Apps4God

Submitted by admin on Tue, 05/23/2017 - 12:00

Kebiasaan kita dengan Facebook dan Twitter membuat berdoa semakin sulit daripada sebelum-sebelumnya.

Namun, sebelum melihat statistik, mari kita berhenti sejenak untuk menghargai keajaiban kehidupan yang disadari, yaitu kemampuan untuk memfokuskan diri pada satu hal. Seperti saat membaca artikel ini dan kalimat yang disampaikan, kita mengikutinya sampai berakhir dengan titik. Tidak diragukan, sebagai pembaca, Anda akan berperang dengan penyakit kronis era digital, yaitu kecenderungan membaca secara sekilas saja.

Kita memberi perhatian karena kita punya perhatian untuk diberikan. Dengan perhatian itu, kita bisa fokus pada satu hal dan mengabaikan yang lain.

Kemampuan untuk fokus merupakan bagian dari keajaiban Tuhan dalam penciptaan. Tanpa kemampuan fokus ini, iman menjadi tidak mungkin. Tuhan tidak hanya menciptakan kita untuk hidup, bernafas dan berjalan, seperti ciptaan yang lain. Dia juga ingin kita percaya kepada Dia dan percaya pada Sabda-Nya, mendengarkan-Nya. Keseluruhan lingkup hidup kita yang memiliki pengaruh menjadi berharga ketika kita melihatnya sebagai kapasitas kita untuk memfokuskan diri.

Pemusatan pikiran merupakan dasar dari penyembahan kita kepada Kristus, dan itulah yang memunculkan setiap kasih dan kerinduan dalam hati kita. Apa yang dilihat mata kita, hati kita akan belajar untuk mencintainya. Apa yang dicintai hati kita, mata akan menatapnya terus. Ketika oleh anugerah yang supranatural Kristus menjadi nilai yang terbesar dalam hidup kita, Dia menjadi pusat utama perhatian kita. Oleh karena itu, Paulus menantang kita untuk "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (Kolose 3:2).

Namun di era digital, perhatian kita menghadapi berbagai tekanan. Setiap hari mata kita memberi perhatian pada film, musik baru, buku-buku dan artikel elektronik, animasi-animasi GIF yang lagi viral, dan tren facebook yang sedang panas. Kita menjadi kurang tidur, terlalu banyak minum kopi, terlalu banyak cara untuk mendengarkan, melihat, dan membaca bahkan detail kecil dari isi akan melimpah tanpa batas baik dari posting kita maupun teman-teman kita.

Rentang perhatian kita telah menjadi perhatian besar bagi Tuhan. Jauh sebelum era media yang membawa perubahan penting dalam bagaimana kita mereproduksi dan memperbanyak halaman-halaman dalam mesin cetak; dan jauh sebelum berita terbaru (dan berita palsu) bermunculan pada ponsel kita, Tuhan sudah selalu prihatin dengan fokus kita.

Perhatian Injil

Kesetiaan pada Injil adalah tentang perhatian. Ada delapan tempat dalam Alkitab dimana umat Tuhan dipanggil untuk memberi perhatian, yaitu bahasa urgensi dari perhatian.

Sebagai contoh:

- Kita harus menyimpan perkataan Tuhan pada pikiran utama kita setiap waktu dan dalam segala keadaan (Ulangan 6:4-9; 11:18-19).
- Kita harus memprioritaskan hari-hari kita untuk tujuan hidup yang kekal (1 Korintus 7:35).
- Kita tidak boleh membiarkan urusan hidup menguasai kita (Lukas 10:38-42).
- Kita tidak boleh hanyut dalam kekuatiran duniawi sehingga mengabaikan kekayaan Injil (Matius 13:22-23).
- Kita harus selalu berjaga-jaga (1 Korintus 16:13).
- Kita harus selalu bijaksana dan tenang (Titus 2:2, 1 Petrus 1:13, 4:7, 5:8).
- Kita harus senantiasa waspada dan berjaga-jaga (Wahyu 3:2-3, 16:15).

Nah, dalam semua area ini, dan juga area lainnya, Tuhan memanggil kita untuk menjaga perhatian kita.

Selamat Datang di Ekonomi dengan Komoditas Perhatian.

Secara sejarah, urgensi kedatangan Kristus telah dinikmati gereja sebagai bahan perhatian. Namun, perhatian itu sekarang sudah pudar, seperti yang dituliskan oleh Tim Wu, dosen hukum dan pakar teknologi, yang ia jelaskan dalam bukunya "The Attention Merchants: The Epic Scramble to Get Inside Our Heads" (2016).

Secara jelas, tidak seperti sebelum abad 21 saat semua orang kemana pun mereka pergi selalu memikirkan Tuhan setiap saat. Namun, gereja adalah sebuah institusi yang misinya tergantung pada banyaknya perhatian; dan melalui kegiatan harian dan mingguannya, bahkan kadang menjadi pusat peran dalam pendidikan, dan di situlah betul-betul apa yang berhasil yang dikerjakan. Pada saat industri perhatian menurun, dalam arti yang sesungguhnya agama masih bertahan dalam operasinya, menjadi satu-satunya usaha manusia dalam skala besar yang dirancang untuk menangkap dan menggunakan perhatian. Namun setelah abad 20, agama yang terorganisasi, mulai diguncang posisinya oleh gerakan Pencerahan (renaisance), terbukti rentan terhadap adanya klaim lain dan menggunakannya untuk mendapatkan perhatian.

Selain janji hidup kekal, iman di dunia barat menurun dan terus menurun, bahkan lebih cepat lagi pada abad 21. Dengan penawaran hiburan baru, ilah-ilah asingnya sendiri, saingan komersial untuk mendapatkan perhatian manusia tentu harus diperhitungkan sebagai alasan dari penurunan ini.

Perhatian, tentu saja menjadi permainan yang akhirnya akan diperebutkan.

Memperebutkan perhatian adalah tempat bisnis mendapatkan keuntungan, itu sebabnya mengapa iklan menjadi begitu penting. Produk membutuhkan waktu untuk berkedip dalam piksel di depan mata kita. Pandangan yang menghasilkan uang ini telah memunculkan apa yang istilah sekarang disebut "ekonomi perhatian" yang dijalankan oleh para "penjual perhatian". Akhir dari permainan adalah keuntungan, yaitu dengan memperebutkan perhatian kita. Jadi, kompetisi untuk mendapatkan perhatian kita -- dan kompetisi untuk dompet kita -- adalah kaku.

Bolehkah saya minta perhatian Anda?

Wu menunjukkan poin penting, walaupun sedikit berlebihan.

Pertama, Yesus dengan jelas memperingatkan orang-orang abad pertama supaya mereka menjaga diri dari keinginan konsumtif untuk mendapatkan kekayaan. Mencintai uang adalah berhala yang merongrong dan api yang akan mengalihkan hati kita dari Injil (Matius 13:22). Perhatian kita pada hal kekal selalu beralih kepada perkara duniawi. Jadi, gereja tidak pernah menikmati keeksklusifan dalam pasar perhatian manusia. Namun pengamatan Wu perlu diperhatikan terutama karena dia melacak konglomerat "penjual perhatian" yang telah membuat percetakkan, radio, televisi, dan mau tidak mau juga ponsel, menjadi uang. Mereka bersaing dengan Injil untuk mendapatkan perhatian manusia.

Sayangnya, karena perhatian manusia - dengan semua tujuan mulianya - adalah sumber yang terbatas, maka secara teori, perhatian adalah permainan yang perlu fokus. Sekalipun begitu, kita masih mencoba mengisi hidup kita dengan tambah media dan tambah media lagi. Menurut laporan Nielsen tahun 2016 tentang penggunaan media, orang-orang dewasa di Amerika sekarang menggunakan media secara total 10 jam 39 menit setiap harinya, meningkat tajam yaitu satu jam lebih banyak hanya dari satu tahun sebelumnya, 9 jam 39 menit.

Image removed.

Perhatikanlah, apa yang berubah dan apa yang tetap sama di sini.

Secara paling jelas, faktor kenaikan penggunaan media di tahun 2016 adalah keberadaan ponsel/hp, seperti tablet dan telephone pintar. Dengan kata lain, penggunaan ponsel lebih menyita perhatian tanpa mengambil banyak dari waktu yang sudah digunakan untuk televisi, musik, game dan komputer desktop.

Walaupun beberapa prediksi menyebutkan bahwa media sosial akan mulai menarik pemirsa dan menurunkan oplah iklan televisi pada tahun 2017, statistik Nielsen mengkonfirmasi kecurigaan yang bertumbuh bahwa alat ponsel, tablet dan terutama ponsel kita, akan mengisi semakin banyak gap-gap kecil hidup kita dengan media yang berukuran bits kecil sempurna yang memakan waktu.

Dengan demikian, pada ulang tahun iPhone yang ke 10, yang adalah alat impian para penjual perhatian, setiap moment waktu bangun saya akan menjadi target.

"Perangkat mobile adalah pasar yang besar. Ini akan menjadi pasar terbesar industri teknologi, atau industri apapun, yang belum pernah terjadi sebelumnya". Demikian yang ditulis oleh Ben Thompson pada tahun 2015, seorang pakar analisa teknologi. Mengapa? "Hanya ketika sedang melakukan sesuatu yang khusus maka kita tidak menggunakan ponsel kita, dan tempat kosong dalam hidup kita akan menjadi lebih besar lagi daripada yang orang bisa bayangkan. Ke dalam kekosongan inilah -- pasar besar ini, baik secara jumlah maupun waktu yang tersedia -- datang produk yang sempurna".

Ponsel memungkinkan untuk perhatian ekonomi mengisi kekosongan kecil 30 detik perhatian saat kita beralih antartugas dan kewajiban. Pada masa lalu, momen-moment ini membuktikan lebih sulit untuk dijadikan target.

Perhatian kita sangatlah elastis, cukup elastis untuk mengisi penuh setiap gap kosong dari kesunyian hari-hari kita. Namun pada akhirnya, tetap sebuah permainan zero-sum. Pada hari apapun, kita memiliki jumlah waktu yang terbatas untuk fokus, dan sekarang setiap detik dari perhatian kita dapat menjadi target ekonomi, dan komoditas.

Jangan Berhenti Berdoa.

Kembali ke doa. Berdoa membutuhkan perhatian kita yang paling utama. Untuk seketika (atau lebih lama) kita secara sadar berdoa kepada Bapa, dalam nama dan darah Sang Anak, melalui Roh Kudus -- bukan hanya pada ritual pagi hari, atau ucapan doa syukur makan, melainkan permohonan-permohonan kecil yang bertaburan dalam hidup kita sehari-hari.

Paulus memanggil kita untuk memiliki disiplin berdoa. Kita seharusnya tidak hanya berdoa tanpa henti (1 Tesalonika 5:17) namun kita juga harus berdoa senantiasa dalam roh yang berjaga-jaga (Efesus 6:18) -- ya, berdoa dengan perhatian kita yang penuh.

Mungkin contoh paling tepat dari apa artinya hidup yang produktif sambil terus berdoa tanpa henti datang dari hidup seorang pengkhotbah abad 19, Charles Spurgeon, yang membagikan rahasianya kepada seorang teman dekat, "Aku selalu merasa senang untuk mengucapkan beberapa kata doa di antara setiap pekerjaan yang kukerjakan".

Berdoa tanpa henti bukanlah mengabaikan tugas-tugas harian. Bukan juga mengerjakan banyak pekerjaan pada waktu yang sama, dengan perhatian kita yang terpecah separuh untuk Tuhan dan separuh untuk kerja. Melainkan memakai antara waktu transisi hari kita, waktu momen kosong yang sunyi, untuk memfokuskan perhatian kita hanya kepada Tuhan.

Reklamasi Doa Kita.

Jadi, jika perhatian singkat manusia sama-sama berharga secara spiritual dan secara komersial, kemanakah perhatianku akan aku berikan? Apa yang menjadi perhatianku? Atau, dengan kata-kata yang lebih baik, siapa yang mendapatkan perhatianku, terutama pada saat-saat jeda dan transisi dari hariku?

Charles Spurgeon berkata kepada temannya, "Aku selalu merasa senang kalau saja bisa memberikan beberapa patah kata doa pada sela-sela setiap hal yang aku kerjakan". Tapi, kalau saya jujur, saya berkata "Aku selalu merasa senang jika saja aku bisa mengirim tweet di sela-sela setiap hal yang aku kerjakan".

Dalam jeda-jeda kecil waktu kita setiap hari, dengan perhatian terbatas yang saya miliki, saya lebih tertarik untuk berbicara di media sosial daripada berdoa. Itulah realita situasi yang sebenarnya. Karena kecerobohan ini, akibatnya Tuhan menjadi semakin jauh dari hidup saya.

Silakan para pemimpin doa yang ahli untuk menghubungkan antara kebiasaan bermedia sosial, mengabaikan doa dan perasaan jauh dari Tuhan.

Sebagaimana Petrus mengatakan kepada kita, "Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. " (1 Petrus 4:7). Semua ini akan membentuk apa yang seharusnya kita perhatikan dalam waktu-waktu senggang yang kita miliki sehari-hari.

Ya, memang ada aplikasi-aplikasi dan alarm yang mengingatkan kita untuk berdoa, dan kita bisa memakainya. Namun pada era digital, setiap perhatian kita dapat bisa diklaim dan dikomersialkan oleh para penjual perhatian. Kemampuan kita memberi perhatian terbatas, tetapi panggilan agar kita terus berdoa sangat jelas. Sudah saatnya kita jujur: Kebiasaan buruk kita yang kompulsif dalam memakai sosial media untuk mengisi setiap waktu senggang dalam hidup kita sedang menggerogoti kehidupan doa kita.

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Desiring God Alamat URL: http://www.desiringgod.org/articles/thirty-seconds-alone-with-god
Judul artikel: Thirty Seconds Alone with God
Penulis artikel: Tony Reinke
Tanggal akses: 18 April 2017