konsumen dan penambah rating iklan. Media tidak bisa memeluk anak kita.

Media tidak bisa mendengarkan anak kita, kita memiliki hak istimewa apabila anak kita lari memasuki rumah dengan kabar yang menggembirakan: Kita dapat mendengarkan! Pada waktu itu, kita lebih penting dari semua acara media di dunia. Media tidak bisa menggendong dan berdoa bersama anak kita, tetapi kita dapat menaikkan anak kita ke tempat tidur dan menyelimutinya serta berdoa bersama dia (Beers, Gilbert V. Orang Tua, Berbicaralah dengan Anak Anda!).

Kesimpulan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan langkah yang dapat diambil untuk mengatasi kecanduan anak terhadap dunia maya dan media audio-visual adalah sebagai berikut.

  1. Komunikasi yang efektif adalah dengan media audio-visual.
  2. Bangunlah kehidupan spiritual dalam keluarga Anda.
  3. Komunikasi keluarga sangat berperan dalam menanamkan nilai pada anak dengan orang tua sebagai "role model".
  4. Menanamkan nilai kebenaran dalam diri anak itu sangat penting. Dengan demikian, mereka akan bisa mengambil sikap untuk menolak segala yang tidak baik. Dan sampai tua nanti pun, ia tidak akan menyimpang dari jalan kebenaran.
  5. Tidak ada jalan singkat (shortcut) untuk membebaskan anak yang sudah telanjur kecanduan media (game, internet, dan sebagainya); diperlukan usaha dan doa.
  6. Jika komunikasi dalam keluarga tidak dibangun, peranan itu akan diambil alih oleh media.
  7. Kita tidak bisa melawan dan membendung teknologi dunia maya dan media audio-visual.
  8. Lakukan apa yang tidak bisa media lakukan bagi anak Anda.
  9. Jangan terlalu terfokus pada sisi buruk anak Anda, kembangkan nilai positif anak -- bakat dan kemampuannya.

Catatan: Artikel ini merupakan makalah yang disertai dengan beberapa cuplikan film dan game untuk menjelaskan pengaruh dan pemanfaatan media audio-visual, komunikasi keluarga, membangun aspek spiritual, serta tidak terlalu terfokus pada sisi negatif anak.

Diambil dari:
Arsip publikasi: e-Konsel, edisi 138
Alamat URL: http://c3i.sabda.org/01/jul/2007/konseling_pengaruh_dunia_maya_dan_media_massa_bagi_anak_dan_komunikasi_keluarga