Apps4God

Submitted by admin on Tue, 11/22/2022 - 10:20

Cara Menggembalakan Kawanan yang Dibentuk oleh Algoritme

Sherry mulai menangis. Suaminya merangkulnya, menariknya mendekat, dan berkata, "Semua akan baik-baik saja." Itu adalah sentimen yang baik. Tapi itu salah. Dia telah kehilangan ibunya.

Bukan karena meninggal, tetapi gara-gara Facebook.

Dalam rentang waktu tiga tahun, ibunya yang sudah lanjut usia berubah dari tidak mengenal Facebook menjadi pecandu Facebook. Dari nenek buyut yang menyukai foto cicitnya hingga menjadi ahli teori konspirasi QAnon yang mengunggah artikel-artikel liar. Sherry menyaksikan ibunya berubah dari seorang wanita saleh yang mengutip Khotbah di Bukit dan menyuruhnya untuk menanggapi para perundung dengan cara "membunuh mereka dengan kebaikan" menjadi seorang propagandis yang penuh kecemasan, memperingatkan Sherry bahwa akhirnya akan segera tiba.

Sherry mencoba untuk campur tangan tetapi gagal beberapa kali. Sekarang dia menangis di kantor saya: "Saya kehilangan ibu saya gara-gara Facebook."

Saya mengatakan kepadanya, "Saya tahu ini sulit. Tapi Anda tidak sendirian. Ibu Anda bukanlah orang pertama yang saya lihat berubah karena media sosial. Ada begitu banyak. Bahkan di sini di gereja kita."

Realitas Pastoral Baru

Seperti setiap pendeta lainnya di Amerika, saya bergulat dengan tantangan baru. Kecerdasan buatan -- menggunakan jaringan saraf buatan dan algoritme pembelajaran mesin yang canggih -- menggiring gereja saya ke lembah bayang-bayang kematian. Algoritme, telah menyelewengkan Mazmur 139, menyelidiki mereka dan mengenal hati mereka. Algoritme menguji mereka dan mengetahui kecemasan mereka. Algoritme telah menenun tiruan digital mereka di dalam rahim silikonnya sehingga dapat menjual data abadi mereka kepada penawar tertinggi dan membuat mereka tetap kecanduan pada platform daring yang dilayaninya.

Pendeta perlu menyadari bahwa setiap hari dalam seminggu jemaat mereka diajar -- dan, kemungkinan besar, dimentori oleh sebuah algoritme. Apakah mengherankan bahwa gembala manusia kalah dari gembala digital?

Tentu saja, algoritme bukan satu-satunya masalah. Sebuah laporan baru-baru ini dalam MIT Technology Review menunjukkan bahwa sejumlah pihak jahat asing yang sengaja mengeksploitasi algoritme dan menargetkan orang Kristen dalam upaya mereka untuk mengacaukan demokrasi Amerika. Sembilan belas dari 20 halaman Facebook Kristen teratas dikelola oleh agen-agen anonim dan jahat ini. Jika Anda mengunjungi salah satu halaman Facebook Kristen ini, pada awalnya akan tampak tidak berbahaya: unggahan biasa. Ayat-ayat Alkitab dalam tulisan berlekuk dengan latar belakang pemandangan alam Colorado.

Tapi kemudian Anda melihatnya.

Judul yang mengemukakan sesuatu yang jelas-jelas salah. Kemudian sebuah komentar dari partisan yang menyerempet teori konspirasi. Begitulah cara kerja mereka. Pertama, mereka membangun kepercayaan dengan menggunakan bahasa Kristen. Kedua, mereka menyelipkan beberapa disinformasi jahat ke dalam media sosial orang Kristen. Ketiga, mereka menonton saat orang-orang Kristen tergoda oleh QAnon.

Tetapi bahkan jika kita menghentikan aktor internasional yang jahat ini, itu tidak akan menyelesaikan masalah di dalam negeri.

Menurut laporan internal dari Facebook, yang bocor ke Wall Street Journal, "Algoritme kami mengeksploitasi ketarikan otak manusia terhadap perpecahan ... dalam upaya untuk mendapatkan perhatian pengguna dan meningkatkan waktu yang dihabiskan dalam platform." Agar Anda tetap di Facebook, platform ini membuat Anda tetap berinteraksi dengan konten yang sangat emosional -- yang biasanya adalah sampah paling ekstrem, memihak, dan memabukkan yang mungkin pernah ada. Ini menjelaskan mengapa orang begitu mudah diradikalisasi melalui media sosial.

Bagaimana Menggembalakan Kawanan Anda di Era Media Sosial

Pendeta kerap bertanya pada diri sendiri, "Bagaimana saya memerangi kekuatan deformatif media sosial yang menyebar kalau yang saya miliki hanyalah satu jam seminggu?" "Bagaimana cara menggembalakan kawanan yang digembalakan oleh algoritme yang mahakuasa?" "Bagaimana saya membantu orang-orang memperbaharui pikiran mereka dalam citra Kristus ketika mereka sedang ditipu oleh pihak asing yang jahat?"

Tidak ada yang punya jawabannya. Tetapi kita perlu kreatif karena kita telah kehilangan waktu yang berharga. Berikut adalah tujuh hal yang menurut saya harus dilakukan oleh setiap pendeta.

1. Berdoa.

Algoritme meniru keilahian, tetapi tidak akan pernah bisa mencapainya. Roh Kudus tidak terancam oleh era jaringan global. Bahkan, saya yakin sejarawan akan melihat kembali ke masa generasi kita untuk membuat katalog semua cara Roh Kudus mengubah masyarakat melalui media sosial meskipun ada tantangan-tantangan yang besar. Ya, pendeta hanya punya satu jam per minggu. Tapi Allah punya setiap jam. Percayalah pada-Nya. Bekerja dalam doa untuk jemaat Anda.

2. Berkhotbah tentang media sosial.

Anda tidak bisa menjadi ahli dalam segala hal, tetapi mengingat betapa dahsyatnya kekuatan para Raksasa Teknologi, Anda harus meluangkan waktu untuk memahami cara kerjanya. Tontonlah The Social Dilemma. Baca buku yang luar biasa dari Chris Martin, Terms of Service. Berusaha memahami bagaimana smartphone, akses internet global, pengawasan oleh Raksasa Teknologi, dan pembelajaran mesin secara kolektif menjadi teknologi pemuridan yang paling berpengaruh sejak mesin cetak.

Kemudian ambil wawasan itu dan khotbahkan. Bantu jemaat melihat bahwa media sosial adalah kasino daring, mencuri perhatian mereka dengan imbalan yang bervariasi. Latih mereka untuk mengembangkan disiplin seperti Sabat dan kesendirian yang disengaja untuk mengurangi pengaruh teknologi dalam kehidupan mereka. Dorong orang tua untuk menetapkan batasan yang sehat pada teknologi -- untuk diri mereka sendiri dan anak-anak mereka.

3. Mengajarkan literasi media.

Literasi media adalah kemampuan untuk menganalisis dan menginterpretasikan sebuah media secara akurat. Itu mungkin terdengar sangat dasar, tapi sebenarnya tidak. Bagaimana Anda tahu apakah sebuah situs web itu legal? Bagaimana Anda bisa tahu apakah sebuah sumber berita itu bias -- dan bagaimana seharusnya hal itu memengaruhi Anda dalam memilih bacaan? Apa bahayanya membaca berita singkat dan memindai artikel?

4. Mengembangkan teologi berita.

Buku Jeffrey Bilbro berjudul Reading the Times [baca ulasan TGC] adalah bacaan yang bagus untuk memulai hal ini. Dia mengajukan sejumlah pertanyaan kritis: Apa yang layak mendapat perhatian wartawan, terlebih lagi perhatian publik? Apa yang dampak dari siklus berita yang ada terhadap perhatian kita? Apa risiko yang timbul dengan memfokuskan bacaan Anda pada berita singkat bertaraf nasional dibandingkan berita lokal?

Batya Ungar-Sargon dan Ashley Rindsberg menambahkan pertanyaan yang sama pentingnya: Apa hal-hal yang paling berpengaruh dalam mengendalikan konten yang dipublikasikan? Mereka telah menunjukkan bahwa para pemberi dukungan finansial dalam lanskap media kita saat ini cenderung memihak jalur-jalur pemberitaan yang menyajikan pendapat partisan, bukan liputan berita yang dipertimbangkan dengan baik. Ini tidak hanya berlaku di TV. Hal ini berlaku juga di surat kabar dan majalah berita paling bergengsi kita. Dorong jemaat Anda untuk mencari sumber berita yang mempromosikan keadilan dan pemikiran independen, termasuk industri rumahan buletin dan podcast yang sedang berkembang. Sebagai murid Yesus, yang sangat menyadari filosofi "kosong dan menyesatkan" yang digencarkan oleh dunia, kita tidak boleh malas mengevaluasi asupan media kita (Kol. 2:8, AYT). Kita harus menganggap serius asupan media kita.

5. Membuat antibodi digital.

Jika aliran darah digital terinfeksi, kita tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Kita perlu memompa antibodi ke dalam sistem. Itu berarti harus lebih banyak konten bagus, bukannya kurang. Kita hidup di Babel digital.

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Jika aliran darah digital terinfeksi, kita tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Kita perlu memompa antibodi ke dalam sistem. Itu berarti harus lebih banyak konten bagus, bukannya kurang. Kita hidup di Babel digital. Jika Anda berpikir satu-satunya jawaban adalah melarikan diri, Anda akan tetap bisa bertahan dengan ide nomor 1 sampai 4. Tapi, seperti yang Allah katakan kepada orang Yahudi pada saat pembuangan mereka di Babel, "usahakanlah kesejahteraan kota tempat Aku telah mengirimmu ke pembuangan, dan berdoalah kepada TUHAN untuk kota itu karena dalam kesejahteraan kota itulah kamu akan memperoleh kesejahteraan" (Yer. 29:7, AYT). Sebagai orang terbuang di dunia digital, kita harus mencari kesejahteraan kota internet kita, menjadikannya tempat yang lebih baik bagi kehidupan manusia untuk berkembang.

Buat konten alternatif. Jika Anda ingin jemaat Anda menghabiskan lebih sedikit waktu di situs web, podcast, atau saluran YouTube yang mengikat jiwa, kurasi (atau buat) pilihan yang lebih baik. Berikut ini adalah beberapa ide dari gereja kami. Anda tidak perlu merasa kewalahan dengan daftar ini. Pilih satu dan cobalah.

  • Buatlah podcast tengah minggu singkat di mana jemaat Anda dapat menggali lebih dalam topik yang relevan dengan pemuridan. Podcast Coram Deo adalah contoh yang bagus.
  • Buatlah renungan email jangka pendek yang menghadirkan Allah di tengah sibuk dan banyaknya email yang masuk. Di gereja kami, pendekatan ini telah terbukti menjadi pintu yang bagus bagi orang-orang yang sudah tidak bergereja untuk kembali lagi.
  • Mulailah blog yang terhubung ke buletin mingguan yang dapat mendorong orang-orang dalam kehidupan beriman mereka dan mengarahkan mereka ke kesempatan-kesempatan pengalaman pribadi.
  • Buatlah podcast renungan mingguan atau harian yang membahas kitab-kitab di Alkitab.
  • Buatlah buletin email mingguan yang menggali bagian-bagian menarik dari Alkitab atau mengeksplorasi bagian teknis dan alkitabiah dari khotbah.
  • Buatlah podcast komentar budaya yang membantu orang berinteraksi dengan momen-momen terkini.

6. Teladankan buah Roh secara daring.

Dalam aktivitas daring Anda, teladankan bagaimana menyatakan ketidaksetujuan dengan sopan, bagaimana berdebat dengan baik, dan bagaimana menjadi orang Kristen yang setia yang tidak mudah disesatkan oleh berita singkat terbaru. Ini sangat dibutuhkan karena wacana daring ditandai dengan "kebencian, perbantahan, iri hati, kemarahan yang tak terkendali, kepentingan diri sendiri, perselisihan, perpecahan" -- persis seperti perbuatan dari orang-orang yang, Paulus telah peringatkan, "tidak akan mewarisi Kerajaan Allah" (Gal. 5:20-21, AYT).

7. Buatlah wadah untuk persekutuan indah dalam kehidupan nyata.

Berjuang untuk mewujudkan persekutuan orang percaya adalah pengalaman yang lebih bermanfaat dan memuaskan daripada memiliki kehidupan yang sangat eksis secara daring. Melakukan penyembahan bersama dengan sesama orang Kristen yang berada dalam berbagai tahap kehidupan, berinvestasi dalam kehidupan satu sama lain, saling mendoakan, menasihati satu sama lain, makan di meja satu sama lain -- ini adalah pengalaman yang tidak sempurna tetapi lebih memuaskan daripada apa yang hanya terlihat di layar.

Yesus memanggil kita kepada sesuatu yang lebih besar daripada mesin judi media sosial yang konsisten menghasilkan informasi yang salah, rasisme, pornografi, kemarahan, dan perdebatan yang terus-menerus. Sebaliknya, Dia mengundang kita untuk mengikuti-Nya. Selaras dengan pikiran-Nya. Hidup mengikuti teladan-Nya. Menikmati keindahan dunia indah yang Dia ciptakan. Mari bantu jemaat kita melihat keagungan visi Yesus, melawan Babel digital di sekitar mereka, dan secara bersamaan mengusahakan untuk kesejahteraannya -- menunjukkan kepada seluruh masyarakat kita jalan ke depan yang lebih baik. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : The Gospel Coalition
Alamat situs : https://thegospelcoalition.org/article/lost-mom-facebook-shepherd-algorithms
Judul asli artikel : "I Lost My Mom to Facebook"
Penulis artikel : Patrick Miller