Terdapat sebuah artikel menarik di Wall Street Journal yang berjudul The Six Laws of Technology Everyone Should Know (Enam Hukum Teknologi yang Perlu Diketahui oleh Semua Orang). Artikel tersebut didasarkan pada tulisan Melvin Kranzberg, seorang profesor sejarah teknologi di Georgia Institute of Technology.
Dia menulis tentang hukum-hukum tersebut 30 tahun yang lalu berdasarkan contoh-contoh yang diambil dari Perang Dingin.
Akan tetapi, hukum-hukum itu telah menjadi legendaris di antara para praktisi teknologi, dan berfungsi sebagai semacam Sumpah Hippokrates bagi semua orang yang membangun/menciptakan berbagai hal. Daftar itu menarik dan layak untuk direnungkan secara mendalam.
1. "Teknologi tidaklah baik atau buruk, dan tidak juga netral."
Ini adalah hukum Kranzberg yang pertama dan dianggap sebagai yang terpenting. Dia memahami bahwa dampak teknologi ditentukan oleh konteks geografis dan budayanya. Artinya, dampak tersebut sering kali bisa baik dan buruk pada saat yang bersamaan. Bayangkan tentang berbagai grup Facebook yang berfungsi sebagai dukungan bagi para orang tua yang memiliki anak pengidap penyakit langka dan berbagai grup Facebook yang meradikalkan para ekstremis politik.
Pelajarannya? Perusahaan-perusahaan teknologi perlu "mencoba untuk mengantisipasi dampak potensial dari apa pun yang mereka hasilkan".
Realitasnya? Sering kali, mereka bahkan tidak mencobanya.
2. "Penemuan adalah ibu dari kebutuhan."
Tidak, Anda tidak salah baca. Frasa yang sering dipakai adalah "Kebutuhan adalah ibu dari penemuan". Akan tetapi, intinya, tulis Kranzberg, adalah "setiap inovasi teknologi tampaknya memerlukan kemajuan teknologi tambahan untuk membuatnya benar-benar efektif".
Pertimbangkanlah tentang ponsel pintar -- penciptaannya menuntut "banyak teknologi lainnya, mulai dari sarung ponsel hingga koneksi nirkabel 5G".
3. "Teknologi tiba dalam paket, besar dan kecil."
Semua ini adalah tentang interdependensi dan interaksi. Pertimbangkan tentang bagaimana "baja, minyak, dan kereta api adalah paket teknologi yang mendominasi abad ke-19 dan awal abad ke-20". Pada masa kini, paket itu adalah "internet, ponsel, dan konektivitas nirkabel".
4. "Meski teknologi mungkin merupakan elemen utama dalam banyak isu publik, faktor-faktor nonteknis lebih diutamakan dalam keputusan-keputusan terkait kebijakan teknologi."
Ini adalah sesuatu yang sangat layak untuk direnungkan. Teknologi, dalam dan oleh dirinya sendiri, tidak memiliki kekuatan yang hakiki. Seperti yang dikatakan oleh sejarawan Robert C. Post, yang adalah teman dan kolega Kranzberg, "Teknologi harus digerakkan oleh kekuatan politik atau kekuatan budaya atau sesuatu yang lain."
Pertimbangkan tentang bagaimana Kongres menyatakan maksudnya untuk memaksa Google, Facebook, dan perusahaan-perusahaan lain untuk mengungkapkan siapa yang membayar iklan-iklan politik pada platform mereka. Ini sudah menjadi norma untuk TV, radio, dan media cetak.
5. "Semua sejarah itu relevan, tetapi sejarah teknologi adalah yang paling relevan."
Kekuatan pendorong di balik "hukum" ini adalah bagaimana Perang Dingin "menyebabkan penumpukan senjata nuklir dan misil untuk dikirimkan ke mana saja di muka bumi. Hal itu menuntun ke pengembangan sistem komunikasi tahan perang: internet".
Ya, pada waktu itu (dan pada saat ini), senjata nuklir sedikit relevan. Potensi penghancuran peradaban sebagaimana yang kita ketahui itu layak untuk diperhatikan. Akan tetapi, kebenaran yang baru adalah bahwa akan sulit untuk membuat argumen bahwa ada sesuatu di dunia kita ini yang lebih relevan daripada kemajuan teknologi. Dampaknya terlalu kuat dan lingkaran pengaruhnya terlalu luas.
6. "Teknologi adalah aktivitas yang sangat manusiawi."
Artikel di Wall Street Journal mencatat bagaimana Pejabat Eksekutif Tinggi Apple Inc., Tim Cook, dalam pidato commencement speech di MIT, berkata, "Teknologi mampu melakukan hal-hal luar biasa. Namun, ia tidak ingin melakukan hal-hal luar biasa -- ia tidak menginginkan apa pun." Apa maksudnya? Maksudnya adalah, terlepas dari kekuatannya, "cara kita menggunakan teknologi tergantung pada kita."
Ya.
Namun, biarlah perkataan untuk menutup berasal dari Kranzberg:
"Banyak dari permasalahan terkait teknologi yang kita hadapi muncul dikarenakan konsekuensi-konsekuensi tidak terduga saat teknologi-teknologi yang tampaknya jinak digunakan dalam skala besar."
Sekali lagi, ya. Seperti skala sebesar "Menara Babel".
Kita tahu bagaimana akhir ceritanya.
Sumber:
Mims, Christopher. The Six Laws of Technology Everyone Should Know. The Wall Street Journal, 26 November 2017.
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Church & Culture |
Alamat situs | : | https://www.churchandculture.org/.../the-six-laws-of-technology |
Judul asli artikel | : | The Six Laws of Technology |
Penulis artikel | : | James Emery White |
Tanggal akses | : | 19 Maret 2018 |
• • •
Artikel ini merupakan tulisan yang sangat baik untuk memahami lebih banyak tentang teknologi. Namun, bagaimana jika artikel ini dikaitkan dengan konteks kekristenan? Apa dampaknya untuk gereja? Bagaimana orang Kristen bisa menerapkannya dalam kehidupan pelayanan mereka? Artikel-artikel semacam inilah yang menjadi alasan lahirnya publikasi IT-4-GOD, yaitu untuk menggumulkan tentang bagaimana teknologi bisa dipakai untuk Tuhan. Bagaimana respons Anda setelah membaca artikel ini? Bagikanlah perenungan Anda kepada orang-orang di sekitar Anda.