Masalah kebutaan Alkitab pada masa kini merupakan topik diskusi dan debat yang terus berkembang. Statistik baru-baru ini menunjukkan bahwa kebanyakan orang Amerika, bahkan kaum Evangelis yang sangat menyayangi dan sering mengutip Alkitab, hanya memiliki sedikit pengetahuan atau pun pemahaman tentang Alkitab. Menurut laporan dari Barna Group dan American Bible Society, sebagian besar orang dewasa di AS mengatakan bahwa mereka menganggap diri mereka "sangat, cukup, atau agak berpengetahuan tentang Alkitab", tetapi kurang dari setengah dari kelompok tersebut yang dapat menyebutkan lima kitab pertama dalam Alkitab, dan dalam laporan-laporan sebelumnya, lebih sedikit lagi yang tahu bahwa Yohanes Pembaptis bukanlah salah satu dari 12 murid Yesus. Kita tidak dapat menyangkal adanya masalah kebutaan Alkitab yang besar, yang beberapa orang mengatakan bahwa itu sudah mencapai titik krisis. Namun, teknologikah yang harus dipersalahkan?
Meski beberapa ahli meyakini bahwa penurunan literasi Alkitab disebabkan oleh cara pandang orang Amerika terhadap Alkitab, teknologi merupakan faktor yang tidak dapat dikesampingkan. Sejak kemunculan Bible Gateway pada 1993, sebuah situs yang berkomitmen untuk menjadikan pencarian dan pembacaan Alkitab tersedia gratis secara daring, ratusan situs pencarian dan studi Alkitab telah bermunculan di segala penjuru internet beserta lebih dari 1.000 aplikasi yang berhubungan dengan Alkitab yang mendorong hampir 2 triliun pengguna ponsel pintar di seluruh dunia untuk mencari dan membagikan Kitab Suci dengan satu sentuhan layar. Dan, begitu banyak hal baik muncul dari digitisasi ini -- termasuk pendistribusian massal firman Tuhan dalam sekejap mata. Studi "State of the Bible" dari American Bible Society pada 2015 menemukan bahwa 50 persen orang Amerika membaca Alkitab secara daring, dan Kitab Suci dibagikan dalam jumlah besar jauh melebihi sebelumnya di Facebook, Twitter, dan berbagai jejaring sosial lainnya. Meski statistik ini terdengar mendorong semangat, ada sesuatu yang sekarang hilang bersamaan dengan digitisasi dan distribusi massal Kitab Suci melalui pemberian jempol dan pembagian secara daring: Keterlibatan dengan Alkitab, yang sangat penting untuk literasi Alkitab DAN relasi kita dengan Allah.
Sayangnya, keterlibatan dengan Alkitab tidak terjadi dengan cara yang diduga oleh banyak orang dalam era digital kita, dan itu lebih memberikan dampak buruk daripada dampak baik terhadap literasi Alkitab. Dengan akses luar biasa terhadap Kitab Suci pada perangkat-perangkat seluler kita dan kemampuan untuk menyiarkan Kitab Suci, orang-orang menjadi terputus dari keterlibatan secara sepenuh hati dengan Kitab Suci. Orang Kristen pada masa kini menjadi lebih banyak membagikan daripada membaca. Ruang digital tidak menolong kita. Orang-orang memiliki rentang perhatian yang lebih sedikit dan keinginan membaca yang lebih rendah. Banyak orang beriman lebih memilih untuk berelasi dengan Firman Allah dengan cara mengonsumsi sebaris atau dua baris ayat Alkitab yang dibagikan daripada terlibat dalam pembacaan pasal-pasal yang tampaknya tidak ada ujungnya dalam masyarakat masa kini.
Sebelum adanya ledakan teknologi, banyak orang Kristen lebih melek Alkitab karena mereka meluangkan waktu untuk mengambil Alkitab dan membacanya, pasal demi pasal, halaman demi halaman. Sekarang, orang lebih menginginkan cuplikan Kitab Suci yang menerjemahkan ulang firman Tuhan dalam 140 karakter atau kurang dari itu. Sayangnya, kita tidak mendapatkan pemahaman komprehensif terhadap firman Allah dari teks yang sudah diringkas. Namun, masih ada harapan bagi era kita.
Teknologi memberi orang akses terhadap Alkitab dalam cara-cara yang tidak terbayangkan. Hanya karena kita memiliki akses dalam tingkat ini, tidak berarti bahwa kita harus menjadi malas. Kabar baiknya? Sesungguhnya, kita dapat menggunakan teknologi demi kebaikan.
Menurut Yohanes, firman adalah Allah, dan karena itu, kita menyembah Dia saat kita membagikan dan berinteraksi dengan firman Tuhan. Jika Anda sedang berada di depan komputer, ponsel pintar, atau tablet Anda, jangan sekadar mempelajari dan membagikan ayat-ayat Alkitab. Bagikan juga konteks dan sejarah dari perkataan tersebut. Bukalah orang-orang terhadap pengetahuan yang mungkin belum mereka ketahui. Jika kita mulai melakukan hal ini dalam kehidupan kita sendiri, hal itu tidak hanya akan memperkuat pemahaman kita tentang Alkitab, tetapi juga mengembangkan pemahaman orang lain.
Jika kita sebagai orang Kristen benar -- benar menginginkan relasi dengan Allah, kita harus membaca Alkitab. Literasi Alkitab berarti bahwa kita tidak hanya membaca Alkitab, tetapi memiliki pemahaman cukup tentangnya sehingga kita dapat bergerak menuju kebenaran alkitabiah dan bertumbuh dalam kehidupan iman kita. Bagian indahnya? Literasi Alkitab kita berada di tangan kita sendiri. (t/Odysius)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Beliefnet |
Alamat situs | : | https://beliefnet.com/faiths/christianity/articles/is-technology-making-us-bible-illiterate.aspx |
Judul asli artikel | : | Is Technology Making Us Bible Illiterate? |
Penulis artikel | : | Tidak dicantumkan |