Apps4God

Submitted by admin on Fri, 03/10/2017 - 12:00

Pada awal Maret 2017, salah satu Sahabat Apps4God, Sdr. Yanadi Sutan Gading, membagikan sebuah tautan di kronologi Facebook Apps4God. Tautan yang berjudul Coding for the Kingdom tersebut adalah hasil wawancara antara tim The Gospel Coalition dan Adam Murray, pengembang web senior di World Vision (organisasi nirlaba yang bergerak di bidang pemberdayaan anak - Red.). Adam Murray juga melayani sebagai asisten pendeta di Priest Lake Christian Fellowship di Nashville, Tennessee. Wawancara ini adalah bagian dari TGCvocations, sebuah kolom mingguan The Gospel Coalition yang mengajak pelanggannya berbagi cerita tentang bagaimana mengintegrasikan iman dengan pekerjaan. Berikut ini isi wawancaranya.

1. The Gospel Coalition (TGC): Apa pekerjaan Anda sehari-hari?

Adam Murray (AM): Saya adalah seorang teknisi perangkat lunak dan seorang pendeta. Mengerjakan dua pekerjaan sangatlah berat. Namun, bersyukur, saya bisa bekerja dari rumah, yang memberi saya sejumlah keleluasaan, dan tugas kependetaan saya bisa dialihkan sebagian kepada yang lain. Selain itu, saya juga seorang pengelola sebuah acara hackathon Kristen lokal yang disebut Code for the Kingdom Nashville (C4TK).

2. TGC: Sebagai pembawa gambar/rupa Allah, bagaimana pekerjaan Anda mencerminkan sejumlah aspek dari pekerjaan Allah?

AM: Pada acara hackathon tahun lalu, seorang profesor teologi memberikan sebuah ceramah yang menggambarkan bahwa aktivitas memprogram sebagai sebuah perpanjangan dari Kejadian 1-2. Pertama, bumi masih kosong; kemudian, Allah berfirman dan menciptakan alam semesta yang menakjubkan ini. Dengan cara yang sama, memprogram adalah mewujudkan ide-ide -- yang pada esensinya tidak berwujud -- menjadi kenyataan melalui bahasa komputer. Ini adalah refleksi yang bagus tentang gambar Allah dalam diri manusia.

Dengan bekerja bagi C4TK, saya juga melihat bagaimana memprogram memiliki potensi besar membawa orang-orang berkumpul menjadi satu. Pada acara-acara yang kami selenggarakan, orang-orang yang ingin melayani komunitas-komunitas mereka membawa ide-ide mereka, dan kami bekerja bersama untuk meningkatkan dan mengembangkannya. Ini adalah gambar Allah juga. Ia esa dan tiga, dan di dalam Kristus, Ia mengundang kita ke dalam sebuah persekutuan. Seperti segala sesuatu yang diciptakan menurut gambar-Nya, ketika kita ada bersama orang-orang lain, kita menjadi diri kita yang sebenarnya dan menciptakan hal-hal yang lebih hebat lagi.

3. TGC: Bagaimana pekerjaan Anda memberikan sudut pandang yang unik mengenai kerusakan dunia?

AM: Satu hal yang membuat saya tertarik dengan aktivitas memprogram adalah bahwa saya bisa mengetikkan sesuatu, dan secara literal, satu detik kemudian, saya bisa melihatnya menjadi sebuah wujud di depan mata saya. Itu keren, tetapi bisa mengarahkan saya pada kepuasan sesaat dan perasaan berkuasa yang salah. Memprogram adalah keahlian yang dihargai tinggi pada masa sekarang ini. Mudah sekali bagi para programmer untuk tenggelam dalam pekerjaan mereka dan berpikir, "Inilah nilai hidup saya," dan kemudian terjebak untuk mengejar hal-hal yang tak pernah berakhir. Memprogram adalah pekerjaan yang hebat, tetapi jika Anda tidak menyandang identitas yang lebih besar, Anda akan menyia-nyiakan keahlian dan kehidupan Anda.

4. TGC: Yesus memerintahkan kita untuk "mengasihi sesama seperti diri sendiri". Bagaimana pekerjaan Anda berfungsi sebagai sarana untuk mengasihi dan melayani orang lain?

AM: Tahun lalu, saya membangun situs pendanaan World Vision untuk meningkatkan kesadaran tentang kebutuhan anak-anak di seluruh dunia. Tidak ada seorang pun yang terberkati oleh pekerjaan saya itu, mengucapkan terima kasih atas apa yang saya lakukan -- karena mereka juga benar-benar tidak tahu bahwa sayalah yang mengerjakannya. Akan tetapi, seperti itulah yang dimaksudkan bagi kita semua: kita mesti mengasihi sesama kita tanpa perlu dikenal karena pekerjaan kita adalah bagian dari tujuan kelembagaan yang lebih besar.

Seorang teman yang menjalankan usaha restoran ingin membantu sesama anggota gerejanya agar tidak takut/segan dengan orang-orang yang membutuhkan pertolongan -- para tunawisma, imigran ilegal, dan pengungsi. Ia mengunjungi hackathon tahun lalu untuk membagikan idenya, dan kami membantunya mengembangkan ide itu ke dalam sebuah laras yang beresonansi dengan orang-orang. Idenya -- yang sekarang ini menjadi sebuah kampanye bernama "Be the Samaritan" (Menjadi Orang Samaria yang Baik Hati - Red.) -- masih terus berjalan, jadi ia akan kembali lagi (ke acara hackathon) tahun ini. Saya menyukai idenya, dan saya senang karena itu memperlihatkan bahwa kerja sama kami sebagai pengembang memberikan suatu peluang untuk melayani orang-orang yang ada di sekitar kami. (t/Aji)

Diambil dari:

Nama situs The Gospel Coalition
Alamat URL https://www.thegospelcoalition.org/article/coding-for-the-kingdom
Judul artikel Coding for the Kingdom
Penulis artikel Timoteo Sazo
Tanggal akses 1 Maret 2017