DAFTAR ISI
• App-✞alks: IMAGO Creative Conference 2016: UNITED to BUILD
• Google Namai Android Terbaru Android Nougat
• App-✞alks: Wawancara dengan Staf Komunitas Media Sosial YLSA
3. PELAYANAN / PROYEK / PROGRAM
• App-✞ech: Kesempatan untuk Menjangkau Generasi Muda dengan Vlog (Video Blog)
• Mengobarkan Semangat #Ayo_PA di GKIm Anugerah
• Lima Cara agar Gereja Dapat Beradaptasi dengan "Digital Native"
EDITORIAL | ||||
Shalom Sahabat Apps4God, In Christ,
|
REPORTASE |
App-✞alks: IMAGO Creative Conference 2016: UNITED to BUILD
Saat ini, kita sedang mengalami DARURAT GENERASI. Anak muda sekarang sedang dimuridkan oleh budaya dunia melalui banjirnya informasi di dunia teknologi dan media sosial. Terinspirasi dari kisah Nehemia yang diutus oleh Tuhan untuk membangun kembali tembok Yerusalem yang runtuh, gereja harus bersatu memelopori cara-cara inovatif untuk menyelamatkan dan membangun generasi masa kini. Ini saatnya, kita bersama-sama melakukan hal-hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Gerakan Imago Planet yang dicanangkan oleh lembaga pelayanan Cahaya Bagi Negeri (CBN) kembali mengajak orang-orang Kristen Indonesia, khususnya para generasi muda, untuk bergabung dalam IMAGO Creative Conference 2016 yang mengangkat tema "UNITED to BUILD". Acara akan dilaksanakan di Nafiri Convention Hall, Central Park, Jakarta, pada Jumat, 12 Agustus 2016, dan akan diisi oleh pembicara-pembicara:
Dalam acara ini, Anda juga dapat mengikuti Creative Class berupa workshop dari berbagai bidang yang akan dibawakan oleh orang-orang yang telah ahli di bidangnya, yaitu:
Silakan bergabung dalam konferensi ini dengan mendaftarkan diri di www.imagoplanet.com ataupun menghubungi 0878.8000.1404. Reportase lainnya: Google Namai Android Terbaru Android NougatJakarta (ANTARA News) - Setelah berbulan-bulan banyak spekulasi tentang update, bahkan sempat menggelar sayembara untuk nama untuk Android N, Google akhirnya menamai sistem operasi mobile terbarunya itu Android Nougat. Hanya dalam 9 tahun Android telah berkembang hingga kini memasuki versi (N)ougat. Android adalah salah satu teknologi yang cukup banyak memberikan pengaruh terhadap perubahan zaman, teknologi ini telah mengubah cara pandang kita terhadap telepon genggam menjadi lebih dari sekedar telepon genggam. Kini telepon genggam tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi tetapi telah menjadi pintu gerbang dari berbagai aktivitas manusia khususnya bagi mereka para generasi digital native. Bagaimana gereja menanggapi perkembangan ini? Sudahkah gereja memandang teknologi sebagai sebuah kesempatan untuk menjangkau lebih banyak orang dan sebagai penolong dalam pelayanan? Sudah saatnya gereja menyadari hal ini dan memulai langkah pelayanan teknologi digital atau gereja akan semakin tertinggal dan ditinggalkan oleh generasi muda ini. |
KOMUNITAS |
App-✞alks: Wawancara dengan Staf Komunitas Media Sosial YLSA Sebagian orang mungkin menganggap media sosial membawa pengaruh yang buruk, tetapi Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) melihat ini sebagai kesempatan untuk membuka ladang pelayanan baru di dunia internet. Salah satunya dengan memakainya untuk membuat grup diskusi Kristen. Pada edisi sebelumnya, kita telah melihat bagaimana beberapa grup diskusi medsos YLSA dipakai untuk berdiskusi tentang hal-hal seputar kekristenan. Berikut ini adalah sebuah wawancara singkat dengan salah satu staf dari YLSA, Santi Titik Lestari, yang mengelola grup diskusi YLSA dengan media sosial Facebook. A4G: Apa yang menjadi awal atau latar belakang diadakannya grup diskusi ini? A4G: Apa saja yang akan dilakukan di dalam grup diskusi tersebut dan berapa lama biasanya waktu pelaksanaan diskusi? A4G: Berkat apa yang didapat dari mengelola grup diskusi? Mari memperlengkapi diri dengan pengetahuan untuk pandai menjalankan grup diskusi Kristen agar fondasi pelayanan masyarakat Kristen semakin terbangun. Kiranya ini menjadi inspirasi bagi gereja untuk memulai pelayanan digital. |
PELAYANAN / PROYEK / PROGRAM |
App-✞ech: Kesempatan untuk Menjangkau Generasi Muda dengan Vlog (Video Blog)
Baru-baru ini, media massa dan berbagai jejaring sosial sedang diramaikan dengan liputan yang membahas tentang sebuah video adu panco Presiden Jokowi dan anaknya, yang diunggah di channel Youtube pribadi Kaesang Pangarep, anak bungsu dari Jokowi. Video singkat tersebut biasa disebut vlog. Saat ini, vlog atau video blog sedang menjadi tren baru dan sangat digandrungi, khususnya oleh anak-anak muda di dunia digital. Vlog sendiri mulai marak di Indonesia sejak 2015, seiring dengan berkembangnya fasilitas internet dan gadget. Dengan berbekal video camera atau smartphone dan koneksi internet, semua orang bisa membuat vlog. Isi vlog sendiri tidak terbatas pada hal tertentu saja. Vlog bisa berisi tutorial, kegiatan sehari-hari, curahan hati, obrolan singkat, cerita lucu berupa meme atau parodi, atau bahkan video klip dari suatu lagu. Vlog yang kita buat juga bisa kita bagikan kepada dunia dengan meng-upload-nya di channel Youtube maupun di akun media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dsb.. Vlog dinilai sebagai alternatif blog yang lebih menyenangkan apalagi bagi generasi digital saat ini yang cenderung lebih menikmati tampilan video dibanding teks. Peluang ini sebenarnya sudah banyak dilirik oleh beberapa pelayanan seperti SABDA, yesHEis, generasi Zeru, imago planet, rohanividgram, dan masih banyak lagi. Melalui akun media sosial, mereka berbagi berbagai video yang rohani, yang lucu, dan membangun meskipun kadang ada beberapa yang berupa "sindiran" dan "parodi". Gereja pun dapat memanfaatkan tren ini untuk pelayanan kaum muda. Remaja dan pemuda gereja bisa diminta untuk membuat vlog tentang berbagai hal seputar diri mereka sebagai generasi digital yang Kristen, atau tentang kekristenan pada umumnya, bahkan cerita-cerita ringan dalam kehidupan sehari-hari yang bisa menjadi berkat bagi banyak orang. Dengan vlog, generasi muda gereja dapat belajar untuk menjangkau generasinya bagi Kristus. Berikut beberapa contoh vlog yang mungkin bisa menjadi inspirasi untuk pelayanan Anda:
|
AYO PA |
Mengobarkan Semangat #Ayo_PA di GKIm Anugerah
Pada tanggal 19 Juni 2016, tim #ayo_PA! dari Yayasan Lembaga SABDA kembali mendengungkan semangat ber-PA dengan gadget di persekutuan praremaja "Morning Generation" GKIm Anugerah, Serengan. Cuaca mendung, bahkan banjir, di berbagai lokasi di Surakarta tidak menghalangi tim untuk datang ke GKIm Anugerah. Sayangnya, karena keadaan banjir di wilayah selatan kota Solo tersebut, hanya sedikit anggota praremaja yang hadir di persekutuan hari itu. Minggu itu juga bertepatan dengan dimulainya liburan sekolah sehingga beberapa anak bepergian keluar kota. Presentasi dibagi menjadi dua sesi, dan dua-duanya dibawakan dengan baik. Para pemuda-remaja atau para "Digital Native" sudah tidak asing dengan teknologi sehingga penjelasan tentang bagaimana melakukan Pendalaman Alkitab dengan gadget, khususnya dengan metode S.A.B.D.A. (Simak, Analisa, Belajar, Doa/Diskusi, Aplikasi), sangat cocok bagi mereka. Anak praremaja GKIm Anugerah cukup antusias mengikuti presentasi dan mempraktikkan metode S.A.B.D.A. ini secara langsung. Pembina Remaja juga mengatakan akan menggunakan metode ini untuk persiapan renungan dan juga untuk melakukan PA dengan teman-teman remajanya. Tim #ayo_PA! berharap agar tagline gerakan #ayo_PA! yaitu "GADGETKU UNTUK PERTUMBUHAN ROHANIKU DAN TEMAN-TEMANKU" tertanam dalam benak mereka sehingga mereka mau berkomitmen untuk menggunakan gadget mereka untuk kemuliaan nama Tuhan. [Ariel, anggota tim #ayo_PA!] |
ARTIKEL+ |
Lima Cara agar Gereja Dapat Beradaptasi dengan "Digital Native"
Tim Challies, dalam karya seminalnya tentang keterlibatan teknologi Kristen, "The Next Story" (Kisah Selanjutnya - Red.), menulis tentang Digital Native: Bagi Anda, barangkali tidak ada pembedaan yang besar atau penting antara hidup secara daring (online) dan luring (offline). Identitas Anda di alam digital dan identitas Anda di alam darah dan daging adalah sama. Anda barangkali memiliki representasi yang berbeda terhadap identitas tersebut, tetapi Anda hanya membuat sedikit pembedaan di antara mereka. Anda berpindah dengan mulus antara interaksi tatap muka dan interaksi digital melalui perpesanan (pengiriman pesan) atau e-mail. Bahkan, Anda mungkin lebih memilih interaksi digital karena mendapati interaksi tatap muka sepertinya tidak alami atau malah mengintimidasi. Ponsel Anda merupakan bagian dari diri Anda, dan tanpanya Anda merasa seolah dunia sedang bergerak tanpa Anda. Anda menikmati televisi dan berselancar di web, dan khususnya menikmati melakukan dua atau tiga hal ini secara bersamaan. Anda bisa bolak-balik beralih antara hal-hal itu semudah Anda mengganti kaus kaki Anda. Pertanyaan yang seharusnya ditanyakan oleh para pemimpin gereja terkait dengan orang-orang Digital Native adalah "Apakah gereja kita telah diperlengkapi untuk secara sengaja mengikutsertakan Digital Native?" Injil selalu adalah pesan dari gereja lokal, tetapi metode yang kita gunakan untuk mengomunikasikan pesan ini terus berganti seiring berjalannya waktu. Apakah anggota-anggota gereja pada masa kini adalah orang-orang yang kepadanya gereja-gereja kita didesain untuk menggembalakan mereka? Di antara banyak gereja, mereka bukanlah orang-orang semacam itu. Berikut ini adalah lima cara yang bisa Anda pikirkan tentang para Digital Native sembari Anda memimpin gereja Anda:
Selain lima cara di atas, adakah ide lain yang Sahabat Apps4God miliki untuk melibatkan para Digital Native dalam gereja? Silakan berbagi dengan rekan-rekan lain mengenai hal tersebut dalam Facebook Apps4God. Lima Cara untuk Gereja Anda Dapat Beradaptasi terhadap Orang-Orang "Digital Native"
|
- 0 views