Apps4God

Submitted by admin on Thu, 09/15/2022 - 07:10

Bahkan, dalam gereja-gereja di mana para pria dan wanita mendapatkan makanan teratur tentang teologi biblika dan sejarah penebusan dari mimbar, apa yang ditawarkan dalam studi Alkitab kelompok kecil sering didorong oleh kebutuhan yang dirasakan, memiliki sedikit kerangka alkitabiah atau teologis, atau berorientasi seputar peningkatan diri sendiri. Akan tetapi, ketika teologi biblika masuk ke dalam studi Alkitab, hal itu menekankan pada apa yang telah dilakukan Kristus daripada pada apa yang harus kita lakukan. Ini menolong partisipan menyatukan berbagai bagian dari Alkitab sehingga mulai masuk di akal. Dan, hal itu membuat persatuan dengan Kristus oleh iman menjadi mendesak dan diperlukan.

Dalam lokakarya ini, yang direkam secara langsung di Konferensi Nasional The Gospel Coalition 2021, Nancy Guthrie merumuskan tujuh cara teologi biblika mengubah studi Alkitab, serta cara-cara para pengajar dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang teologi biblika.

- - - -

Berikut ini adalah transkrip mentah yang dihasilkan oleh layanan pembuatan transkrip. Sebelum mengutip tulisan ini, harap cek kembali dengan audio korespondensi yang ada agar lebih akurat.

Nancy Guthrie: Teman-teman, selamat datang. Selamat datang dalam lokakarya yang bertajuk, "Ini Bukan Tentang Anda: Bagaimana Teologi Biblika Mengubah Studi Alkitab." Saya ingin menyambut Anda semua yang berada di sini, di Indianapolis sore ini. Saya terutama ingin menyambut semua yang bergabung secara virtual. Saya sangat senang Anda bersama kami. Saya ingin berterima kasih kepada Seminari Teologi Baptis Southeastern yang mensponsori sesi sore ini. Saya menghabiskan satu hari di Seminari ini tahun lalu untuk mempresentasikan lokakarya teologi biblika bagi wanita dan memiliki pengalaman menyenangkan dengan kapel yang penuh sesak di sana. Jadi, saya sangat berterima kasih atas dukungan mereka dahulu dan sekarang untuk membantu membuat sesi ini terlaksana. Dan, Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang Seminari Teologi Baptis Southeastern dengan mengunjungi stan mereka di ruang pameran atau secara online di situs sebtes.edu. Jadi terima kasih kepada Seminari Teologi Baptis Southeastern.

Jadi teologi biblika, ini bukan tentang Anda. Beberapa tahun yang lalu, saya sedang mengajarkan pelajaran kitab Kejadian di gereja saya, ketika salah satu pemimpin diskusi datang kepada saya. Dia adalah seorang wanita saleh yang lebih tua, dan dia turun dan duduk di sebelah saya, serta berkata kepada saya, "Kenapa saya tidak pernah diajari ini sebelumnya?" Dan, dia meneteskan air mata karena dia mulai menyadari bahwa setelah selama bertahun-tahun dia menghabiskan waktu mempelajari Alkitab, dia belum pernah melihat bagaimana kisah Alkitab semuanya selaras dan bagaimana semuanya berpusat pada pribadi dan karya Kristus. Dan, saat kami melakukan studi kitab Kejadian ini untuk pertama kalinya, dia melihat dan mengagumi Kristus dengan cara baru, karena di dalam kitab Kejadian, dia melihat Yesus sebagai terang penciptaan, terang yang ada di dunia sebelum ada matahari atau bulan. Dan, dia melihat Yesus sebagai keturunan wanita yang akan meremukkan kepala ular. Dan, dalam kisah Nuh dan air bah, dia melihat bahwa bahtera itu menunjukkan kepada kita gambaran tentang siapa Yesus itu. Dan, saat kita berlindung di dalam Dia, kita menemukan keselamatan dari penghakiman Allah.

Jika Anda mengasihi Kristus dan Anda mencintai Alkitab dan kemudian Anda mulai melihat bagaimana seluruh Alkitab menunjukkan kepada Anda gambar demi gambar, ... Jadi, saya menugaskan Anda untuk menjadi penyebar sukacita, bukan? Penyebar sukacita dengan cara mengembangkan diri Anda dalam keterampilan ini dan membagikan serta mengajarkan teologi biblika.

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Saat kita melihat kisah tentang Abraham yang menggiring putranya, Ishak, ke atas gunung itu untuk mempersembahkannya sebagai korban bakaran, dia melihat gambaran bagaimana Putra Bapa yang paling berharga akan dibawa ke atas bukit dan dipersembahkan sebagai kurban, sekali untuk selamanya, sebagai kurban yang sempurna. Dan, dalam kisah Yusuf, bagaimana pria ini, Yusuf, menjadi satu-satunya orang di seluruh dunia yang harus didatangi orang untuk mendapatkan roti, yang dalam hal ini, merupakan penyelamat dunia pada zamannya, dan bagaimana hal itu menggambarkan pribadi dan karya Yesus Kristus. Air matanya adalah untuk tahun-tahun yang hilang dalam mempelajari Alkitab dengan cara-cara yang kurang. Dan, ketika dia mengatakannya kepada saya, saya benar-benar dapat berempati dengannya karena sebagai seseorang yang bertumbuh -- saya adalah salah satu dari orang-orang yang bertumbuh di gereja. Saya berada di sana Minggu pagi, Minggu malam, Rabu malam, masa libur sekolah Alkitab, Anda tahu, semuanya. Dan, saya selalu memiliki semua jawaban di Sekolah Minggu. Dan, kemudian saya pergi ke perguruan tinggi dan belajar Alkitab. Dan, kemudian saya mendapat pekerjaan di penerbitan Kristen. Dan, kemudian saya duduk di barisan depan BSF (Bible Study Fellowship - Red) selama delapan tahun. Dan, saya sangat bersyukur karena tidak diajarkan Alkitab dengan cara itu, akan tetapi sebagai orang dewasa mulai mendengarkan khotbah dan pengajaran yang berpusat pada pribadi dan karya Kristus, di mana pun letaknya dalam Kitab Suci. Dan, ketika saya mulai memahami bagaimana setiap bagian dari Alkitab selaras dengan cerita yang lebih besar yang dikisahkan oleh Alkitab, saya mulai menyadari, "Tahukah Anda? Saya harus kembali ke taman kanak-kanak untuk belajar cara membaca Alkitab." Sebab, semuanya terdengar baru bagi saya dalam banyak hal.

Saya baru menyadari bahwa saya tidak pernah memahami Alkitab dengan cara ini sebelumnya. Dan, saya sangat ingin memahaminya. Ketika saya benar-benar menyimak kata-kata Yesus ketika Dia berada di jalan menuju Emaus, dan Dia menampakkan diri kepada dua pengikut-Nya yang kecewa, yang sangat kecewa dengan kenyataan bahwa Yesus telah menderita dan mati di Yerusalem, dan Yesus berkata kepada mereka, "Oh, betapa bodohnya kamu dan lamban hati untuk memercayai segala sesuatu yang telah dikatakan oleh para nabi. Bukankah Kristus harus mengalami penderitaan ini dan masuk ke dalam kemuliaan-Nya." Jadi, Dia berkata jika Anda benar-benar membaca dan memahami Alkitab Anda, Anda akan mengetahuinya. Dan, kemudian dikatakan bahwa itu dimulai dengan Musa dan para nabi, Dia menjelaskan segala sesuatu tentang diri-Nya. Dan, ketika hal tersebut benar-benar mulai saya pahami, betapa saya benar-benar berharap dapat mendengar seluruh khotbah karena itu hanya bagian akhir kitab Lukas, dan kita ingin lebih lagi, bukan?

Akan tetapi, tidak hanya itu, saya mulai berpikir dalam hati, "Jadi bagian mana dalam kitab Kejadian, Keluaran, dan Imamat, yang dirujuk dan dimaksud oleh Yesus pada saat di jalan (ke Emaus) ketika Ia berkata, 'itulah hal paling mendalam tentang Aku, dan beginilah bagaimana harus terjadi kepada-Ku.'" Jadi saya baru sadar, saya harus kembali ke taman kanak-kanak dan belajar kembali bagaimana memahami Alkitab dengan cara ini. Dan, sejak itu, saya menjalankan misi. Saya telah menjalankan misi untuk mendidik kembali diri saya sendiri dan kemudian mudah-mudahan bisa membagikan semangat ini. Inilah misi saya. Saya sedang dalam misi untuk memperkenalkan dan menyusup ke dalam studi Alkitab di gereja lokal dengan teologi biblika. Dan, saya baru saja mengatakan, saya sangat senang bahwa Anda semua di sini membantu saya memenuhi misi saya hari ini karena saya berharap dapat meyakinkan Anda dan bahkan mungkin memperlengkapi Anda sedikit untuk membawa ini kembali ke gereja Anda, dan juga dalam waktu-waktu studi Alkitab pribadi Anda. Saya harap ini mengubah beberapa hal tersebut, dan juga setiap jenis kelompok kecil studi Alkitab yang Anda ikuti, di gereja lokal.

Jadi, dalam waktu singkat yang kita miliki bersama, pada dasarnya saya akan menjawab tiga pertanyaan. Saya akan menjawab pertanyaan, apa itu teologi biblika? Saya akan menghabiskan sebagian besar waktu saya tentang bagaimana teologi biblika mengubah studi Alkitab pribadi serta studi kelompok kecil di gereja. Dan kemudian, ketiga, bagaimana kita sebagai pemimpin di gereja dapat memfasilitasi dan mendorong pemahaman yang lebih mengenai teologi biblika dalam kelompok kecil kita atau di kelas Sekolah Minggu kita? Jadi, pertama, apa yang saya maksud dengan teologi biblika? Karena hal itu didefinisikan dalam banyak cara berbeda yang ada, tetapi inilah cara saya mendefinisikan teologi biblika. Saya akan mendefinisikannya sebagai cara untuk memahami Alkitab dengan mengakui bahwa meskipun Alkitab terdiri dari berbagai jenis literatur yang ditulis selama berabad-abad oleh lebih dari 40 penulis manusia, itu benar-benar menceritakan satu kisah kohesif tentang apa yang Allah lakukan di dunia melalui Kristus. Teologi biblika mengakui bahwa Alkitab memiliki sejumlah tema sentral. Setiap buku bagus memilikinya. Dan, penulis ilahi telah menulis ke dalam bukunya sejumlah tema sentral yang sebenarnya tercakup dalam Alkitab dari Kejadian hingga Wahyu, dan mereka berperan untuk mengomunikasikan pesan yang koheren tentang pribadi dan karya Kristus. Dan, ketika saya berbicara tentang tema sentral dari Alkitab, seperti apa? Yah, seperti raja dan kerajaan, seperti pengorbanan, seperti taman dan gurun, seperti tahir dan najis, seperti terang dan gelap, seperti keturunan, seperti berkat, kutuk. Dan, saya berpendapat bahwa ketika kita akrab dengan tema-tema ini, maka di bagian mana pun kita berada dalam pembacaan Alkitab, kita dapat melihat salah satu dari tema-tema itu tersirat di dalamnya, bahkan mungkin tertulis gamblang dalam bagian Alkitab yang kita baca, dan bahwa itu benar-benar menolong untuk membimbing kita memahami makna yang dimaksudkan oleh Roh Kudus dari teks tersebut.

Nah, bagi Anda, gagasan teologi biblika itu baru. Dan, dalam beberapa hal, seperti ketika saya pertama kali mendengar istilah itu, saya pikir teologi biblika pastilah berarti teologi yang baik sebagai lawan dari teologi tidak alkitabiah, tetapi ini sedikit lebih teknis daripada itu. Namun, saya juga berpikir bahwa cara untuk mulai memahaminya adalah melihatnya dalam terang pendampingnya. Teologi biblika adalah pendamping yang sangat penting dari teologi sistematika. Anda lihat, dalam teologi sistematika, kita mengajukan pertanyaan, apa yang dikatakan Alkitab, seluruh Alkitab, di bagian mana pun itu, tentang topik tertentu? Dan, kita mengumpulkan dan menyusunnya untuk membuat ringkasan yang koheren dari pesan Alkitab tentang suatu topik, dan itu adalah teologi sistematika. Teologi biblika berbeda karena teologi biblika melihat bagaimana tema tertentu bekerja melalui berbagai buku dalam Alkitab, berbagai jenis literatur Alkitab, tetapi inilah perbedaan yang paling penting, bagaimana tema dalam cerita ini berkembang. Sebuah kata penting. Anda bisa menuliskannya. Bagaimana tema berkembang dari tempat kita berada di permulaan Alkitab, di Taman Eden, dan melalui buku-buku sejarah dan melalui kisah para nabi dan dalam inkarnasi, kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus. Sebab, hal itu berkembang dan terjadi sebuah krisis di awal, di mana krisis itu berawal dari tempat yang sama, dalam Kejadian 3, bukan? Dan, itu berkembang sepanjang Perjanjian Lama. Dan, kemudian sampai pada klimaksnya. Dan, klimaksnya, apa pun tema Alkitab yang sedang kita bicarakan selalu bermuara pada tempat yang sama, yaitu dalam kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus. Dan, temanya selalu diselesaikan di tempat yang sama, dalam ciptaan baru, penyempurnaan, langit baru, dan bumi baru.

Jadi, pertanyaan nomor dua, bagaimana teologi biblika mengubah studi Alkitab pribadi serta studi Alkitab kelompok kecil di gereja? Nah, ketika saya pertama kali membuat presentasi saya, saya memiliki daftar 10 hal teratas, karena jika Anda akan membuat daftar, Anda sebaiknya punya 10 hal, bukan? Dan, kemudian sehari sebelum saya datang, saya mendapat email bahwa presentasi saya bukanlah dalam waktu 60 menit, melainkan 40 menit, jadi Anda hanya mendapatkan 7 hal. Anda dirugikan, tetapi kita harus puas dengan tujuh hal ini, oke? Dan, saya akan mencoba menyesuaikannya dengan waktu saya. Inilah nomor satu. Teologi biblika membuat studi Alkitab berpusat pada Kristus, bukan berpusat pada diri kita sendiri. Kita tidak ingin mempelajari Alkitab dengan cara yang hanya mengejar informasi intelektual yang tidak pernah bersinggungan dengan kehidupan nyata, dan terutama pada area kehidupan kita yang perlu dibentuk kembali dan dimurnikan. Akan tetapi, kita juga tidak ingin mempelajari Alkitab, dengan membuat lompatan yang terlalu cepat, bagaimana saya melihat diri saya dalam perikop ini? Sebagaimana kita terlatih melakukannya dalam banyak studi Alkitab selama ini. Begitu banyak cara mempelajari Alkitab dengan cepat, bahkan terlalu cepat untuk sampai pada pertanyaan bagaimana saya akan menerapkannya dalam hidup saya? Nah, itu memang pertanyaan yang sangat penting.

Namun, inilah pertanyaan pertama yang seharusnya kita tanyakan. Apa pesan yang dimaksudkan untuk audiens asli? Itu haruslah menjadi pertanyaan pertama. Jadi, dalam kitab Musa, apa pesan asli kepada orang-orang di padang gurun yang pertama kali memasuki Tanah Perjanjian saat mereka membaca kitab Musa, kita harus menjawab pertanyaan itu terlebih dahulu. Dan, kemudian pertanyaan terpenting kedua adalah, apa perbedaan yang ditimbulkan dengan adanya kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus, yang dapat memengaruhi pemahaman saya akan perikop ini? Khususnya dalam Perjanjian Lama, tetapi tidak terbatas hanya dalam Perjanjian Lama. Dan, kita harus menjawab kedua pertanyaan itu dengan benar dan baik terlebih dahulu, barulah kita mencoba menjawab pertanyaan, perbedaan apa yang terjadi dalam hidup saya? Bagaimana saya dapat menerapkan ini dalam hidup saya dan kepada mereka yang mungkin saya ajak bicara atau saya ajari tentang bagian ini?

Dan Anda lihat, saya pikir teologi biblika yang membantu kita dalam upaya ini karena ketika kita mempelajari tema-tema utama dalam Alkitab dan melihatnya muncul di bagian mana pun kita berada, itulah yang membantu kita, terutama untuk pertanyaan itu, bagaimana itu terhubung dengan kehidupan, kematian, dan perbedaan apa yang terjadi oleh kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus? Tema-tema alkitabiah membantu kita melakukan itu. Anda lihat, ada perbedaan besar antara pria dan wanita yang meninggalkan waktu studi Alkitab karena terbebani oleh apa yang harus mereka lakukan. Ada perbedaan besar antara hal itu dan saat mereka pergi dengan rasa terkagum atas apa yang telah dilakukan Kristus, yang oleh karenanya membuat perbedaan dalam hidup mereka. Keajaiban apa yang telah dilakukan Kristus, semoga yang paling mereka tangkap adalah urgensi untuk dipersatukan dengan-Nya oleh iman sehingga ketaatan-Nya serta kuasa ketaatan-Nya mengalir ke dalam diri mereka.

Baiklah. Nomor dua. Teologi biblika mengajarkan kepada kita gambaran besar Alkitab, bukan hanya kumpulan cerita yang tidak terkait satu dengan yang lain. Saya khawatir itu adalah yang terjadi pada saya dalam sebagian besar hidup saya. Dan, bisakah saya tahu ada berapa orang di ruangan ini yang mengalami hal serupa, betapa banyak cerita yang saling tidak terhubung yang Anda tidak tahu di mana benang merahnya? Dan, saya telah diberi akses untuk melihat secara daring ketika Anda mengangkat tangan Anda, jadi lanjutkan dan angkatlah tangan Anda, saya akan bisa melihatnya. Baik. Itu persis seperti saya. Dan, saya agak malu jika Anda mengetahui sebenarnya berapa usia saya, dan bukan hanya berapa banyak studi Alkitab yang telah saya lakukan, tetapi juga berapa banyak pengajaran Alkitab yang telah saya lakukan, sebelum saya benar-benar memahami dan mampu mengartikulasikan alur cerita mendasar dari Perjanjian Lama. Yang saya maksudkan dengan itu adalah garis keturunan patriark, Abraham yang memiliki putra Ishak, dan kemudian tidak melalui Yakub dan Esau, tetapi hanya Yakub, dan kemudian 12 putra Yakub. Jadi, alur cerita para patriark sampai pada perbudakan mereka di Mesir dan penebusan mereka keluar dari Mesir, pertama-tama ke padang gurun dan akhirnya ke Tanah Perjanjian di bawah kepemimpinan Yosua. Dan kemudian pendirian kerajaan, pertama-tama di bawah Saul, dan kemudian di bawah Daud, dan kemudian putranya Salomo. Dan bagi saya, di situlah semuanya berantakan. Beberapa dari Anda pasti merasakan hal yang sama juga, bukan? Maksud saya, di situlah di mana semuanya jadi benar-benar berantakan, kan?

Mungkin Anda ingat Rehabeam, tetapi setelahnya kerajaan terbagi, dan itu benar-benar membingungkan. Dan, kemudian ada pembuangan juga, kan? Untuk dapat menyimpulkan, "Oke, ada 10 suku (dari Kerajaan Israel) Utara dan mereka pergi ke pembuangan setelah ditaklukkan bangsa Asyur. Dan. 150 tahun kemudian, kedua suku yang ada di selatan, Yehuda dan Benyamin dibawa ke pembuangan ke Babel dan kemudian mereka akhirnya kembali ke tanah perjanjian." Maksud saya, itulah garis besar jalan cerita Alkitab. Dan dahulu saya tidak bisa menjelaskan hal sederhana itu untuk Anda, bahkan dalam sebagian besar hidup saya. Saya mengalami kebingungan antara peperangan dan tokoh-tokoh, dan saya tidak tahu bagaimana mereka terkait satu dengan yang lain. Jadi saya pikir, yang terjadi ketika kita mempelajari atau menyajikan cerita-cerita Alkitab tanpa mengaitkannya dengan gambaran yang lebih besar, maka narasi sejarah hanya menjadi pelajaran kecil tentang bagaimana kita berusaha keras untuk menjadi seperti orang yang kita pikir baik dalam cerita itu. Dan, sering kali kita mengira mereka seluruhnya baik dan bukan seperti manusia pada umumnya yang memiliki percampuran berbagai motivasi dalam bertindak, atau justru kita berusaha sangat keras untuk tidak menjadi seperti seseorang yang kita anggap, Anda tahu -- kebalikan dari pahlawan -- yang melakukan hal-hal yang salah. Jika kita hanya mendapat sesuatu yang bercampur aduk, maka kita mencoba menggambarkannya seperti pelajaran hidup atau pelajaran iman, dan sering memaksakan ide-ide kita tentang apa yang baik atau buruk dan benar atau salah ke dalam cerita.

Namun, ada yang berubah secara dramatis ketika kita melakukan pendekatan dengan teologi biblika terhadap kisah-kisah Alkitab, baik naratif Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Jadi, misalnya, ketika kita membaca tentang ketidaktaatan Adam di taman, ketika kita membacanya dalam terang ketaatan Adam kedua di padang gurun dan kemudian di taman Getsemani, semuanya berubah. Ketika kita mempelajari kisah Yusuf dan kita melihat dia dibangkitkan suatu hari dari lubang penjara, dan duduk di sebelah kanan Firaun, dan kita mempertimbangkan apa yang hendak ditunjukkan kepada kita tentang Yesus yang dibangkitkan dari kubur untuk duduk di sebelah kanan Allah Bapa, semuanya berubah. Ketika kita melihat Musa dalam terang nabi yang lebih besar yang dia katakan akan datang, atau Yosua dalam terang Yosua yang lebih besar yang akan memimpin umat-Nya ke tempat perhentian yang lebih besar, Tanah Perjanjian yang jauh lebih besar, kisah-kisah ini menjadi terhubung dengan kisah yang lebih besar, yang sekali lagi akan mencapai klimaks dalam kehidupan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus, yang adalah pemberitaan Injil.

Salah satu pendeta saya di gereja, Ben Griffith, baru-baru ini berkata dalam sebuah khotbah, "Kita hidup dari cerita yang kita yakini benar tentang diri kita sendiri." Pikirkan tentang itu sebentar. Jadi, izinkan saya menanyakan ini kepada Anda. Bagaimana mungkin kita sebagai orang yang memimpin pengajaran tentang hidup berdasarkan kisah karya Allah dalam sejarah untuk mempersembahkan mempelai kepada anak-Nya, tidak tahu kisahnya. Bagaimana kita, atau mereka yang kita pimpin dan ajar, bagaimana mereka dapat menghidupi kisah itu jika mereka tidak tahu kisahnya? Dan masalahnya, menurut Yesus, kerajaan Allah adalah kisahnya. Kita perlu memahami kerajaan itu saat awal mulanya, kerajaan seperti dahulu di Taman Eden, di mana Adam dan Hawa adalah wakil Kerajaan-Nya dan diberi kuasa. Kerajaan Allah seperti di Tanah Perjanjian di bawah raja-raja keturunan Daud. Kerajaan Allah, yang kemudian, bahkan dalam pembuangan dan kembalinya mereka dari pembuangan tersebut. Apa arti dari kedatangan Yesus dan apa yang Dia bicarakan ketika Dia mengucapkan kata-kata pertama-Nya dalam Injil Markus, "Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah." Dan, itu menolong kita untuk kemudian memahami kerajaan Allah seperti saat ini, sebagaimana kita hidup di dalamnya, ketika kerajaan Allah disebarkan kepada setiap orang, suku, dan bangsa, dan kemudian kerajaan Allah nantinya ketika Raja kita datang kembali. Dan, kerajaan Allah tidak hanya akan segera tiba, kerajaan Allah akan ditegakkan untuk selama-lamanya. Dia akan menjadi Allah kita dan kita akan menjadi umat-Nya. Kerajaan dunia ini akan menjadi kerajaan Tuhan kita dan Kristus-Nya, dan Dia akan memerintah selama-lamanya.

Jadi Anda lihat, saya tidak berpikir ayat di atas sangat berarti kecuali Anda dapat menelusuri keseluruhan cerita tentang berapa lama kita telah menunggu Raja dan kerajaan ini. Jadi, bagaimana kita dan bagaimana mereka yang berpartisipasi dalam studi dan kelas di gereja-gereja kita bisa hidup berdasarkan kisah yang diceritakan Alkitab ini, jika mereka tidak dapat menjelaskan kisah ini untuk diri mereka sendiri? Mereka tidak akan bisa melakukannya. Jika Alkitab menceritakan satu kisah menyeluruh dan kita tidak menyadarinya, maka kita kehilangan inti dari keseluruhan Alkitab serta inti dari semua bagiannya, yang membawa saya kepada alasan nomor tiga saya. Teologi biblika membantu kita memahami seluruh Alkitab dan bukan hanya sebagian saja. Anda tahu, saya pikir sebagai guru dan pemimpin, jika kita tidak memahami linimasa sejarah ini, maka kita cenderung berfokus pada hal-hal yang menonjol saja ... dan Anda akan mengerti maksud saya, bagian yang dapat berkhotbah. Mungkin bagian-bagian yang terlihat sangat praktis. Kita mungkin bersandar pada bagian-bagian Alkitab yang penuh dengan perintah, tetapi yang paling penting kita cenderung mengabaikan bagian-bagian, buku-buku, potongan-potongan Alkitab yang kita tidak tahu apa harus diapakan karena tampaknya tidak praktis atau relevan dengan orang yang kita ajar. Saya pikir ini terutama terjadi pada kitab-kitab sejarah yang terakhir, tetapi terutama kitab Nabi Besar dan Nabi Kecil, karena tanpa teologi biblika, kita tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan kitab-kitab itu.

Jika Anda seperti saya, inilah yang dahulu biasanya saya lakukan dengan kitab-kitab itu. Pada dasarnya saya memindai kitab-kitab itu untuk bagian tertentu yang bisa saya gunakan, terutama jika itu mengatakan sesuatu yang penuh pengharapan atau sangat menolong atau memungkinkan saya untuk mengatakan sesuatu yang ingin saya katakan, jadi kita memilih bagian kecil dari sana dan mungkin mengabaikan sisanya. Akan tetapi, coba pikirkan, jika keseluruhan Alkitab adalah Allah yang berbicara kepada kita, mengapa kita merasa nyaman ketika ada bagian Alkitab yang kita anggap tidak penting, tidak relevan, dan tidak dapat diterapkan? Kita ingin mengetahui semua yang ingin Allah sampaikan kepada kita. Kita ingin melihat Kristus dari setiap sudut, dan berbagai bagian yang berbeda dari Alkitab menunjukkan kepada kita Kristus dari sudut yang berbeda-beda. Jika kita percaya bahwa Alkitab adalah Allah yang berbicara kepada kita dan bahwa kita hidup dengan setiap firman yang keluar dari mulut Allah, mengapa kita merasa nyaman saja dengan adanya bagian-bagian yang tidak kita pelajari? Yah, kita tidak akan melakukannya. Jadi, teologi biblika, saya pikir membuka seluruh Alkitab kepada kita, bahkan ketika itu melatih kita melihat bagaimana setiap bagian dari Alkitab mengungkapkan sesuatu yang penting tentang Kristus dan bagaimana Dia membawa kerajaan-Nya ke dunia.

Nomor empat, cara teologi biblika mengubah studi Alkitab yaitu teologi biblika membawa kita pada apa yang paling perlu kita ketahui, bukan hanya apa yang paling ingin kita ketahui. Beberapa waktu yang lalu, saya menjadi pembicara di sebuah gereja. Saya sedang melakukan sesi tanya jawab. Wanita ini mengangkat tangannya dan dia berkata, "Bagaimana saya menemukan hal-hal dalam Alkitab yang ingin saya ketahui? Seperti apa yang dikatakan Alkitab tentang kemarahan dan kecemburuan?" Dan, saya benar-benar bergumul untuk menjawab pertanyaannya. Tetapi bukankah memang demikian cara banyak, banyak, banyak orang memperlakukan Alkitab? Mereka melihatnya sebagai buku panduan untuk hidup, mengumpulkan nasihat yang baik. Dan, mereka pergi ke Alkitab. Mereka melihat Alkitab untuk mendapatkan wawasan tentang masalah yang benar-benar penting bagi mereka, mereka tidak begitu tertarik pada hal-hal yang menurut mereka, entah bagaimana, tidak dapat diterapkan atau tentu saja tidak menarik bagi mereka.

Meski pun demikian, Alkitab menjawab pertanyaan yang Anda dan saya tidak cukup paham untuk tanyakan. Saya akan mengatakannya lagi karena saya pikir itu hal besar. Begitu ya? Alkitab menjawab pertanyaan-pertanyaan yang Anda dan saya tidak cukup paham untuk tanyakan. Itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang paling kita butuhkan jawabannya, tetapi kita tidak cukup paham untuk mengajukan pertanyaannya. Dan, bagaimana cara menjawab pertanyaan-pertanyaan ini? Melalui berbagai genre, melalui narasi sejarah, melalui pepatah bijak, melalui nubuat, melalui wacana, melalui puisi, melalui apokaliptik. Dan, Anda tahu, dalam beberapa hal, bukankah lebih baik jika Alkitab hanya menjadi pedoman hidup dan juga lugas menjawab semua pertanyaan kita persis seperti yang kita inginkan? Akan tetapi, Alkitab menuntut sedikit lebih banyak dari kita, bukan? Alkitab tidak hanya memberikan kebijaksanaan dan wawasannya. Butuh lebih dari itu agar kita mengerti pesannya. Kita harus punya telinga untuk mendengar. Kita tidak menetapkan agenda untuk Alkitab. Alkitab yang menetapkan agenda dan teologi biblika membantu kita memahami agenda itu.

Jadi, alih-alih menggunakan Alkitab dan memilih bagian tertentu untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang kita anggap mendesak, sebaliknya, kita menggunakan Alkitab dengan kerendahan hati, berusaha untuk memahami pesan yang telah ditulis oleh penulis ilahi ke dalam buku-Nya yang benar-benar Dia ingin untuk kita ketahui. Dan, bagaimana cara untuk mulai memahami pesan itu? Yah, kita melakukan hal-hal yang akan kita lakukan terhadap literatur apa pun yang ingin kita pahami secara mendalam. Kita bertanya, apa tema yang penulis tulis dalam buku ini? Kedua, kita bertanya, bagaimana Dia mengembangkannya? Ketiga, tujuan akhirnya apa? Dan, kemudian keempat, pesan apa yang dikomunikasikan? Biarkan saya memberi Anda contoh tentang apa yang kami maksud. Ketika Anda berpikir tentang berapa banyak tinta dalam Alkitab Anda, terutama seperti jika Anda membaca seluruh Alkitab dalam satu tahun dan Anda mulai dari kitab Kejadian dan Anda sampai ke kitab Keluaran, Imamat, Bilangan, pikirkan berapa banyak tinta yang diberikan ke tabernakel.

Dan, Anda melihat di kitab-kitab sejarah, berapa banyak tinta yang diberikan untuk bait Allah? Apa yang akan terjadi di dalamnya? Apa yang seharusnya tidak terjadi di dalamnya? Nah, Anda tahu, bahan pembuatannya, proses pembuatannya, masalah yang menyertainya. Dan, ketika Anda membaca seluruh Alkitab, jika Anda seperti saya, maksud saya, beberapa di antaranya bisa tampak begitu asing dan sebagaimana ada banyak detail di mana saya benar-benar tidak membutuhkan semua detail itu. Dan, itu bisa tampak seperti formalitas kuno dan kita mungkin tergoda untuk melewatkannya, tetapi inilah yang seharusnya kita lakukan. Kita mulai berpikir, "Nah, hal ini tampaknya sangat penting bagi penulis buku ini. Dia pasti mencoba mengomunikasikan sesuatu padaku. Apa yang dia coba komunikasikan padaku?" Dan, seperti yang kita lihat dalam kitab Kejadian, dalam Kejadian 1 dan 2, dan mulai melihat bahwa ini sebenarnya adalah ... bahwa taman Eden adalah tempat kudus pertama dan bahwa Adam ditempatkan di sana sebagai imam untuk mengerjakannya dan memeliharanya sama sebagaimana imam kemudian diperintahkan dalam kitab Bilangan untuk bekerja dan menjaga Bait Suci.

Dan, pada akhir kitab Keluaran, kita menyaksikan kemuliaan Allah yang terlihat, nyata, dan berapi-api turun untuk masuk ke tempat mahakudus dari tabernakel. Dan, kemudian dalam kitab 1 Raja-raja, kemuliaan yang berapi-api ini kemudian turun untuk berdiam di tempat mahakudus dari Bait Suci. Kita menahan napas kita selama 400 tahun keheningan dari Allah, keheningan kenabian bahkan saat kita menunggu apa? Kita diberitahu pada akhir Maleakhi bahwa Tuhan akan datang tiba-tiba ke bait-Nya. Dan, kemudian kita membuka halaman Injil dan kita membaca Yohanes di mana Dia berkata bahwa Firman itu telah menjadi manusia dan tinggal atau berdiam di antara kita. Kita beralih ke kitab Kisah Para Rasul dan kita membaca bahwa api turun lagi, api ini turun, bukan ke tempat mahakudus dari tabernakel atau bait suci, api ini turun ke atas orang-orang percaya yang berkumpul pada hari Pentakosta dan kita sedang melihat ... Apakah Anda ingat kata yang saya sebutkan sebagai sesuatu yang penting, pengembangan? Apakah Anda melihat pengembangan dalam cerita ini? Ini berkembang. Sekarang, bukan di gedung yang tidak bisa didekati siapa pun kecuali imam besar setahun sekali. Sekarang, tempat kediaman Allah ada di dalam orang-orang percaya. Dan, kemudian kita sampai pada surat-surat dan kita mendengar baik Petrus maupun Paulus menulis tentang gereja sebagai sebuah rumah rohani, bahwa kita adalah batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi sebuah bait di mana Allah ingin berdiam.

Dan, kemudian kita sampai ke Wahyu 21 dan kita membaca bahwa ada suara nyaring dari takhta yang berkata, "Sekarang tempat kediaman Allah ada bersama manusia dan Dia akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Nya dan Dia akan menghapus setiap air mata dari mata mereka." Dan, pada saat itu, kita seperti, "Sekarang saya mengerti. Sekarang, saya mengerti mengapa tabernakel itu begitu penting, karena Allah ingin saya melihat betapa pentingnya bagi Dia untuk tinggal di antara umat-Nya, dan bahwa semua sejarah dari Kejadian sampai Wahyu 1, Allah telah mengerjakan rencana-Nya untuk menyatakan hal itu kembali." Dan, kemudian tahun berikutnya, setelah membaca seluruh Alkitab, ketika kita sampai di kitab Keluaran, kita membacanya dengan cara yang berbeda. Dan, itu penting bagi kita, karena kita dapat melihat bagaimana cerita ini dikembangkan. Di sini, saya pikir adalah bagian terbaiknya. Kita menemukan diri kita saat mempelajari Alkitab semakin merindukan ke mana arah cerita ini. Dan, saat ini terjadi, kita mulai menyadari, Anda tahu, saya menyikapi Alkitab dengan pertanyaan kecil saya tentang bagaimana saya ingin menemukan sesuatu di sini untuk menavigasi kehidupan di dunia ini, dan sebaliknya, Alkitab menyajikan kepada saya realitas dunia yang akan datang sedemikian rupa sehingga beberapa pertanyaan ini sepertinya tidak terlalu penting lagi dan hati saya dipenuhi dengan kekaguman, yang membawa saya ke poin nomor lima.

Nomor lima, cara teologi biblika mengubah studi Alkitab adalah bahwa teologi biblika memfokuskan kita pada penyempurnaan, bukan hanya pergi ke surga ketika kita mati. Anda tahu, dalam sebagian besar hidup saya, pemahaman saya tentang kehidupan Kristen adalah bahwa saya harus membuat keputusan untuk Kristus dan berusaha sangat keras untuk hidup baik bagi Dia selama hidup saya, dan kemudian saya akan pergi ke surga ketika saya mati. Ada yang juga merasa seperti itu? Dibesarkan dengan pemahaman tentang arti sebenarnya dari kehidupan Kristen seperti itu? Dan, bukannya hal-hal itu tidak benar. Hanya saja, hal itu sangat mengecilkan realitas yang sebenarnya kita masuki ketika kita dipersatukan dengan Kristus oleh iman. Keberadaan tanpa tubuh di suatu tempat yang jauh dari dunia ini bukanlah tujuan Allah menyelamatkan kita. Visi kehidupan Kristen itu sama sekali tidak sesuai dengan kisah yang diceritakan oleh seluruh Alkitab karena kisah Alkitab menuju penyempurnaan, menuju kemuliaan. Bukan roh tanpa keberadaan siapa pun di suatu tempat jauh dari bumi ini.

Dan, saya ingat ketika hal ini menohok saya. Saya menyadari bahwa sebenarnya saya tidak pernah benar-benar memikirkan bagaimana kehidupan saya di surga ketika saya mati akan berbeda setelah kedatangan Kristus dan kebangkitan tubuh saya. Saya tidak pernah sepenuhnya mempertimbangkan apa artinya berada jauh dari tubuh saya di rumah bersama Tuhan, tetapi kemudian berada di hadirat-Nya, dengan tubuh yang dibangkitkan, tubuh yang mulia seperti tubuh yang dimiliki Yesus sekarang, tubuh dan jiwa hidup bersama-Nya selamanya dalam bumi baru yang dibangkitkan. Dan, ini bukan hanya spiritualisme tanpa makna atau teologi tanpa makna. Hal ini memiliki implikasi praktis bagi orang percaya, bukan? Apalagi saat menghadapi kematian. Apalagi saat mereka menghadapi kematian seseorang yang mereka kasihi. Anda tahu, kebanyakan orang yang Anda layani, mereka juga belum memikirkannya. Dan, itulah salah satu alasan mengapa mereka suka berbicara tentang orang yang mereka kasihi, yang telah meninggal dalam seolah-olah mereka bermain golf di lapangan golf besar di surga itu, atau mengendarai skateboard mereka di trotoar surga, karena mereka tidak benar-benar mengerti bahwa tubuh orang yang mereka kasihi berada di dalam kubur menunggu panggilan kebangkitan Yesus ketika Dia kembali dan jiwa mereka telah pergi bersama Kristus untuk dipersatukan kembali dengan tubuh kemuliaan nantinya, yang layak untuk hidup selamanya di bumi yang diperbarui dan dibangkitkan kembali serta hidup selamanya di dalam langit baru dan bumi baru. Jadi sekali lagi, bagaimana kita bisa mengharapkan mereka yang kita layani bisa menghidupi cerita ini jika mereka tidak mengetahui cerita ini?

Nomor enam. Teologi biblika mendorong kita untuk bersatu dengan Kristus, bukan sekadar meniru atau mengikuti Yesus. Bahasa yang berulang kali digunakan Alkitab adalah berada di dalam Kristus, yang berarti berubah dari mati secara rohani menjadi hidup secara rohani. Ketika Yesus berkata kepada Nikodemus, "Kamu harus dilahirkan kembali," Dia tidak mengatakan kepada Nikodemus bahwa dia harus melakukan sesuatu. Dia berbicara tentang kenyataan yang harus terjadi dalam kehidupan Nikodemus oleh kuasa Roh Kudus dengan dipersatukannya dia dengan Kristus. Bagaimana hal-hal ini terjadi? Bagaimana orang yang mati secara rohani menjadi hidup secara rohani? Bagaimana orang dengan hati yang keras diberikan hati yang lembut? Bagaimana seseorang mengalami kelahiran baru? Semuanya berpusat pada penyatuannya dengan Kristus. Kematian-Nya menjadi milik kita. Hidup-Nya menjadi milik kita. Dan, sekali lagi, dalam sebagian besar hidup saya, entah bagaimana saya melewatkan pemahaman tentang penyatuan dengan Kristus sebagai pusat dari Kitab Suci, inti dari kehidupan orang Kristen. Dan, ketika itu tidak menjadi pusat studi dan pengajaran kita, kita sering kehilangan intinya. Kita kehilangan rasa urgensi untuk bersatu dengan Kristus. Dan saya pikir cara yang perlu dilakukan adalah orang melihatnya lagi dan lagi melalui teologi biblika.

Beberapa contoh singkat, narasi Perjanjian Lama di mana krisis dosa dan kenajisan belum terselesaikan. Jadi, kita membiarkan orang-orang merasakan keputusasaan itu, bagaimana itu akan diselesaikan, di mana itu diselesaikan sekali untuk selamanya melalui pengorbanan untuk dosa dalam pribadi Kristus. Atau, kita membaca hikmat Perjanjian Lama dan kita melihat bahwa itu memiliki keterbatasan. Kebijaksanaan Perjanjian Lama hanya akan membawa Anda sejauh itu. Yang dibutuhkan adalah hikmat yang berinkarnasi dan untuk terhubung dengan hikmat yang berinkarnasi agar hikmat Kristus mulai mengalir ke dalam diri kita, menggantikan kebodohan alami kita. Kita mendengar nabi-nabi Perjanjian Lama, keputusasaan mereka agar umat Allah memiliki kekuatan untuk menaati hukum Allah, dan kita menyadari bahwa itu hanya akan datang ketika satu-satunya Pribadi yang pernah taat dengan sempurna mentransfer rekor ketaatan-Nya yang sempurna kepada kita serta memeteraikan kita dengan Roh Kudus yang memampukan kita untuk taat. Atau, ketika kita sampai pada Perjanjian Baru di mana Yesus memberi makan 5.000 orang dengan roti, kita menyadari itu bukan roti yang kita butuhkan dari Yesus, kita membutuhkan Yesus sendiri sebagai roti. Kita perlu makan dari Dia. Dan, selain makan dari kematian penebusan-Nya, kita akan mati kelaparan di dunia ini. Jadi, sebagaimana teologi biblika membantu kita sampai kepada Kristus di mana pun kita berada di dalam Alkitab, teologi biblika itu juga berfungsi untuk menunjukkan kepada kita setiap bagian, keindahan, kecukupan, dan perlunya penyatuan dengan Kristus.

Nomor tujuh, saya telah menyimpan yang terbaik sebagai yang terakhir, teologi biblika membangkitkan kasih kepada Kristus dan kerinduan yang lebih besar akan kedatangan-Nya kembali, yang menurut pendapat saya adalah hal paling praktis yang dapat dilakukan oleh studi Alkitab. Saat ini, orang ingin segala sesuatu yang praktis, bukan? Dan, pragmatisme terjalin ke dalam DNA kita sebagai gereja Injili modern dan sebagai orientasi budaya kita terhadap paham menolong diri sendiri self-help dan penyederhanaan yang berlebihan. Hal ini lebih merasuk ke dalam gereja, dibanding upaya mencari Kristus dalam seluruh Kitab Suci. Dalam prosesnya, kita mengembangkan kecenderungan untuk datang ke Alkitab, mencari bagaimana menjadi orang yang lebih baik dan bagaimana memecahkan masalah kita. Kita ingin informasi ramah konsumen yang sederhana dan mudah dikelola tentang Allah yang dapat kita terapkan untuk hasil yang lebih positif dalam perjalanan iman kita. Bukannya Alkitab disajikan sebagai wahyu dari pekerjaan penebusan Allah pada masa lalu, sekarang, dan masa depan, Alkitab justru digunakan sebagai buku panduan semata. Sekarang, saya ingin menawarkan sesuatu yang praktis, tetapi saya harus memberi tahu Anda apa yang menurut saya adalah hal paling praktis yang dapat terjadi ketika kita melakukan studi Alkitab pribadi atau dalam kelompok, dan itu akan menyebabkan kita semakin mengasihi Kristus dan semakin merindukan kedatangan-Nya. Tidak ada yang akan mendasari ketaatan lebih baik daripada semakin mengasihi Kristus dan semakin merindukan kedatangan-Nya.

Baiklah. Saya hanya punya waktu satu setengah menit. Saya akan melebar sedikit sebentar untuk bagian ketiga saya ini, bagaimana kita melakukannya? Dan saya tahu beberapa dari Anda ingin tahu tentang hal itu. Bagaimana seseorang, seorang pengajar, sebuah gereja dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang teologi biblika? Nah, nomor satu, Anda akan membaca buku-buku bagus. Itu mungkin seharusnya tidak mengejutkan Anda. Jadi, bacalah. Dan, saya rasa tidak mengejutkan. Ya, buku-buku tentang teologi biblika itu bagus. Saya tidak selalu berpikir bahwa itu adalah tempat yang tepat untuk memulai. Saya pikir pendekatan pemahaman Alkitab dengan cara ini lebih baik diserap daripada diinstruksikan, atau hanya dijelaskan mekanismenya. Jadi, saya akan menyebutkan beberapa buku yang menurut saya adalah tempat yang bagus untuk memulai. Jika Anda, seperti saya, membutuhkan bantuan untuk reorientasi bagaimana Anda bekerja melalui Kitab Suci untuk melihat keseluruhan Alkitab dengan cara ini, saya suka buku, "Name Above All Names" oleh Sinclair Ferguson dan Alistair Begg. Saya suka buku, "The Big Picture" oleh Vaughan Roberts. Saya suka "The Unfolding Mystery" oleh Ed Clowney. "The Goldsworthy Trilogy" oleh Graeme Goldsworthy membuat saya terheran-heran. "God Dwells Among Us" oleh G.K. Beale. "Remaking a Broken World" oleh Christopher Ash. "The Story Retold" benar-benar membantu pembuatan plot, termasuk Injil dalam Perjanjian Baru, yang berpusat pada Kristus. Atau mungkin bahkan buku kecil ini berjudul "Even Better than Eden" oleh Nancy Guthrie.

Baiklah. Jadi, Anda akan membaca buku yang bagus, tetapi Anda juga akan merekomendasikan buku. Apakah Anda sebagai seorang pemimpin merekomendasikan buku-buku bagus kepada para pengajar dan pemimpin kelompok Anda? Namun, jangan hanya merekomendasikan, tetapi juga mengatur waktu bersama untuk membicarakannya. Sebab, ketika ada sesuatu yang mengubah cara Anda menyikapi Alkitab sepanjang hidup Anda, Anda perlu membicarakannya agar hal-hal semacam itu dapat dimeteraikan. Lakukan sesi dengan para pengajar dan pemimpin kelompok di gereja Anda dan secara bergiliran mengartikulasikan kisah tentang Alkitab. Orang akan terbata-bata, mereka mungkin malu, biarkan orang berikutnya melakukan gilirannya dan lihat bagaimana mereka melakukannya. Dan, jika Anda tidak ingin melakukannya secara lisan di awal, mungkin sesi pertama, Anda hanya perlu menyediakan linimasa dan Anda minta semua orang untuk mencoba membuat linimasa sendiri tentang kisah Alkitab dan melihat di mana ada celah yang perlu diisi agar mereka dapat mengartikulasikan cerita Alkitab dengan baik. Saya pikir ini, Anda tahu, merekomendasikan buku secara resmi di situs web Anda atau secara langsung, terutama pada para pengajar dan pemimpin kelompok Anda sangatlah penting. Saya pikir rekomendasi informal buku bahkan lebih penting. Dan, bisakah saya berbicara sebentar dengan Anda yang merupakan pendeta? Kapan terakhir kali Anda berbicara dengan para wanita yang mengajar dan memimpin di gereja Anda, menanyakan apa yang mereka baca atau merekomendasikan sebuah buku untuk mereka baca? Itu sangat penting. Tunjukkan pada mereka bahwa Anda ingin memperlakukan mereka seolah mereka memiliki pikiran teologis karena memang demikian, dan rekomendasi Anda serta kesediaan Anda untuk terlibat, berbagi, mungkin membaca sesuatu yang mereka baca, itu akan sangat membantu.

Lalu ketiga ... Jadi, kita membicarakan, membaca, merekomendasikan, melatih. Contohkan teologi biblika di luar mimbar. Mungkin Anda frustrasi dengan cara Alkitab diajarkan di Sekolah Minggu kepada anak-anak dalam gereja Anda. Bahwa itu selalu, Anda tahu, pelajaran-pelajaran kecil, dan itu tidak berpusat pada Kristus dan Anda menjadi frustrasi. Nah, apakah Anda pernah menunjukkan kepada mereka bagaimana melakukannya? Kita tidak memahami hal-hal ini secara naluriah. Setidaknya saya tidak, karena saya tidak tumbuh dengan mengetahui cara membaca, memahami, dan mengajarkan Alkitab seperti ini. Jadi, kita punya cara yang sudah mendarah daging, setidaknya saya punya, yang harus dilatih ulang agar dapat menyajikan dan mengajarkan Alkitab dengan benar. Jadi, tunjukkan pada mereka untuk melakukannya. Kumpulkan mereka dan praktikkan bersama, bagaimana kita akan menceritakan beberapa dari kisah-kisah ini atau menyajikan beberapa dari bagian-bagian ini dengan cara yang berpusat pada Kristus? Jangan hanya berasumsi bahwa jika Anda dapat memberi tahu mereka bagaimana mereka harus melakukannya dan mereka benar-benar langsung tahu bagaimana melakukannya. Rekomendasikan juga beberapa sumber bahan untuk mereka.

Ketiga, dengarkan. Jadi, tidak hanya membaca para teolog biblika yang cakap, tetapi juga dengarkan. Dengarkan bagaimana mereka melakukannya. Kita sangat diberkati dengan begitu banyaknya sumber audio yang tersedia untuk kita di zaman ini, bukan? Jadi, dengarkan bagaimana para teolog biblika yang cakap sampai kepada Kristus. Selama lima tahun saya membuat podcast ini untuk TGC, "Help Me Teach The Bible." Jika Anda bertanya-tanya, siapa saja orang yang benar-benar melakukan teologi biblika? Hampir setiap orang yang saya hadirkan di podcast itu, itu karena mereka adalah teolog biblika yang baik. Ada beberapa nama bagus jika Anda ingin melihat daftar orang-orang yang saya wawancarai dalam "Help Me Teach The Bible". Juga, saya akan menutup di sini, saya telah menawarkan lokakarya teologi biblika untuk wanita selama beberapa tahun terakhir, dan satu sesi didedikasikan untuk mengambil tema alkitabiah dan mendemonstrasikan bagaimana menceritakan kisah Alkitab sesuai dengan tema itu.

Dan setelah saya melakukannya, saya diyakinkan dalam lokakarya itu, bahwa mendengar saya melakukannya sebenarnya lebih efektif daripada saya memberi tahu mereka bagaimana melakukannya. Itu adalah sesuatu yang kita serap dan pelajari dengan mendengarkan orang melakukannya. Saya memiliki 17 lokakarya lagi pada tahun yang akan datang. Sebenarnya, saya membawa banyak kartu nama saya. Suami saya ada di sini dan di dua pintu keluar dari sini, mereka juga akan membagikan kartu nama saya. Jika Anda tertarik untuk mengetahui di mana saya akan melakukan lokakarya selanjutnya, saya akan senang jika ada di antara Anda yang datang karena mungkin Anda berpikir, "Ya, saya mendapatkan teologi biblika, tetapi saya tidak begitu tahu bagaimana mengajarkannya kepada guru Sekolah Minggu saya atau pemimpin kelompok kecil." Anda mungkin ingin datang hanya untuk melihat bagaimana saya mencoba melakukan yang terbaik untuk melatih orang-orang. Jadi, kami akan memberikan kartu nama kepada Anda yang ada di sini. Jika Anda menyaksikan secara daring, Anda dapat mengunjungi situs nancyguthrie.com dan melihat semua kota dan tanggal untuk lokakarya teologi biblika bagi wanita yang akan datang.

Baiklah, saya akan menutup dengan mengatakan, saya mulai dengan menceritakan kepada Anda tentang wanita di gereja saya yang dengan berlinang air mata datang kepada saya, yang berkabung atas caranya mempelajari Alkitab selama ini, bahwa entah bagaimana dia telah melewatkan melihat keindahan Alkitab yang berpusat pada Kristus. Dan, saya harus memberi tahu Anda, saat saya melakukan perjalanan ke seantero negeri untuk mengadakan lokakarya teologi biblika ini, saya masih mendapati para wanita datang kepada saya sambil menangis, tetapi itu bukanlah air mata kesedihan. Mereka menangis bahagia karena inilah yang menurut saya merupakan dampak terbesar dari teologi biblika. Jika Anda mengasihi Kristus dan Anda mencintai Alkitab dan kemudian Anda mulai melihat bagaimana seluruh Alkitab menunjukkan kepada Anda gambar demi gambar, demi gambar keindahan dan kebutuhan dan kecukupan dalam Kristus, itu memenuhi Anda dengan begitu banyak sukacita sehingga Anda pikir Anda akan meledak. Jadi, saya menugaskan Anda untuk menjadi penyebar sukacita, bukan? Penyebar sukacita dengan cara mengembangkan diri Anda dalam keterampilan ini dan membagikan serta mengajarkan teologi biblika.

Terima kasih banyak telah bergabung dengan kami untuk sesi ini. Saya akan berada di bawah sini. Saya ingin sekali berbicara dengan Anda. Saya harap Anda akan mengambil salah satu kartu nama itu saat keluar. Dan, sekali lagi terima kasih telah bergabung dengan kami. Senang sekali bisa bersama dengan Anda. Terima kasih. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : The Gospel Coalition
Alamat situs : https://thegospelcoalition.org/podcasts/help-me-teach-the-bible/not_about_you
Judul asli artikel : It's Not About You: How Biblical Theology Transforms Bible Study
Penulis artikel : Nancy Guthrie