Berikut ini adalah tantangan-tantangan untuk C4TK Global Hackathon 2015.
1. Menjangkau kaum muda (digital native) di negara-negara berkembang
Bagi banyak orang, teknologi digital adalah mediator utama untuk hubungan antara manusia. Kita hidup dalam sebuah dunia di mana setiap orang hanya sejauh satu klik. Telepon-telepon seluler kita dan juga komputer-komputer memudahkan untuk mencampur interaksi antarmanusia dengan efisiensi teknikal sampai suatu derajat yang kita belum alami sebelumnya, dan itu mentransformasi hubungan antara manusia secara mendasar.
Kaum muda yang terlahir dalam era digital (Digital Natives) menjalani sebagian besar kehidupan mereka secara online, tanpa membedakan antara online dan offline. Bagi banyak di antara generasi yang lebih muda ini, mereka tidak mengetahui apapun kecuali sebuah kehidupan yang terhubung satu dengan lainnya dan seringkali merasa sama nyamannya dalam ruang online, seperti dengan ruang offline. Daripada memikirkan identitas digital mereka dan identitas riil mereka sebagai entitas terpisah, mereka hanya memiliki identitas tunggal (dengan kehadiran di lebih dari satu ruang).
Meskipun ada kejenuhan akibat teknologi digital dalam banyak budaya, ada banyak orang di negara-negara berkembang yang belum mendengar Injil atau berhubungan dengan seorang Kristen. Dengan mempertimbangkan bahwa tidak ada aspek dalam kehidupan modern yang tidak tersentuh oleh cara banyak di antara kita menggunakan teknologi informasi, hal ini merupakan suatu kesempatan besar.
Bagaimana jika kamu akan membuat app yang dapat menjangkau banyak orang di negara-negara berkembang? Atau suatu jejaring sosial yang memajukan hubungan antara orang-orang dengan beragam iman? Kami menantang Anda untuk menggunakan teknologi untuk menjangkau kaum muda digital yang tinggal di negara-negara berkembang.
2. Membayangkan ulang permainan-permainan anak untuk pelayanan #children
Tahukah Anda bahwa 80% orang Kristen memilih Kristus antara usia 4-14? 50% dari mereka memutuskan untuk mengikuti Yesus sebelum usia 12. Faktanya, secara eksponensial kian sulit dan jarang seseorang menjadi Kristen setelah usia 18. Masa kanak-kanak adalah waktu dalam hidup seseorang saat mereka paling terbuka untuk belajar, saat mereka paling mudah dibentuk daripada saat kemudian dalam hidup mereka. Itu adalah musim di mana anak-anak membangun pemahaman akan dunia, hubungan, cinta dan Tuhan. Itu adalah suatu usia ketika seseorang dapat terkesan. Karena itu, kita harus berupaya untuk memastikan bahwa mereka memiliki dasar yang kuat.
Apakah kamu tahu bahwa dampak teknologi terhadap keluarga di abad ke-21 adalah meretakkan dasar-dasarnya, dan menyebabkan disintegrasi dari nilai-nilai inti yang telah lama merupakan serat yang menjalin keluarga-keluarga tetap bersama? Menjalani kehidupan sekolah, kerja, rumah dan komunitas, para orangtua hari ini mengandalkan teknologi komunikasi, informasi, dan transportasi untuk membuat kehidupan mereka lebih cepat dan efisien. Banyak di antaranya adalah hal yang baik, tapi itu juga berarti bahwa anak-anak hari ini menghabiskan waktu lebih banyak untuk teknologi hiburan (TV, Internet, video games, iPads, cell phones). Sebuah studi yang dilakukan oleh Kaiser Foundation pada tahun 2010 menunjukkan bahwa anak-anak usia sekolah dasar menggunakan rata-rata 7.5 jam per hari dengan teknologi hiburan, 75% dari anak-anak ini memiliki TV di kamar tidur mereka, dan 50% dari rumah-rumah di Amerika Utara membiarkan TV hidup sepanjang hari. Telah lenyap percakapan di meja pada saat makan malam, digantiksn dengan TV layar lebar dan makan di luar. Studi lain menemukan bahwa tahun 2011 terdapat 3 juta orang mengunduh apps Fisher Price apps untuk bayi dan balita ( infants and toddlers). Teknologi berkembang begitu cepat sedemikian sehingga keluarga-keluarga jarang memperhatikan dampak signifikan dan perubahan-perubahan pada struktur keluarga dan gaya hidup. Saat anak-anak tumbuh lebih besar, waktu keluarga diganti dengan Angry Birds, Temple Run, dan Candy Crush.
Anak-anak adalah ladang pelayanan terbesar yang tersedia dan tidak perlu pergi jauh untuk melihat hal ini. Bagaimana jadinya generasi berikut jika kita berinvestasi dalam anggota-anggota termuda kita? Bagaimana dunia akan terlihat jika kita membangun dasar yang solid untuk anak-anak kita menggunakan teknologi yang sama yang telah mereka kenal dan cintai? Untungnya, Tuhan menempatkan kesempatan besar berupa anak-anak yang merupakan lahan subur untuk Firman Tuhan. Kami menantang Anda untuk mengembangkan teknologi to menyebarkan ke generasi berikutnya suatu landasan doktrin dan kebenaran. Kami ingin agar anak-anak kita memiliki landasan Alkitab, melihat Tuhan sebagai pahlawan dalam setiap cerita, dengan pandangan dunia yang berpusatkan Tuhan, dan suatu iman yang akan menguatkan mereka saat hari-hari pencobaan datang.
Anda mungkin membuat aplikasi mobile untuk membentuk masa depan gereja, untuk menolong anak-anak mempelajari Firman Tuhan, untuk menolong mereka menyerapnya dalam hati mereka dan menmbagikannya dengan teman-teman mereka dalam suatu cara yang menyenangkan, interaktif dan melibatkan. Gunakan platform apapun yang mereka mungkin gunakan, tapi suntikkan Alkitab ke dalamnya sehingga setiap pelajaran berpusatkan pada Injil.
3. Tantangan Kedermawanan #generosity
Menjawab tantangan Kedermawanan tidak ragu lagi akan merupakan katalis bagi pertumbuhan spiritual Anda. Sebagai umat Kristen, kita memahami bahwa Tuhan adalah pencipta langit dan bumi, dan memiliki seluruh ciptaan dan semua di dalamnya. Kedermawanan adalah suat buah dari Roh, suatu tanda dari pertumbuhan spiritual kita. Tuhan menggunakan pemberian kita untuk mengubah dunia untuk tujuan-tujuan Tuhan, dan Tuhan menggunakan pemberian kita untuk mengubah kehidupan interior kita. Kebenaran ini memiliki implikasi yang sangat jauh terhadap cara kita hidup dan menggunakan berbagai sumberdaya yang dipercayakan kepada kita, termasuk uang dan harta milik, pekerjaan, usaha, dan segala hal lainnya yang kita miliki. Bagi banyak orang, proses pendewasaan kedermawanan kita sangat terkait dengan kedewasaan rohani secara keseluruhan. Namun demikian, saat membicarakan pertumbuhan spiritual, kedermawanan sering diabaikan.
Menjawab Firman Tuhan dengan kedermawanan tidak terjadi seketika - itu memerlukan upaya, perencanaan dan waktu. Tugas utama dari penatalayanan dan kedermawanan dalam gereja adalah untuk mengembangkan kapasitas dari orang-orang lain. Sejalan dengan banyak organisasi yang mengembangkan cara-cara untuk membangun budaya kedermawanan, teknologi dapat menumbuhkan orang dalam kapasitas untuk memberi, melayani dan peduli akan sesama.
Bagaimana dapat kita mengembangkan budaya kedermawanan? Kami menantang Anda untuk mengembangkan solusi yang mendorong dan menginspirasi orang lain untuk berpartisipasi dalam kedermawanan yang berpusatkan Kristus dan menyenangkan. Ini mungkin berupa pengalaman segar yang baru yang dapat membantu organisasi-organisasi mendefinisikan ulang cara melihat kedermawanan atau itu mungkin berupa situs website yang menolong individual berjalan melalui tantangan kedermawanan 21 hari di mana mereka bertekad untuk melakukan aksi kecil kedermawanan. Gunakan kekuatan teknologi untuk mendorong para individu dan keluarga-keluarga untuk menjadi dermawan pada gereja lokal dan akan hal-hal yang membuat mereka terpanggil untuk mendukung.
4. Saling menguatkan menuju kemurnian digital #accountability
Dengan meningkatnya teknologi digital, informasi kian terjangkau setiap hari. Cakrawala digital yang berubah ini membawa tantangan-tantangan baru untuk menjaga kemurnian sebagai seorang Kristen - baik lajang, pasangan yang menikah, dan keluarga sebagai suatu kesatuan, termasuk anak-anak. Orang-orang kristen terpanggil untuk menjaga hati mereka, tapi diperlukan teknologi untuk melakukan hal tersebut.
Kata akuntabilitas memang tidak muncul dalam Alkitab, tapi itu adalah suatu istilah yang digunakan banyak gereja untuk menyampaikan pesan Tuhan tentang hubungan manusia. Dalam surat Yakobus (1:13-15), kita melihat bahwa gereja mesti melatih suatu bentuk pengobatan spiritual preventif. Bukannya hanyha menunggu saat-saat kita menumbuk dasar laut, kita terpanggil untuk bertemu bersama secara teratur, saling menegur dan menguatkan. Melalui akuntabilitas, pengakuan dan doa, kita dapat membongkar setiap dosa, mencari pertobatan dan pengakuan, dan untuk bertekun dalam iman kita.
Bukanlah rahasia lagi bahwa banyak orang berjuang dengan kemurnian dalam era digital. Teknologi dapat menjadi pedang bermata dua. Dosa bekerja pada tingkat terdalam dari kepribadian, pikiran-pikiran, dan hasrat-hasrat kita, dan teknologi seperti bensin bagi api. Mungkin kita tidak mengalami perubahan mendalam karena kita mengabaikan budaya saling menegur yang diusulkan teks ini. Bagaimana hidup kita akan berbeda jika kita tidak memilih untuk menjalani teks ini?
Namun apa yang akan terjadi jika kita dapat menerapkan pengobatan rohani preventif ini dalam kehidupan digital kita? Apa yang akan terjadi jika kita secara sadar bertemu secara teratur dengan beberapa umat percaya lainnya, entah itu online atau secara langsung, untuk mengaku dosa dan berdoa satu dengan yang lain? Bagaimana itu akan tampak jika kita mengembangkan teknologi baru untuk kemurnian digital?
Kami menantang Anda untuk membangun peranti-peranti untuk menolong mengembangkan akuntabilitas dalam era digital. Ini mungkin berupa app untuk menolong dengan cara menuntun perilaku seseorang melalui suatu daftar pertanyaan akuntabilitas atau suatu plugin browser untuk membantu menyaring konten-konten negatif. Itu mungkin akam membentuk sesuatu yang lebih motivasional, seperti jejaring digital untuk menjaga seorang akuntabel terhadap yang lain melalui pengembangan hubungan yang dapat dipercaya yang dibentuk seputar pengakuan dan doa.
5. Mengubah cerita dengan Google Cardboard #compassion
Sementara alat-alat bantu seperti Oculus Rift dan Project Morpheus dari Sony sedang membuat banyak keributan tentang pengalaman VR (virtual reality), Google Cardboard dan apps nya menawarkan cara termudah untuk mengalami realitas maya saat ini. Google Cardboard berbiaya rendah, headset realitas maya lakukan-sendiri ( DIY: do it yourself) yang dapat dilakukan setiap orang, dan sebuah platform peranti lunak yang membuat sangat mudah bagi para developer app untuk menambahkan dukungan realitas maya pada karya mereka. Rancangan Cardboard yang serba baru mencakup prosedur rakitan tiga langkah, tombol kontrol yang sederhana dan dukungan untuk berbagai platform smartphone.
Untuk memperoleh gambaran tentang apa yang mungkin, Anda dapat mengunduh salah satu dari banyak apps untuk Google Cardboard yang telah tersedia, termasuk app milik Google sendiri yang mengajarkan dasar-dasar realitas maya seperti membuatmu melayang Google Earth, mengambil wisata keliling kota (Street View), menguji serangkaian topeng tribal, melihat video-video YouTube videos pada layar lebar, menikmati animas pendek dari seekor tikus pada suatu hari yang berangin dan melihat video 360 derajat.
Bayangkan 10 tahun yang lalu, mencoba melukiskan cara kita menggunakan telepon seluler hari ini. Itu mustahil. Itulah janji yang dimiliki VR hari ini dan itu sangat besar. Jika kamu dapat membayangkannya, VR dapat membuatnya. Pasanglah goggles, tidak perlu pergi ke mana pun, dan berjalanlah ke mana saja. Namun, bagaimana kita dapat menerapkan hal ini pada acara hackathon Code for the Kingdom? Kami menantang Anda untuk bermimpi besar dan menggunakan Google Cardboard dalam proyek-proyek Anda.
Nama situs: Code for The Kingdom
Alamat URL: https://codeforthekingdom.id/
Tanggal akses: 25 September 2015