Apps4God

Hackathon telah menjadi sebuah kata yang populer hari-hari ini. Sepertinya, setiap perusahaan teknologi di luar sana menyelenggarakan sebuah hackathon -- gratis dan berbayar, saat akhir pekan dan sebagian kecil selama hari kerja. Tema dari gelaran tersebut berkisar dari aplikasi mobile, aplikasi cloud, IoT, augmented reality (DAQRI), dan data science.

Istilah "hackathon" kemungkinan besar telah banyak digunakan secara informal semenjak kata "hacking" dicetuskan. Akan tetapi, jika kita membicarakan tentang acara-acara resmi dengan label "hackathon", yang pertama kali dicatat adalah Hackathon OpenBSD yang diselenggarakan pada tahun 1999. Perkumpulan ini tidak terlalu memiliki struktur yang formal karena acara tersebut lebih merupakan acara perkumpulan sekelompok developer/pengembang Amerika yang berusaha menghindari peraturan ekspor.

Orang-orang "Non-techy" (Orang yang tidak mahir dan tidak tertarik dengan komputer dan elektronik - Red.) menciptakan teknologi pada sebuah ajang hackathon "Code for the Kingdom"

Beberapa tahun yang lalu, kami melaporkan tentang sekelompok mahasiswa di Burundi yang terhubung dengan firman Tuhan melalui smartphone. Sejak itu, banyak orang telah mengirim email kepada kami, ingin bergabung dengan grup tersebut. Karena siswa-siswa tersebut berbicara dengan bahasa lokal, kami tidak dapat menambahkan anggota. Sebaliknya, kami meminta Roland Cubahiro, staf pekerja dengan UGBB Burundi, untuk membagikan apa yang dia pelajari dari cara baru ini untuk terlibat dengan Alkitab.

Teknologi digital terus berkembang dan sangat cepat diadaptasi oleh anak-anak muda saat ini, yaitu anak-anak muda dari generasi yang sering disebut sebagai generasi "digital native". Mereka adalah generasi yang lahir setelah tahun 2000, dan yang sudah melihat peralatan digital sejak mereka lahir.

Code for the Kingdom (C4TK), sebuah inisiatif Jaringan Kepemimpinan dan kolaborasi massa teknologi terinspirasi iman terbesar di dunia, akan menjadi tuan rumah hackathon global Kristen ke-2 bekerja sama dengan panitia lokal di seluruh dunia pada 21 -- 23 Oktober 2016.

Ketika anak-anak saya masih kecil, saya akan memberi mereka iPads untuk menahan perhatian mereka, sementara saya harus melakukan hal-hal lainnya. Hal ini biasanya akan menolong anak untuk mengenal teknologi pada usia dini.

Akhir pekan lalu saya menyajikan sebuah seminar di akhir pekan gereja saya, dengan topik 'Menggunakan teknologi dalam Kehidupan Kekristenan Anda'. Saya merapikan catatan-catatan ini untuk dimasukkan dalam postingan mendatang. Sementara itu, saya ingin mengeksplorasi bahaya teknologi. Jelas, saya seorang pecinta berat teknologi, tetapi itu memiliki bahayanya sendiri. Kita perlu menyadari hal-hal ini untuk memastikan agar kita tidak menjadi korban, dan sebagai gantinya menggunakan teknologi demi kemuliaan Allah. Berikut adalah lima bahaya yang dibahas di dalam seminar, atau apa yang saya sudah pikirkan. Apa yang akan Anda tambahkan ke dalam daftar ini?

Di zaman teknologi tinggi ini, profesi-profesi yang paling tradisional sekalipun dapat meraup keuntungan dari penggunaan teknologi digital untuk mencapai tujuan-tujuan mereka.

Dalam sebuah artikel pada tahun 2001 (saya baru berusia 11 tahun, untuk perspektif), Marc Prensky, seorang pemimpin pemikiran dalam dunia teknologi pendidikan, mencetuskan istilah "Digital Native" (generasi digital - Red.) untuk mendeskripsikan orang-orang muda yang tidak mengenal dunia tanpa video game, komputer, Internet, dan masih banyak lagi. Anda adalah seorang Digital Native apabila Anda lahir setelah tahun 1980 -- Jadi, itu juga termasuk seluruh generasi Millenial dan setiap generasi yang datang setelahnya.