Apps4God

Submitted by admin on Mon, 07/23/2018 - 12:00

Pernahkah Anda duduk di sebuah restoran atau dalam antrean di DMV (Department of Motor Vehicles -- Departemen Kendaraan Bermotor - Red.) dan memperhatikan? Maksud saya, benar-benar memperhatikan orang-orang? Apakah orang-orang menjalin koneksi dengan orang-orang di sekitar mereka? Ataukah mereka tenggelam dalam layar berukuran 5 inci dalam genggaman mereka? Bagaimana mereka berinteraksi dengan sekitar mereka?

Saya tidak menghakimi; saya pun sama bersalahnya. Namun, beberapa minggu yang lalu, saya memperhatikan ketika sepasang suami-istri duduk menikmati makan siang mereka, dan tidak satu kali pun mereka saling melihat. Tidak satu kali pun. Saya tidak tahu apa yang sedang mereka lakukan dengan ponsel mereka. Mungkin mereka sedang mengirim teks kepada anak-anak mereka, bekerja secara jarak jauh selama jam makan siang, membuka media sosial, memeriksa berita, atau bermain solitaire.

Sekali lagi, saya tidak menghakimi, karena saya benar-benar melihat diri saya sendiri dalam mereka. Seberapa sering kita hidup pada saat ini? Kita melewatkan orang-orang yang berada di sekeliling kita karena kita lebih peduli terhadap berbagai perangkat yang ada di depan kita. Cahaya yang bersinar dari ponsel pintar lebih menarik bagi kita daripada cahaya yang bersinar dari wajah orang-orang yang kita kasihi.

Kaum Milenial Tidak Menggunakan Media Sosial untuk Memelihara Koneksi yang Mendalam

Saya telah bekerja dalam pelayanan kampus selama 1,5 tahun. Saya bisa terhubung dengan beberapa orang muda yang cukup terkemuka. Ya, saya "berteman" dengan mereka di Facebook dan Instagram, tetapi saya ingin mengatakan bahwa untuk sebagian besar waktu, kami benar-benar terhubung dengan orang-orang muda di tempat kami ketika mereka mampir. Mereka berkunjung ke kantor kami dan menarik kursi. Mereka mungkin menceritakan kepada kami tentang pergumulan-pergumulan mereka, tetapi untuk sebagian besar waktu, itulah yang mereka lakukan: menjalin koneksi. Kami mendapat sukacita dari berbagi dalam segala momen -- yang besar dan yang kecil!

Orang dewasa muda menggunakan media sosial, tetapi mereka tidak menggunakannya untuk menjalin koneksi secara mendalam dengan orang lain. Pada bulan lalu, saya menulis tentang GroupMe dan tentang bagaimana kami menggunakannya dalam pelayanan kami untuk berkomunikasi dengan orang-orang muda, tetapi banyak dari murid-murid dan orang-orang dewasa muda yang kami layani lebih memilih email atau pesan teks untuk menerima informasi. Salah satu murid memberi tahu saya bahwa satu-satunya alasan mengapa dia masih menggunakan Facebook adalah karena pelayanan kami masih menggunakannya.

"Kecanduan" terhadap Ponsel Memengaruhi Lebih dari Hanya Orang-Orang Muda

Menurut saya, sering kali, generasi yang lebih muda mendapat reputasi yang jelek karena menyalahgunakan perangkat-perangkat pintar mereka. Namun, saya ingin memberikan pendapat bahwa kecanduan tersebut tidak hanya bersifat spesifik untuk satu kelompok usia atau demografis.

Setelah mewawancarai seorang profesor psikolog dan psikiater, NPR (National Public Radio) menulis sebuah artikel yang mengatakan, "Orang dewasa rata-rata memeriksa ponsel mereka sebanyak 50-300 kali setiap hari. Ditambah lagi, ponsel pintar menggunakan trik-trik psikologis yang mendorong penggunaan tinggi yang kita lakukan secara terus-menerus -- beberapa dari trik tersebut merupakan trik yang sama yang digunakan oleh mesin judi untuk mengait para penjudi."

Sebuah berita yang saya lihat beberapa minggu lalu menghadirkan panel yang penuh dengan orang-orang dewasa muda. Setelah cerita diberitakan, sang wartawan mengatakan hal yang kurang lebih seperti ini, "Saya tahu bahwa kaum Milenial mendapat reputasi jelek karena kecanduan ponsel mereka, tetapi saya ingin menambahkan bahwa tidak satu kali pun sewaktu wawancara ada salah satu dari orang-orang dewasa muda ini yang mengeluarkan ponsel mereka." Perkataan itu mengena bagi saya. Apakah kita telah menempatkan stereotip kecanduan ini hanya pada kaum Milenial?

Pada minggu ini, saya baru saja berbincang dengan seorang mahasiswa pascasarjana tentang kecanduan ponsel pintar. Dia menyinggung bahwa banyak dari teman-teman sebayanya yang ingin beralih ke ponsel lipat atau ponsel pintar sederhana yang menawarkan aplikasi-aplikasi minimal, seperti peta, daftar, dan kalkulator. Secara spesifik, dia mengatakan bahwa ponsel tersebut tidak akan mendukung aplikasi email atau media sosial. Sejujurnya, saya melihat daya tariknya.

Bagaimana Gereja Anda Bisa Menjalin Koneksi dengan Orang-Orang Muda

Jadi, Anda mungkin bertanya-tanya, "Bagaimana kita bisa menjalin koneksi dengan orang-orang muda ini di gereja?" Cukup jalinlah koneksi. Perhatikan mereka dalam wilayah-wilayah persekutuan dan gereja Anda. Undanglah mereka untuk makan malam atau pergi keluar untuk makan siang. Perkenalkan mereka kepada orang-orang dewasa muda lainnya.

Saya ingin berbagi cerita pribadi tentang ketika saya dan suami pindah ke Dallas, Texas. Kami adalah orang-orang barat tengah yang dikirim ke Dallas Utara untuk pergerakan karier pada usia kami yang masih 20-an. Saya menganggur pada waktu itu, sedangkan suami saya telah bekerja selama 70 minggu. Mengatakan bahwa saya kesepian dan merindukan rumah mungkin merupakan ungkapan yang meremehkan. Kami sudah menikah sekitar selama 2 -- 3 minggu ketika kami mengunjungi gereja rumah masa depan kami untuk pertama kalinya.

Selama jam ibadah yang diberikan untuk menyambut satu sama lain, sepasang suami istri berusia akhir 50-an sedang duduk di belakang kami. Kami menyapa mereka karena tidak ada banyak waktu untuk melakukan hal yang lain, tetapi setelah itu, Carl dan Dorothy berbicara dengan kami, dan mereka mengundang kami untuk makan siang.

Saat makan siang, mereka menceritakan kepada kami tentang diri mereka dan gereja mereka, pelayanannya, dan orang-orangnya. Mereka menanyakan apabila mereka bisa membagikan informasi kontak kami kepada pasangan muda lainnya. Tentu saja, kami mengatakan ya. Beberapa minggu kemudian, sekelompok orang dewasa muda menyambut kami setelah ibadah, dan mengundang kami ke kelompok kecil mereka. Sekarang, kami punya teman seumur hidup ... karena Carl dan Dorothy, sepasang suami istri yang seumuran dengan orang tua kami, mengundang kami untuk makan siang.

Gunakan Media Sosial untuk Mendukung Pelayanan, Bukan untuk Menjadi Pelayanan

Saya membagikan kisah kami karena saya ingin menekankan bahwa berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan orang-orang dewasa muda dalam gereja kami tidak harus menjadi sesuatu yang mencolok atau rumit. Kegiatan tersebut bisa bersifat menyeluruh dan sederhana, dan semudah mengatakan "selamat pagi" dan menunjukkan ketertarikan.

Saya berada di garis depan generasi Milenial, dan dari sudut pandang pribadi saya, tampaknya orang-orang dewasa muda kerap dilupakan di gereja. Insan-insan ini mendambakan komunitas -- komunitas yang autentik. Mereka mencari kesempatan untuk bertumbuh dalam iman, untuk menggali firman lebih dalam bersama-sama, dan untuk ditantang. Mereka ingin supaya gereja mereka memperhatikan mereka, supaya gereja mengakui bahwa Allah telah mengaruniai mereka dengan talenta yang harus digunakan, dan mereka, secara kiasan, menginginkan tempat di meja orang dewasa.

Mengutip salah satu artikel kami yang sebelumnya, Adult Ministry for 20-Somethings (Pelayanan Dewasa untuk Usia 20-an): "Saya pasti lalai jika saya tidak setidaknya menyinggung media sosial ketika berbicara tentang kelompok usia saya. Saran saya? Gunakanlah media sosial untuk meningkatkan pelayanan; jangan bergantung kepadanya. ... Sungguh, melayani orang-orang usia 20-an itu mudah begitu Anda mengakui apa yang mereka nilai: komunitas, hubungan, dan iman. Sebagian besar dari mereka sungguh-sungguh mencari hubungan dengan Allah dan sesama yang seumuran dengan mereka, yang akan mendorong mereka dalam perjalanan iman mereka. Jangan terlalu memikirkan fakta bahwa hidup mereka terlihat berbeda dari orang-orang yang lebih tua atau lebih muda; akuilah bahwa kelompok ini berbeda, tetapi manfaatkanlah keinginan mereka untuk menjalin hubungan dengan mereka dan menolong mereka menemukan relung mereka di gereja Anda."

Jadi, bagaimana kita bisa menggunakan teknologi untuk meningkatkan pelayanan kepada orang-orang dewasa muda? Berikut ini adalah tiga ide untuk itu:

  1. Jalinlah hubungan secara pribadi di antara pertemuan-pertemuan. Gunakanlah email, pesan teks, pesan kelompok, atau pengirim pesan di media sosial untuk terhubung secara pribadi dengan orang-orang dewasa muda di tempat Anda.
  2. Tingkatkan komunikasi pelayanan. Kirimkanlah pengingat, undangan, dan informasi pelayanan melalui media sosial, email, dan pesan teks. Pastikan orang-orang dewasa di tempat Anda mendapat informasi tentang bagaimana mereka dapat menjalin hubungan dengan satu sama lain dan dengan keluarga gereja mereka di luar ibadah dan program-program hari Minggu. Beri mereka kesempatan untuk bertumbuh, melayani, dan menjalin hubungan.
  3. Bangunlah dan kuatkanlah hubungan yang Ada. Tanyakan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka tentang minggu mereka, bagaimana Allah sedang bergerak dalam hidup mereka, bagaimana mereka merefleksikan studi minggu sebelumnya, dan bagaimana Anda bisa mendoakan mereka. Orang-orang dewasa muda tidak peduli dengan program-program tradisional yang biasa dilakukan di gereja. Mereka menyukai kelompok-kelompok yang menyeluruh dan autentik. Kirimkanlah pesan-pesan spontan untuk mengundang mereka pergi menonton film, makan malam di rumah Anda, atau pergi menonton pertandingan bola basket.

Alih-alih menggunakan teknologi untuk menggantikan komunitas, kepedulian, dan hubungan antarmuka tradisional yang baik, kita seharusnya menggunakannya untuk meningkatkan, memampukan, dan memperlengkapi pelayanan kita. (t/Odysius)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Concordia Technology Solutions
Alamat situs : https://www.concordiatechnology.org/blog/2018/06/why-connection-beats-technology-in-ministry
Judul asli artikel : Why Connection Beats Technology in Ministry
Penulis artikel : Jenn Eickman
Tanggal akses : 4 Juli 2018