Apps4God

Submitted by admin on Fri, 03/24/2017 - 12:00

Allah, Sang Peretas: Teknologi, Cemooh, dan Salib

AddThis Sharing Buttons

Share to FacebookShare to TwitterShare to Google+Share to WhatsAppShare to LINEShare to More

Image removed.

credit: Redeeming God

Alkitab yang ditulis pada zaman dahulu barangkali akan menuntun pada kesimpulan bahwa Alkitab tidak banyak menyebut teknologi. Namun, teknologi, dipahami secara luas, sudah ada sejak zaman dahulu, dan Alkitab sesungguhnya mengatakan banyak tentangnya, bahkan memberikan contoh-contoh interaksi Allah sendiri dengannya. Artikel ini akan menelusuri sikap Alkitab terhadap teknologi, dengan berfokus pada penggunaan teknologi salib oleh Allah.

Cemooh, Kebajikan Alkitab

Langkah pertama adalah mendefinisikan teknologi sebagai suatu kumpulan alat dan proses-proses yang diciptakan oleh manusia dari alam untuk meningkatkan kekuatan kita dalam mencapai tujuan-tujuan kita.

Teknologi bisa dilihat di sepanjang Alkitab: pakaian Adam dan Hawa, Menara Babel, berhala yang dibuat dari kayu, katapel Daud, uang, dst.. Artefak-artefak buatan tangan manusia ini diciptakan dari alam dan meningkatkan kekuatan seseorang dalam mencapai suatu tujuan. Misalnya, uang meningkatkan produktivitas kita dalam tukar-menukar, sementara sebuah berhala dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan kita atas jagat raya ini (menurut saya, itu adalah gawai yang sangat dilebih-lebihan). Lebih jauh, teknologi secara tipikal adalah kumpulan berbagai subteknologi, yang bisa merupakan proses atau artefak. Terakhir, justru karena keefektifannya dalam meningkatkan kekuatan kita untuk mencapai suatu tujuan, teknologi akan menarik penggunanya ke arah tujuan tersebut sehingga memerlukan hikmat untuk mengekangnya. Uang itu sendiri tidaklah jahat, tetapi uang harus diperlakukan dengan sangat hati-hati supaya tidak mengendalikan kita.

Salah satu tema Alkitab yang konsisten tentang teknologi adalah cemoohan. Terkadang, itu bersifat halus dan ironis, tetapi di kesempatan lain itu adalah sarkasme yang langsung ditujukan bagi Anda. Beberapa contoh:
- Kejadian 3. Adam dan Hawa menyadari posisi mereka yang memalukan setelah tidak menaati Allah, tetapi respons konyol mereka dengan bersembunyi dari Pencipta mereka yang mahatahu adalah teknologi yang pertama dalam Alkitab. Mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.
- Kejadian 11: Manusia dalam keangkuhannya bersatu untuk membangun sebuah menara yang menakjubkan yang puncaknya sampai ke langit, dengan tujuan untuk mencari nama bagi diri mereka sendiri. Allah turun untuk melihat menara yang hebat ini, mengubah perkataan-perkataan mereka menjadi ocehan yang tidak dimengerti, dan memberikan janji-Nya kepada orang pilihan-Nya: "Aku akan ... memberkatimu, dan membuat namamu masyhur" (12:2).
- Hakim-hakim 3:12-30: Ehud, hakim Israel yang kidal, membunuh raja musuh dengan cara yang mengerikan dan memalukan. Allah membuat Ehud berhasil dalam misinya, yang melewati patung-patung pahatan milik raja ketika meloloskan diri (ay. 26). Artefak-artefak ini, yang dipercayakan untuk melindungi raja dan rakyatnya, hanya berdiri di situ.
- Dalam 1 Samuel 17: Teknologi perang Goliat dideskripsikan dengan sangat mendetail. Namun, seorang anak laki-laki biasa dengan katapel yang datang dengan nama TUHAN membalikkan persenjataan canggih milik Goliat itu melawan tuannya sendiri. Daud masih memiliki empat batu cadangan di dalam kantongnya.
- Yesaya 44:12-20: Gagasan tentang seseorang menyembah sebuah artefak, yang terbuat dari setengah kayu yang sudah mereka lemparkan ke dalam api, sebagai penyelamatnya dicemooh dengan sarkasme terang-terangan.
- Matius 17:24-27: Hak Anak Allah untuk masuk ke dalam rumah Bapa-Nya dipertanyakan oleh orang-orang -- apakah Ia punya uang? Yesus mengajak Petrus turut serta dalam lelucon tersebut dengan memintanya pergi memancing ikan yang ternyata punya kembalian yang pas di dalam mulutnya.
- Lukas 12:13-21: Orang kaya yang bodoh mati setelah menaruh kepercayaannya pada lumbung-lumbung yang terisi penuh yang ia bangun sendiri.

Mengapa cemooh? W. Brian Arthur menulis dalam The Nature of Technology (Natur Teknologi) bahwa kita menaruh harapan kita pada teknologi, tetapi kita juga menaruh kecurigaan padanya. Oleh karena itu, teknologi membangkitkan dua emosi dalam diri kita: kebanggaan diri dan ketakutan. Kita bisa melihat kebanggaan diri dan ketakutan secara jelas pada kedua sisi lembah pada 1 Samuel 17. Ketika Goliat meneriakkan tantangannya yang angkuh, "cemaslah hati mereka (Saul dan seluruh bangsa Israel) dan menjadi sangat ketakutan" (ay. 11, diulang pada ay. 24). Turunlah menuju lembah itu seorang anak laki-laki biasa dengan katapel sederhana, yang dikendalikan bukan oleh kebanggaan diri ataupun ketakutan, melainkan dipenuhi oleh harapan dan kepercayaan pada Allah: "Engkau datang kepadaku dengan pedang, tombak, dan lembing. Tetapi, aku datang kepadamu dengan nama TUHAN, semesta alam, Allah barisan Israel yang kautantang itu." (ay. 45) Jika teknologi adalah tentang kecerdikan kita untuk meningkatkan kekuatan kita dalam mencapai tujuan kita sendiri, tidak mengherankan apabila hal itu menggoda kita untuk membanggakan diri. Namun, kecurigaan bahwa alat-alat kita sendiri adalah ilah palsu yang akan mengkhianati kepercayaan kita menuntun kita menuju rasa takut. Cemooh sepertinya penawar yang hebat dari Alkitab untuk kedua perasaan ini. Sulit untuk berbangga atau takut terhadap apa yang kita cemooh. Mencemooh berhala-berhala kita akan menuntun perhatian kita kepada Allah, yang kepada-Nya kita menaruh harapan dan kepercayaan kita, dan yang bermaksud untuk mencapai tujuan-Nya tanpa kecerdikan kita.

Salib Adalah Retasan yang Terdahsyat

Tindakan mencemooh terdahsyat yang dilakukan Allah terhadap teknologi kita dilakukan-Nya pada salib. Itu adalah bentuk cemooh yang canggih dan rumit, yang istilah teknisnya kita sebut sebagai "meretas".

Salib benar-benar adalah sebuah teknologi, yang ditemukan di pusat seluruh Injil dan di dalam orang-orang Kristen di seluruh dunia. Itu adalah sebuah artefak pembunuhan yang sangat efektif, yang dibuat dari pohon-pohon mati yang Allah ciptakan. Perangkat itu sendiri disematkan dalam sebuah teknik penganiayaan dan penghinaan, yang dilakukan oleh teknisi-teknisi yang mengetahui prosesnya dan alatnya. Lebih dari mesin pembunuh, salib juga adalah teknologi komunikasi yang sangat efektif yang digunakan untuk mengirimkan pesan yang jelas: Roma berkuasa, takutilah kekuatannya.

Diartikan secara luas, aktivitas meretas melibatkan sang peretas masuk ke dalam kumpulan teknologi, dan dengan sedikit putaran ia membalikkan fungsinya. Untuk menundukkan tarikan teknologi yang mencoba mencapai tujuannya tersebut, membutuhkan kepiawaian yang bijak, yang memberi keagungan bagi sang peretas dan merendahkan si empunya teknologi. Ketika seorang teroris menerobos masuk ke situs web CIA (badan intelijen AS) dan memasukkan pesan-pesan anti-Amerika pada halaman depannya, ia sedang meretas sistem tersebut. Ketika seorang pemrotes memasukkan setangkai bunga ke dalam selongsong peluru senapan seorang polisi, mengubah sebuah alat pembunuhan menjadi vas bunga yang menopang hidup, ia sedang meretas pistol tersebut.

Allah "meretas" salib dengan menundukkan tarikan teknologi untuk mencapai tujuannya. Salib dirancang untuk mengambil nyawa secara perlahan dan menyakitkan, tetapi Allah menggunakannya untuk memberi hidup yang kekal dan penuh sukacita. Salib dirancang untuk mendeklarasikan supremasi dan keadilan kejam Roma, tetapi Allah menggunakannya untuk menunjukkan kedaulatan dan kasih anugerah-Nya. Allah mengambil alih teknologi ini -- yang menimbulkan banyak keangkuhan dan ketakutan bagi banyak orang ini -- "masuk ke dalamnya", dan dengan tindakan yang nampaknya kecil, tetapi sangat penting secara kekekalan, Ia membalikkan teknologi tersebut. Melalui teknologi ini, Dia akan membawa keagungan bagi diri-Nya, mencapai tujuan-Nya, merendahkan orang yang tinggi hati, dan menyelamatkan orang yang rendah hati.

Hikmat Allah dinyatakan pada salib, sebuah hikmat yang merendahkan diri musuh-musuh-Nya (1 Korintus 1:18-25). Ia menggunakannya untuk menunjukkan keagungan, kasih, dan keadilan-Nya. Allah menggunakan salib untuk menunjukkan kelemahan Kekaisaran Romawi. Kepala pasukan yang mengakui Yesus dapat dilihat sebagai penyerahan diri simbolis yang pertama dari seorang pemimpin tentara Romawi kepada Raja yang bertakhta ini. Allah menundukkan teknologi buatan tangan manusia ini dan membalikkan tujuan rancangannya.

Cara penggunaan salib untuk mencemooh Yesus pada awal prosesnya (Matius 27:27-31) dan pada tulisan yang diletakkan di atas salib ("Inilah Yesus, Raja Orang Yahudi", ay. 37) menunjukkan kebanggaan Roma atas kekuatannya, yang begitu kejam dilambangkan dengan salib. Tidak diragukan lagi, orang-orang pasti merasa takut terhadap perangkat ini. Pada salib, umat manusia datang melawan Allah dengan salah satu teknologi terkejam yang pernah kita ciptakan, tetapi Yesus datang dengan nama TUHAN semesta alam. Dia tidak takut kepada teknologi ini, melainkan mengabaikan kehinaannya (Ibrani 12:2) dan menaruh harapan dan kepercayaan-Nya pada Bapa (Lukas 23:46). Pada hari yang ketiga setelah ejekan ini, Allahlah yang tertawa paling akhir: "sebenarnya, Dialah Raja alam semesta".

Belajar Menjadi Peretas

Lalu, bagaimana sebaiknya hubungan kita dengan teknologi? Kita perlu dengan rendah hati, tetapi dengan berani, tertawa terhadap kesombongan teknologi dan meretasnya dengan piawai sehingga teknologi itu memajukan tujuan-tujuan Allah. Berikut ini prinsip-prinsip yang dianjurkan:
- Hindari rasa takut serta kebanggaan (terhadap teknologi). Ketika kita menaruh harapan kita pada Allah, kita tidak akan takut kepada teknologi, melainkan senantiasa mengingat Bapa yang Mahakuasa yang menjaga kita. Kita juga tidak akan menjadi angkuh dengan kekuatan dan janji-janji teknologi. Hati yang direndahkan oleh Allah akan mengetahui kejatuhannya sendiri sebagai masalah yang sebenarnya di dunia. Bukannya memperbaiki masalah tersebut, teknologi justru cenderung terpelintir oleh pikiran bejat kita ke dalam dosa dan bahaya yang lebih dalam.
- Cemoohlah teknologi. Anak-anak Allah yang berdaulat tidak boleh menanggapi teknologi dengan terlalu serius. Ketika membaca tentang suatu teknologi tertentu yang bisa menghancurkan umat manusia atau malah membawa perdamaian dunia, sebuah tawa kecil barangkali adalah respons yang terbaik. Ketika kita mengetahui keperkasaan Allah dan kelemahan kita sendiri, ancaman sombong dan janji utopis teknologi akan terdengar sama lucunya.
- Jadilah piawai. Dalam esainya yang berjudul The Deceiving Virtues of Technology (Kebajikan Teknologi yang Menipu), Stephen Talbott menyarankan kita untuk menggunakan teknologi sekaligus menganggapnya sebagai musuh kita. Jika kita menganggap kepiawaian sebagai kebijakan yang kita pakai untuk melawan seorang musuh, maka kepiawaian perlu untuk kita adopsi. Kita akan mempelajari dengan cermat desain dan rancangan teknologi untuk mencari cara-cara seperti apa teknologi itu bisa menarik kita, memperdaya kita, atau mengkhianati kita.
- Retaslah teknologi. Ketimbang secara naif berpikir bahwa menghindari teknologi akan membuat kita "bersih", kepiawaian kita akan menuntun kita menuju cara penggunaan teknologi yang berbeda dan yang membawa penebusan. Peretasan akan menuntun kita menuju perubahan-perubahan yang kecil, tetapi bijak, terhadap teknologi sehingga hal itu memampukan kita memajukan tujuan Allah. Kita akan menemukan cara-cara untuk menundukkan perangkat-perangkat kita sendiri.

Sebagai contoh, prinsip-prinsip ini bisa diterapkan pada sebuah teknologi yang sangat penting bagi peradaban: uang. Uang adalah sebuah alat yang kita ciptakan untuk meningkatkan produktivitas kita dalam tukar-menukar. Uang merupakan kumpulan subteknologi, alat (mis. uang kertas, koin, cek, kartu kredit) dan proses (mis. teknik percetakan antipemalsuan, berbagai protokol untuk pertukaran dan peminjamannya, pelonggaran kuantitatif). Uang secara alami tertaut dengan kebanggaan diri karena uang pada hakikatnya adalah sebuah tanda yang memungkinkan pertukaran pekerjaan manusia. Sebagaimana ditulis oleh John Piper, uang adalah satuan harga untuk sumber daya manusia. Oleh karena itu, uang secara alami menarik kita untuk berfokus pada kelihaian kita sendiri terlepas dari Allah. Pada sisi lain, kekurangan uang adalah penyebab umum kegelisahan. Mencemooh uang akan menolong kita menghindari keangkuhan dalam kelihaian kita dan juga kegelisahan dalam kekurangan kita. Ketika dicobai dengan keangkuhan, kita bisa menertawakan orang kaya yang bodoh (Lukas 12:13-21) supaya jangan sampai kita menjadi seperti orang tersebut. Ketika merasa gelisah, kita bisa tertawa dengan membayangkan pikiran-pikiran yang menghibur tentang melayani Tuhan yang bisa menghasilkan uang dari mulut seekor ikan (Matius 17:27).

Alkitab memperingatkan kita untuk waspada dan cerdas terhadap uang -- sebagai alat yang berbahaya yang harus digunakan dengan sangat berhati-hati. Tidak ada perintah untuk menghindari uang sebagai sesuatu yang jahat, tetapi Paulus memberikan peringatan keras bahwa "akar segala kejahatan ialah cinta uang", bahkan menuntun beberapa orang menyimpang dari iman (1 Timotius 6:10). Yesus memberitahukan kepada kita "kamu tidak dapat melayani Allah dan uang" (Matius 6:24, VMD) dan memperingatkan kita tentang "tipu daya kekayaan" (Matius 13:22b). Seorang Kristen yang piawai akan mengetahui tarikan dan tipu daya uang, tetapi ia juga mengetahui bagaimana cara menundukkan hal-hal ini sehingga ia bisa menggunakan uang bagi Kerajaan Allah.

Bagaimana cara kita meretas uang? Alkitab mengatakan kepada kita bahwa kemurahan hati adalah cara yang diajarkan Allah untuk memperlakukan uang. Kemurahan hati meretas uang dengan memutarbalikkan tujuan rancangannya; dari sebuah barang yang bisa kita beli dari pekerjaan orang lain menjadi sebuah cara yang efektif dan ampuh untuk membuat pekerjaan kita memberkati orang lain.

Pemberian sponsor kepada anak terlihat seperti cara meretas yang sangat cerdas. Uang mendapat sebagian kekuatannya dengan cara meningkatkan jangkauan kita terhadap orang-orang yang bisa kita bayari pekerjaannya walaupun dengan konsekuensi kita tidak memiliki relasi dengan orang-orang yang bekerja di pabrik di belahan dunia yang lain. Di lain sisi, pemberian sponsor meningkatkan jangkauan kita terhadap orang-orang yang bisa kita berkati dengan buah dari pekerjaan kita dalam konteks relasi pribadi.

Tentu saja, analisis yang sama bisa diterapkan pada teknologi apa pun. Meretas sering kali memerlukan kreativitas dan terkadang kekuatan untuk bertindak melawan budaya yang berlaku, tetapi kita bisa mengingat bahwa kita memiliki Tuhan kita yang menjadi teladan kita yang sempurna. (t/Odysius)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Second Nature
Alamat situs: https://secondnaturejournal.com/god-the-hacker-technology-mockery-and-the-cross/
Judul asli artikel: God, the Hacker: Technology, Mockery, and the Cross
Penulis artikel: Martin M. Olmos
Tanggal akses: 6 Maret 2017