Apps4God

Submitted by admin on Tue, 12/20/2022 - 11:34

Mengapa Gereja Akan Selalu Berkumpul

Di sini saya duduk, pembaca yang budiman, di salah satu sisi layar di Sydney, Australia, dengan Anda (kemungkinan besar) melihat dari sisi lain layar di bagian lain dunia -- dan saya berharap sesuatu yang luar biasa akan terjadi. Saya berdoa agar, meskipun dipisahkan oleh jarak dan waktu, kita akan tetap bertemu selama beberapa menit ke depan melalui kata-kata yang tampil di layar.

Ini adalah keajaiban ketika Anda memikirkannya.

Jika saya menulis bagian ini dengan baik, Anda akan "mendengar" pikiran dan suara saya, meskipun sebenarnya Anda mungkin tidak mendengar apa pun kecuali deru lembut kipas di laptop Anda. Baik itu terjadi dalam waktu yang tidak bersamaan (dalam buku atau artikel seperti ini) atau bersamaan waktunya (dalam pertemuan Zoom atau panggilan telepon), kita menyadari diri kita dapat terhubung, berkomunikasi, dan paham kondisi masing-masing tanpa kehadiran fisik satu sama lain.

Berada Berjauhan, Sukacita Parsial

Manusia telah terhubung seperti ini sejak penemuan sinyal asap. Allah telah memberi kita kemampuan luar biasa ini untuk memproyeksikan pikiran, hati, dan kepribadian kita ke tempat lain, dan bahkan pada waktu lain, melalui pengiriman representasi diri kita dalam kata-kata atau gambar.

Para penulis Perjanjian Baru, tentu saja, memanfaatkan berkat ini dengan baik. Mereka melihat surat-surat mereka sebagai sarana penting untuk membawa pengajaran, dorongan, dan nasihat mereka kepada orang-orang yang mereka kasihi dan rindukan dari jauh.

Surat-surat penggembalaan kecil dari 2 dan 3 Yohanes adalah studi kasus yang menarik. Dalam kedua suratnya, Yohanes bersukacita menemukan bahwa pengikut-Nya "hidup dalam kebenaran" (2 Yohanes 4; 3 Yohanes 3), dan mendorong serta menasihati mereka untuk terus melakukannya. Namun, dalam kedua kasus tersebut, dia menyimpulkan dengan mengatakan bahwa meskipun dia memiliki lebih banyak hal untuk dikatakan, dia lebih memilih untuk menyampaikannya secara langsung:

"Banyak hal yang ingin kutuliskan kepadamu, tetapi aku tidak mau melakukannya dengan kertas dan tinta. Namun, aku berharap dapat datang kepadamu dan berbicara secara tatap muka supaya sukacita kita dipenuhkan." (2 Yohanes 12; lihat juga 3 Yohanes 13-14)

Ada sukacita yang nyata saat mendengar bahwa seseorang bertekun dalam iman, dan juga ada sukacita dalam menuliskan dorongan untuk mereka. Namun, itu adalah sukacita parsial -- sukacita yang mengantisipasi pemenuhannya ketika kita bertatap muka.

Teknologi: Berkat atau Kutukan Relasional?

Keunggulan kehadiran fisik begitu jelas sehingga tampak aneh untuk diperdebatkan. Siapa yang akan begitu bebal untuk memilih pesan teks dari kekasih kita dibanding makan malam bersamanya di restoran favorit kita? Atau, siapa yang akan memilih panggilan telepon dengan ibu kita dibanding kegembiraan dari pelukan hangat dan percakapan santai bersamanya?

Namun, kita adalah makhluk aneh dan bebal, dengan rekam jejak panjang yang cenderung memilih kesenangan yang lebih rendah daripada yang lebih besar. Akibatnya, kita tidak hanya menyangkal diri kita sendiri dari kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar itu, tetapi lebih suka mendukung realitas-realitas yang lebih rendah, dan kita akhirnya malah mendistorsi dan merusaknya.

Seperti yang telah dikemukakan oleh banyak orang lain, dinamika ini tampaknya terjadi dalam budaya kita terkait dengan respek terhadap dunia maya Internet dan media sosial. Ada kecenderungan yang mengganggu untuk mengecilkan sukacita kehadiran fisik, dan melebih-lebihkan manfaat virtualitas. Kita mendapati diri kita begitu tenggelam dalam aliran virtual yang menawan, terus berubah bentuk, dan bergerak cepat, sehingga kita mulai kehilangan rasa akan dasar yang kuat dari hubungan fisik. Namun, seperti banyak karunia Allah, berkat virtualitas, ketika disalahgunakan atau digunakan secara berlebihan, menjadi sebuah beban dan kutukan.

Bukan tugas saya dalam tulisan pendek ini untuk menyelidiki mengapa atau bagaimana hal ini terjadi, tetapi saya akan secara singkat menyebutkan satu lintasan teologis penting yang berhubungan dengan pentingnya pertemuan fisik di gereja kita.

Isolasi Diri

Seperti yang baru-baru ini didokumentasikan oleh Carl Trueman (salah satu di antara banyak orang yang berpendapat), salah satu aspek aneh dari budaya Barat modern kita adalah penerapan psikologi pada diri dan identitas kita.

Penolakan yang mantap dan tak terhindarkan terhadap Allah sebagai Pencipta dan Tuhan dalam masyarakat Barat pada akhirnya telah melemparkan kita kembali pada diri kita sendiri dan kehidupan batin kita sebagai sumber moralitas, identitas, dan diri. Tidaklah mengherankan, dalam budaya di mana kita mendefinisikan diri kita sendiri dengan mengekspresikan perasaan dan pikiran kita, bahwa kita menemukan koneksi virtual sebagai sesuatu yang begitu menarik.

Keterasingan kita dari Allah dan tatanan ciptaan-Nya telah menjadi semacam pemberontakan melawan sifat fisik dan jasmani dari diri kita sebagai ciptaan. Pemberontakan ini mengarah pada kegagalan fungsi, karena sifat tubuh kita merupakan bagian integral dari siapa kita sebagai ciptaan Allah. Kita dibuat untuk berhubungan tidak hanya dengan Allah, sebagai ciptaan dengan Pencipta-Nya, tetapi juga satu sama lain, sebagai ciptaan dengan sesamanya. Keberadaan tubuh kita diatur untuk tujuan ini. Seperti yang dikatakan D.B. Knox:

Tubuh dirancang dengan luar biasa untuk mencapai tujuannya dalam sebuah relasi, dengan semua kesenangan, fisik, mental, emosional, spiritual yang dibawa oleh relasi tersebut. Mata, wajah, struktur bahasa otak kita, dirancang untuk mengekspresikan batin kita satu sama lain. (The Everlasting God, 52)

Hal ini terutama terkait dengan hubungan yang telah ditebus, yang Allah wujudkan ketika Dia menciptakan kembali kita di dalam Kristus. Kita dipulihkan bukan hanya memperbaiki hubungan dengan Allah, tetapi juga untuk memperbaiki hubungan yang benar dengan satu sama lain. Orang Yahudi dan non-Yahudi sekarang dapat memecahkan roti bersama, saling menyapa dengan ciuman kudus, bahkan menikah satu sama lain -- semua kemustahilan yang tidak terpikirkan sebelum Kristus meruntuhkan tembok permusuhan yang memisahkan kita (Efesus 2:14).

Gereja adalah Kumpulan Umat

Allah telah memberi kita kemampuan luar biasa ini untuk memproyeksikan pikiran, hati, dan kepribadian kita ke tempat lain, dan bahkan pada waktu lain, melalui pengiriman representasi diri kita dalam kata-kata atau gambar.

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Rekonsiliasi Injil ini adalah alasan mengapa gereja -- kumpulan umat Allah -- adalah fitur dominan dari hidup baru yang kita miliki bersama di dalam Kristus. Dalam Kristus, Roh Kudus mempersatukan kita: untuk belajar bersama dari firman (Kisah Para Rasul 2:42), untuk makan dan minum bersama dalam peringatan akan Kristus (1 Korintus 11:23-26), untuk mengangkat suara kita bersama dalam doa dan pujian (Efesus 5:18-19), dan untuk mendorong satu sama lain dengan kata-kata nubuatan yang penuh kasih dalam teguran, penghiburan, dan nasihat (1 Korintus 14:1-3). Semua ini adalah aktivitas ciptaan, yang membutuhkan kehadiran sesama ciptaan untuk memenuhi tujuan mereka.

Saya sering bertanya-tanya apakah hal-hal ini yang menjadi dasar pemikiran di balik perintah dalam Ibrani 10:25, untuk tidak menjauhkan diri dari pertemuan ibadah bersama. Dalam sebagian besar suratnya, penulis Ibrani menekankan bahwa pemenuhan rencana Allah di dalam Kristus melibatkan pergerakan dari perjanjian lama (dengan keberadaan fisik, bait suci duniawi dan imamatnya) kepada perjanjian baru penebusan kekal dan rohani dari Kristus, yang melaluinya kita sekarang memiliki akses ke hadirat Allah (Ibrani 9:14; 10:19-22; 12:18-24).

Apakah penulis surat Ibrani khawatir bahwa keusangan bait suci fisik dan imamatnya dapat menyebabkan para pembacanya tidak lagi melihat perlunya pertemuan fisik satu sama lain?

Kita tidak boleh berspekulasi terlalu jauh, tetapi tentu perlu diperhatikan bentuk nasihat dari penulis surat Ibrani ini. Setelah mendesak mereka untuk mendekat ke tempat mahakudus surgawi dengan keyakinan penuh iman, penulis Ibrani kemudian berkata,

"Mari kita mencari cara untuk dapat saling mendorong dalam mengasihi dan mengerjakan perbuatan-perbuatan baik, dan janganlah menjauhkan diri dari pertemuan ibadah kita bersama, seperti yang dibiasakan oleh beberapa orang. Akan tetapi, marilah kita saling menguatkan, terlebih lagi karena kamu tahu bahwa Hari Tuhan sudah semakin dekat. (Ibrani 10:24-25, AYT)

"Saling menguatkan" adalah kebalikan dari "mengabaikan pertemuan ibadah bersama." Ini adalah kegiatan penting yang tidak dapat kita lakukan bersama jika tidak bertemu. Dan, saling menguatkan, juga berarti karena itu adalah sarana yang dengannya kita menggerakkan satu sama lain untuk mengasihi dan melakukan pekerjaan baik sementara kita menunggu kedatangan Kristus kembali.

Mengingat kelemahan dan keberdosaan yang masih ada dalam tubuh kita, termasuk keinginan daging yang menyerang kita, kita perlu bertemu secara teratur dengan anggota tubuh Kristus yang lain -- sehingga kita dapat mengajar dan mendorong serta memacu satu sama lain dengan keseluruhan diri kita. Berbagai kegiatan yang kita lakukan dengan tubuh fisik kita ketika kita berkumpul dalam persekutuan berorientasi pada tujuan ini. Itu semua dilakukan sebagai bentuk penyembahan kepada Kristus, dan untuk kemuliaan Allah, tetapi juga sangat banyak dilakukan dengan dan untuk satu sama lain -- terutama dalam membangun satu sama lain dalam kasih dan perbuatan baik.

PERTEMUAN SECARA FISIK ATAU VIRTUAL?

Aspek penting dari berkumpul bersama ini jauh berkurang, atau dalam beberapa kasus dikesampingkan sama sekali, dengan mengabaikan pertemuan fisik dan lebih memilih pertemuan virtual.

Misalnya, nilai dan pengalaman duduk berdampingan, mendengarkan seorang pengkhotbah, secara kualitatif berbeda dari membaca khotbah cetak atau menyaksikannya di YouTube -- bukan hanya karena kita mengambil aspek yang berbeda (dalam suara dan gerak tubuh dan kehadiran fisik dari pembicara), tetapi karena kita berada di tempat dan sikap yang berbeda sebagai pendengar. Kita duduk bersama di bawah firman Tuhan, mendengarkan bersama pengajaran dan dorongan yang diberikan firman-Nya kepada kita. Kehadiran Anda di samping saya adalah bagian dari aktivitas saya mendengarkan.

Demikian juga, ketika kita bernyanyi, kita bernyanyi tidak hanya bagi Allah demi kemuliaan dan pujian-Nya, tetapi untuk satu sama lain agar saling menguatkan dan mengajar (Efesus 5:21-22; Kolose 3:15-16). Kita dapat bernyanyi dengan sukacita bagi Kristus di mana saja, tetapi hanya dalam pertemuan itu kita dapat bernyanyi satu dengan yang lain, menciptakan melodi di hati kita kepada Tuhan saat kita melakukannya.

Hal yang sama berlaku ketika kita berbicara bersama dan saling mendorong satu sama lain seperti dinyatakan firman. Ketika kita bersama secara fisik, kita tidak hanya menikmati keterlibatan yang lebih kaya antara satu dengan yang lain, tetapi kita memiliki lebih banyak kesempatan untuk melihat dan mendengar apa yang terjadi dengan orang-orang di sekitar kita. Kita dapat merasakan ketika seseorang bermasalah atau gembira atau patah hati atau tak terkoneksi atau kesepian atau baru saja ikut berkumpul dan berharap untuk bertemu seseorang. Kita dapat saling mengasihi secara proaktif, dan mengucapkan kata-kata yang mendorong satu sama lain pada kasih dan perbuatan baik.

Kegembiraan dalam Berkumpul Kembali

Bisakah berbagai tujuan ini dicapai melalui email atau unggahan Facebook atau artikel seperti ini? Sampai batas tertentu, ya -- dan sungguh suatu berkat! Akan tetapi, untuk membiarkan berkat dan kemungkinan dunia maya mengalihkan kita dari sukacita dan manfaat dari persekutuan jasmani yang nyata, benar-benar akan menjadi pilihan yang aneh.

Ini adalah kenyataan bagi kami di sini, di Sydney selama delapan belas bulan terakhir. Kami telah menjalani masa lockdown selama berbulan-bulan dan pembatasan lain yang mencegah kami berkumpul secara fisik sebagai gereja. Selama sekitar setengah dari total hari Minggu sejak Maret 2020, kami terjebak di rumah, mencoba untuk saling menyemangati sebagai umat Allah melalui berbagai koneksi virtual. Kami tentu sangat berterima kasih atas rahmat ini (walaupun terkadang itu terasa seperti rahmat kecil).

Akan tetapi, sukacita yang kami alami sekarang adalah sukacita persekutuan tatap muka yang nyata. Saya berdoa agar kami, dan Anda, akan terus menghargai kehadiran fisik satu sama lain, dan tidak pernah terganggu atau teralihkan dari itu dengan manfaat virtual yang baik, tetapi kurang. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Desiring God
Alamat situs : https://desiringgod.org/articles/technology-cannot-replace-presence
Judul asli artikel : Technology Cannot Replace Presence
Penulis artikel : Tony Payne