Teknologi adalah alat yang menolong kita menghidupi panggilan yang diberikan Allah kepada kita. Ini adalah salah satu hal terpenting yang perlu kita pelajari saat membahas topik seputar teknologi dan kecerdasan buatan. Karena kita sering melihat pengaruh hebat yang dimiliki teknologi atas hidup kita, kita tergoda untuk memperlakukan teknologi lebih dari sekadar alat, yaitu sebagai sesuatu yang memiliki nilai yang sama dengan kita, jika itu cukup hebat atau dapat berfungsi secara mandiri. Teknologi akan disalahgunakan dan diselewengkan oleh orang-orang yang rusak seperti Anda dan saya.
Tidak sekalipun disebutkan dalam Kitab Suci bahwa suatu alat atau teknologi dihukum karena jahat. Kitab Suci tahu bahwa teknologi dan alat dapat digunakan untuk kebaikan dan kejahatan. Bahkan, jika suatu alat dirancang untuk melakukan kejahatan, alat itu sendiri tidaklah jahat. Yang jahat bukanlah pedang, tetapi cara orang dalam menggunakannya. Pedang bisa dipakai untuk menegakkan keadilan terhadap orang jahat, tetapi bisa juga digunakan untuk melukai atau membunuh orang yang tidak bersalah. Meski teknologi tidak dapat dikatakan bermoral dalam pengertian itu, teknologi tetap membawa dampak dosa dan kehancuran. Teknologi tidaklah netral secara moral, sebab ia memengaruhi dan mengubah kita setiap kali kita menggunakannya.
Teknologi memperluas cakupan apa yang mungkin dilakukan atau dicapai oleh manusia. Teknologi dapat dikatakan sebagai katalis atau pemercepat perubahan karena ia membuka berbagai kesempatan baru bagi manusia untuk hidup di dunia ini. Manusia yang rusak, berdosa, dan jahat yang diberi kemampuan untuk menciptakan alat-alat inilah yang dapat memilih cara untuk menggunakannya. Paulus mengingatkan kita bahwa setiap orang sudah jatuh dalam dosa dan perlu bertobat (Rm. 3:23). Dunia sendiri tidaklah berdosa. Alat-alat kita tidak memberontak. Kitalah yang demikian.
Kisah Kain dan Habel adalah contoh yang bagus terkait kebenaran tentang tujuan dan penggunaan teknologi. Kain dan Habel keduanya diciptakan oleh Allah dengan beragam keterampilan dan bakat khusus. Keduanya menggunakan alat (berbagai bentuk teknologi yang paling awal) untuk mengolah tanah dan beternak. Namun, Kain berbuat dosa dan memilih untuk menggunakan kekuatan dan keterampilan yang dianugerahkan Allah kepadanya untuk membunuh sesama penyandang rupa Allah. Dia memilih untuk merenggut karunia baik yang diberikan Allah kepadanya, lalu menggunakannya untuk tujuan-tujuan yang jahat dan egois.
Teknologi Bukan Hal Baru
Dalam dunia kita yang sudah digital, mudah bagi kita untuk meyakini bahwa teknologi selalu menjelma menjadi teknologi digital dan komputer sehingga membatasi pengertian kita tentang teknologi hanya dalam bentuk ponsel pintar dan komputer kita. Namun, alat-alat kasar yang digunakan untuk mengolah tanah dan membuat bangunan pun merupakan bentuk teknologi. Sekop, cangkul, palu, paku, dan gergaji, semuanya adalah inovasi teknologi. Alat-alat ini dahulu merupakan teknologi-teknologi revolusioner. Alat-alat ini mengubah segala hal tentang kehidupan kita, mulai dari makanan yang kita makan sampai tempat yang kita tinggali.
Salah satu teknologi terpenting dalam seluruh sejarah umat manusia adalah mesin cetak. Johannes Gutenberg adalah orang yang dikenal sebagai pencipta mesin cetak tipe bergerak pertama di dunia pada 1450, dan mesin itu merevolusi dunia. Mesin itu memungkinkan buku dan berbagai material lain diproduksi secara massal dengan murah dan efisien serta menjadikannya tersedia untuk distribusi massal, bukan hanya untuk orang kaya atau orang-orang berstatus tinggi dalam masyarakat.
Mesin cetak adalah alasan utama Anda dapat memegang buku di tangan Anda, bahkan memiliki cetakan Alkitab pribadi Anda. Sebelum adanya mesin cetak, setiap Alkitab harus disalin dengan tangan oleh para juru tulis. Salinan-salinan Alkitab ini tidak hanya sangat mahal karena lamanya waktu yang diperlukan untuk membuatnya, tetapi juga bisa saja mengandung kesalahan karena disalin dengan tangan. Mesin cetak menolong mengurangi kesalahan penyalinan ini sekaligus menurunkan harga buku supaya orang biasa dapat secara langsung berinteraksi dengan berbagai gagasan yang terkandung di dalam buku-buku itu. Kemajuan teknologi ini mengubah masyarakat bukan hanya pada waktu itu, tetapi juga semua generasi mendatang dengan memberikan akses kepada lebih banyak informasi daripada yang dimungkinkan sebelumnya.
Namun, bahkan saat mesin cetak menjadi katalis untuk kebaikan, ia juga memperlebar kemungkinan kejahatan di dunia kita. Tanpa mesin cetak, kemungkinan besar kita tidak akan memiliki jaringan berita kabel 24 jam ataupun semakin banyaknya berita palsu. Ini dikarenakan mesin cetak mulai menyebarkan berita dan informasi ke berbagai pelosok komunitas yang sebelumnya tidak menikmati kebebasan ini. Dengan semua informasi dan kebebasan ini, orang dapat terhubung dalam cara-cara yang tadinya tidak terpikirkan sebelum adanya mesin cetak. Pada akhirnya, semua ini menjadi cikal bakal terbentuknya pers dan media massa yang kita nikmati pada masa kini sebagai perpanjangan alamiah dari arus kebebasan informasi dan pertukaran ide. Meski akses terhadap informasi merupakan hal yang baik untuk demokrasi dan masyarakat, hal itu juga dapat disalahgunakan untuk mempromosikan hal-hal yang berdosa dan jahat. Mesin cetak juga dapat menuntun ke arah pendistribusian pornografi oleh orang-orang berdosa karena mesin cetak memfasilitasi penyalinan teks dan pada kemudian hari juga gambar untuk didistribusikan ke masyarakat yang lebih luas. Dari kedua contoh ini, kita dapat melihat bagaimana teknologi sendiri tidaklah jahat, tetapi dapat digunakan oleh manusia yang sudah rusak dan berdosa untuk tujuan-tujuan yang jahat. Teknologi tidak memiliki moral dalam pengertian tersebut, tetapi merupakan katalis terhadap perubahan dan membuka kesempatan untuk kebaikan dan kejahatan.
Kita berada pada titik balik lainnya dalam perkembangan teknologi manusia. Kecerdasan buatan sedang merevolusi hampir setiap bidang kehidupan dalam masyarakat kita, termasuk cara hidup, keluarga, dan pekerjaan kita. Ia mampu menjalankan berbagai jenis tugas untuk kita dengan atau tanpa keterlibatan kita, tidak seperti perkembangan-perkembangan teknologi sebelumnya seperti mesin cetak yang perlu didorong secara manual oleh seorang manusia yang menjadi operatornya. Kecerdasan buatan (AI) sekarang menjalankan banyak tugas yang menjadi fondasi dari budaya kita dan sedang mengacaukan masyarakat kita dalam cara-cara yang tidak dapat kita pahami. Mulai dari memproses data dalam jumlah yang sangat besar dengan mudah hingga menggantikan pekerjaan jutaan orang, AI sedang mengubah segalanya.
Mengapa Kecerdasan Buatan?
Keluarga saya memiliki asisten digital di rumah kami yang sangat pintar, tidak perlu istirahat, dan tidak pernah mengeluh tentang tugasnya. Beberapa tahun yang lalu, kami membeli sebuah Google Home Mini' untuk diintegrasikan ke berbagai perabot pintar kami yang lainnya, dan kami menemukan cara-cara menyenangkan untuk menggunakannya, khususnya dengan anak kami yang masih balita. Putra sulung saya sedang mempelajari berbagai suara binatang, dan kami meminta asisten digital kami menirukan sejumlah suara binatang untuknya. Akan tetapi, ia tidak dapat menemukan salah satu suara yang kami minta, dan respons darinya menampar saya: "Saya tidak dapat menolong Anda untuk hal itu saat ini. Namun, saya selalu belajar." Mempelajari sejumlah besar informasi tadinya adalah sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh manusia, tetapi sekarang kita punya banyak mesin dan sistem bertenaga AI yang dapat melakukannya.
Kecerdasan buatan merupakan bidang teknologi yang sedang berkembang yang didefinisikan sebagai kecerdasan nonbiologis, di mana mesin diprogram untuk mencapai tujuan-tujuan kompleks dengan menerapkan pengetahuan terhadap tugas yang dimaksud. Karena sifatnya nonbiologis, AI dapat disalin dan diprogram ulang dengan biaya yang cukup rendah. Dalam bentuk tertentu, AI sangat fleksibel dan dapat dimanfaatkan untuk memperbesar kebaikan atau kejahatan.
Google Home' merupakan contoh yang populer, tetapi ada lebih banyak sistem AI yang lebih canggih daripada itu yang digunakan dalam berbagai penerapan, seperti bisnis, obat-obatan, dan keuangan. Pada 2017, sejumlah video yang menampilkan robot berjalan dari Google dan Boston Dynamics menjadi viral di internet. Sistem-sistem berbasis AI ini melakukan hal-hal yang membuat kagum sebagian besar pemirsa (bahkan banyak orang dalam komunitas AI) dengan kemampuannya untuk berjalan, bahkan melintasi medan yang sulit dengan mudah.
Sistem-sistem AI telah menjadi begitu maju dengan begitu pesat sehingga banyak orang bertanya-tanya tentang apa yang dapat dicapai oleh sistem-sistem ini pada masa depan saat mereka jadi semakin pintar dan intervensi dari manusia semakin tidak diperlukan. Ini bukanlah fantasi fiksi ilmiah. Ini adalah realitas.
Seperti yang saya tulis sebelumnya, teknologi tidak memiliki moral, tetapi bertindak sebagai katalis yang memperbesar berbagai peluang untuk dikejar oleh umat manusia. Teknologi sendiri tidaklah baik ataupun jahat, tetapi dapat dirancang dan digunakan untuk tujuan-tujuan yang baik maupun jahat. Kita dapat menggunakan teknologi bagi kemuliaan Allah dan kemajuan masyarakat kita, tetapi kita juga dapat menggunakannya untuk mengesampingkan martabat orang lain yang diciptakan dalam rupa Allah untuk maksud-maksud yang berdosa dan menyimpang.
AI sudah digunakan untuk merendahkan martabat sekelompok orang tertentu dan melanggar hak asasi manusia mereka. Negara-negara seperti China, Rusia, Korea Utara, dan Mesir telah mengembangkan sistem pengenalan wajah AI untuk mengendalikan para pembangkang politik. Namun, teknologi yang sama juga dapat digunakan secara etis untuk mengidentifikasi kriminal, menghentikan ancaman teroris, bahkan memungkinkan Anda membayar makanan di KFC di China dengan sekadar tersenyum ke arah kamera.
Meski tujuan di balik penciptaan teknologi tertentu bisa rumit secara moral atau bahkan jahat, itu tidak berarti bahwa Allah tidak dapat menebusnya untuk tujuan yang benar dan mulia. Namun, untuk menggunakan suatu alat sebagaimana mestinya, kita perlu memahami pandangan dunia di balik alat itu dan motivasi yang mendorong penciptaannya. Saat kita berinteraksi dengan pemahaman terhadap dunia tersebut, ingatlah bahwa Allah memerintahkan kepada kita, "Berhati-hatilah supaya jangan ada seorang pun yang menjerat kamu dengan filsafat yang kosong dan menyesatkan, yang berasal dari tradisi manusia dan asas-asas roh dunia, dan bukan prinsip-prinsip Kristus" (Kol. 2:8, AYT). (t/Odysius)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | BibleGateway Blog |
Alamat situs | : | https://biblegateway.com/blog/2020/03/what-does-the-bible-say-about-technology |
Judul asli artikel | : | What Does the Bible Say about Technology? |
Penulis artikel | : | Jason Thacker |