Apa artinya "pelayanan digital"? Itulah pertanyaan yang saya tanyakan kepada diri saya sendiri minggu ini, setelah menjadi salah satu dari dua belas penerima penghargaan pada sebuah situs yang menggelari "para ahli pelayanan digital". (Klik di sini untuk melihat daftar lengkap kedua belas penerima penghargaan terkait dan bagaimana daftar itu dipilih.) Berikut ini adalah lima pemikiran.
1. BANYAK ORANG PUNYA PEMAHAMAN YANG LEMAH TERHADAP TEKNOLOGI.
Jika ada satu hal yang saya pelajari, itu adalah bahwa bagi sebagian besar orang, teknologi hanyalah sebuah istilah untuk sesuatu yang tidak berfungsi.
Pensil? Itu bukan teknologi. Buku? Orgel? Radio transistor, bahkan? Kita sudah berhenti menyebutnya teknologi semenjak kita menguasainya.
Budaya populer, dan kebanyakan obrolan santai, menganggap "teknologi" sebagai objek yang tetap, sederetan produk statis, atau bahkan lebih parah, suatu konspirasi jahat atas kepatuhan paksa. Seperti yang diteruskan oleh teman saya dalam sebuah surel, diketik dengan huruf Comic Sans,
Di sebuah pameran komputer baru-baru ini, Bill Gates kabarnya membandingkan industri komputer dengan industri mobil dan menyatakan, "Seandainya Ford terus mengikuti teknologi seperti yang dilakukan oleh industri komputer, kita semua akan mengendarai mobil seharga 25 dollar yang bisa berjalan sejauh seribu mil per galon."
Merespons komentar Bill Gates, Ford menerbitkan siaran pers dan menyatakan: Seandainya Ford mengembangkan teknologi seperti Microsoft, kita semua akan mengendarai mobil dengan karakteristik berikut:
- Entah apa alasannya, mobil Anda akan mengalami "crash" (kegagalan) ... dua kali per hari.
- Setiap kali garis-garis di jalanan dicat ulang, Anda harus membeli mobil baru.
- Kadang kala mobil Anda akan mati di jalan bebas hambatan tanpa alasan yang jelas. Anda harus menepi, menutup semua jendela, mematikan mesin mobil, dan menyalakannya lagi, dan membuka lagi semua jendela sebelum Anda bisa meneruskan perjalanan.
Saya tidak akan menguraikan selebihnya. Pujian bagi pengarang asli lelucon email berantai tersebut, tetapi kekeliruan dari gembar-gembor ini adalah bahwa penulis membandingkan kedewasaan satu industri dengan ketidakdewasaan industri lain. Bukannya saya penggemar mesin-mesin Windows, tetapi ketika sebuah mobil adalah barang baru, itu sangat aneh, rumit, dan tidak bisa diandalkan, seperti halnya komputer sekarang ini.
Budaya memiliki sejarah bertingkat akan resistensi terhadap perubahan.
Gereja juga memiliki cara pandang yang sama terhadap teknologi, tetapi lebih buruk.
Dalam The Wired Church 2.0, saya menyebutnya "AV Mentality", tetapi itu masih sopan. Barangkali seharusnya saya menyebut pandangan gereja itu "AV Evil", karena di dalam gereja, kita tidak hanya meminimalkan teknologi baru, kita juga membuat teknologi lama menjadi suci. Kita menyakralkan apa yang lama. Ada sejarah panjang hubungan gereja dengan teknologi (yang merupakan komedi gelap). Kita, secara berurutan, menolak, mencemooh, melawan, menerima, dan pada akhirnya membuat suci setiap teknologi baru yang datang. Dan, bagian 'membuat suci' terjadi ketika teknologi baru datang untuk mengancam legitimasi apa yang sudah ada.
Teknologi itu tidak tetap; itu adalah sekumpulan penanda yang ditempatkan oleh kemajuan budaya berinovasi yang tak terelakkan.
2. "PELAYANAN DIGITAL" ADALAH TENTANG LEBIH DARI SATU TEKNOLOGI APA PUN.
"Digital" adalah istilah khusus untuk teknologi yang spesifik, yaitu penggunaan bytes bukan atom sebagai sakelar, dan istilah umum untuk menyebut budaya berkembang yang berbeda secara mendasar dibanding yang telah datang sebelumnya.
Pekerjaan saya untuk menyatukan digital dan pelayanan didasarkan pada suatu keyakinan bahwa kedua pemahaman istilah tersebut telah memiliki dampak besar dalam hidup iman, dan akan terus memberi dampak, lebih banyak seiring dengan tahun-tahun yang akan berlalu.
Kita berfokus banyak dalam gereja akhir-akhir ini pada perubahan pesat dalam kepercayaan dan praktik rohani budaya Barat kita, dan dengan alasan yang baik. Kita lebih sedikit membicarakan tentang dampak teknologi yang sedang berkembang terhadap kepercayaan dan praktik-praktik ini. Dan, ya, ada dampaknya, seperti halnya kemunculan mesin cetak Gutenberg pada tahun 1450-an juga memberi dampak selama dekade-dekade yang kemudian diikuti dengan kekuatan mengganggu yang terus meningkat dalam gereja dan masyarakat, hingga akhirnya satu abad kemudian orang-orang mulai membunuh satu sama lain.
Apa yang terjadi pada masa itu adalah perubahan besar bertahap, tidak hanya dalam cara orang berkomunikasi, tetapi juga dalam cara orang berpikir dan cara mereka membentuk makna. Saya yakin perubahan yang sama tidak terelakkan sekarang ini dan bahkan perubahan itu sudah mulai terjadi. Saya harap kita bisa melewatkan bagian kekerasannya pada putaran ini, tetapi sejauh ini segala sesuatunya terlihat naik turun.
3. MASALAHNYA ADALAH BAHWA JANJI TEKNOLOGI TERLETAK PADA MASA DEPAN.
Jika Anda cukup tua, barangkali Anda ingat akan janji tentang kantor tanpa kertas. Para pemasar telah membujuk kita dengan godaan menggiurkan akan teknologi baru ini untuk sekian lama. Saya ingin tahu apakah orang Israel punya pemasar-pemasar yang membujuk mereka untuk tetap berjalan melalui padang gurun. Mungkin para pemasar itulah yang menyebabkan mereka terus berjalan berputar-putar.
Masalahnya adalah teknologi baru memerlukan bujukan, karena manfaatnya tidak selalu tampak jelas, khususnya bagi mereka yang mata pencahariannya diinvestasikan pada teknologi yang sudah ada. (Teknologi baru bisa amat mengacaukan dan, seiring berjalannya waktu, mengubah kehidupan kerja.) Kita tidak bisa dengan mudah melihat manfaat-manfaatnya karena itu bersifat bertahap dan frustrasi kita ada pada suatu momen dalam satu waktu. Para pendukung teknologi baru cenderung bersifat aspiratif. Sebagaimana yang dikatakan Roy Amara, "Kita cenderung melebih-lebihkan efek dari sebuah teknologi dalam jangka waktu pendek dan meremehkan efeknya dalam jangka waktu panjang."
4. SANGAT PENTING BAGI GEREJA UNTUK MENJADI DIGITAL.
Sayangnya, untuk sebagian besar, kita sibuk membuat benteng-benteng terhadap berbagai serangan yang dipersepsikan ketika seharusnya kita keluar, memahami dan menggunakan teknologi baru sebagai suatu kekuatan untuk menciptakan perubahan positif.
Kita akan berbaur, di paling depan atau melalui pintu belakang, menendang dan berteriak. Saya yakin bahwa pemahaman yang sehat terhadap maraknya "menjadi digital", dengan menggunakan frasa dari Nicholas Negroponte, adalah sama pentingnya bagi masa depan gereja.
Kita harus melangkah maju.
5. PELAYANAN DIGITAL HANYALAH KEMAUAN UNTUK BERINOVASI DALAM PELAYANAN GEREJA KRISTUS.
Itu berarti suatu kemauan untuk bertindak, seperti Yosua dan Kaleb, sebagai mata-mata di bukit, jari-jemari menunjuk ke arah masa depan, berteriak balik kepada umat Allah bahwa jalan untuk maju sangat jelas.
Saya ingin menjadi seorang pemikir dan seorang praktisi karena penting bagi kita dalam gereja untuk mencari tahu bagaimana menjalani hidup digital akan benar-benar berhasil dalam ritme hari demi hari di jemaat sekitar.
Untuk menyebut seseorang sebagai "ahli pelayanan digital" menyiratkan, yang pertama, kompetensi terhadap teknologi yang sedang berkembang, yang diadaptasikan untuk pekerjaan gereja. Itulah yang saya alami. Keahlian saya adalah cerita digital. Orang-orang lain dalam daftar telah mendukung teknologi-teknologi yang sedang berkembang, seperti media sosial, podcast, dan banyak lagi. Namun, akan menjadi sebuah kesalahan untuk mengurangi teknologi menjadi serangkaian taktik.
Saya belum menanyai sebelas "ahli pelayanan digital" lainnya, tetapi saya rasa mereka, seperti saya, akan lebih memilih untuk dikenal bukan hanya karena kompetensi terhadap sederet kemampuan teknis tertentu, melainkan juga karena ketertarikan untuk membuat Injil dikenal pada ruang dan waktu tempat mereka tinggal.
Teknologi adalah hasil dari produk dan layanan inovatif, dan inovasi hanyalah kreativitas yang disalurkan. Maka dari itu, teknologi adalah hasil dari kreativitas, dan sebagai Kristus-Kristus kecil, sebagai gambar miniatur Allah Pencipta, pelayanan digital adalah hak asasi dan panggilan kreatif kita.
Lebih jauh lagi, adalah sifat Inkarnasi untuk membuat suci ruang dan waktu tempat kita hidup. Allah tidak tinggal dalam ruangan yang ditutup tirai; Allah ada bersama-sama dengan kita SEKARANG ini, bekerja melalui kita untuk menebus dunia, dan membawa dunia kembali kepada Allah, dan kita perlu melakukan hal yang sama, dan mau memperkenalkan teknologi baru dalam praktik-praktik gereja kita.
Jadi, sesungguhnya, pelayanan digital adalah sesuatu yang seharusnya dikerjakan oleh semua orang di gereja. Saya tidak mengatakan bahwa setiap orang perlu membuat akun Instagram, tentunya, tetapi yang saya maksudkan adalah memahami komunikasi zaman sekarang dan membuat hal-hal baru dan berbagai peningkatan berulang dan mencari cara-cara untuk kita bisa menginkarnasikan Injil Yesus ke dalam dunia tempat kita tinggal.
Percayalah, barangkali tidak akan terasa seperti itu banyak hari, tetapi Allah sangat mendukung teknologi baru.
Mari kita semua menjadi ahli pelayanan digital. (t/Odysius)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Len Wilson |
Alamat URL | : | http://lenwilson.us/what-digital-ministry-means/ |
Judul asli artikel | : | What Digital Ministry Means (and How It Relates to Creativity) |
Penulis artikel | : | Len Wilson |
Tanggal akses | : | 21 Februari 2017 |