Tidak dapat disangkal, teknologi bisa dipandang sebagai sesuatu yang netral, tergantung orang yang memakainya. Misalnya, pisau dapat digunakan untuk memotong daging dan menjamu orang yang lapar, tetapi pisau juga dapat digunakan untuk membunuh. Kalau kita aplikasikan ini pada granat, jelas granat dibuat untuk tujuan perang, yaitu melumpuhkan musuh. Maka, sulit mengatakan bahwa granat ini netral pada dirinya sendiri sehingga ketika menempatkan granat di ruang tamu, kita tidak akan mungkin bisa menerimanya.
Karena pengaruh negatif dari teknologi, ada orang yang berusaha menjauhkan diri dari teknologi. Mereka seperti orang-orang "amish" yang menyendiri, menghindari teknologi dan dunia yang dianggap sudah korup. Namun, orang percaya tidak dipanggil untuk itu. Kita dipanggil untuk menebus (redeem) teknologi. Kita dipanggil untuk menggarami dan menerangi dunia ini.
Sebelum kita melihat teknologi dipakai untuk memuliakan nama Tuhan, terlebih dahulu kita harus melihatnya dari sisi kerangka penciptaan. Pada waktu penciptaan, Allah melihat bahwa semua yang diciptakan-Nya itu baik. Semua dari Dia untuk kemuliaan nama-Nya. Allah meletakkan Adam yang dipanggil untuk memelihara dan mengusahakan taman. Adam juga mulai melakukan tugasnya dengan menamai binatang. Penggunaan bahasa untuk menamai binatang adalah teknologi permulaan. Kita mungkin mengira bahwa ini bukan teknologi dalam pengertian sekarang. Namun, marilah kita renungkan, bahkan alphabet ABC yang kita gunakan sekarang sebenarnya bukan ada dari awalnya. Alphabet itu adalah artefak yang dibuat manusia. Kembali kepada penciptaan, Tuhan menciptakan teknologi itu baik adanya dan untuk kemuliaan Tuhan.
Semenjak kejatuhan manusia dalam dosa, teknologi tetap dipakai untuk kebaikan. Misalnya, ketika Adam dan Hawa menggunakan teknologi baju daun-daunan untuk menutupi tubuh mereka dari rasa malu dan dosa, Allah menyiapkan baju dari teknologi yang lebih maju, yaitu baju dari kulit binatang. Hal ini melambangkan bahwa untuk menutupi malu dan dosa perlu ada pengorbanan. Ini merujuk pada Kristus.
Sepanjang jalan cerita Alkitab sampai sekarang, Tuhan Allah menggunakan teknologi untuk menyatakan diri-Nya. Dari dua loh batu, teknologi untuk membuat kemah suci -- yang merupakan satu simbol dan realitas penyertaan Tuhan --, teknologi untuk membangun bait Allah, bahasa Ibrani, firman Tuhan yang dituliskan (manuscript) pada papirus-paripus, semuanya itu adalah penggunaan teknologi untuk Tuhan. Pada zaman Yunani, Aleksander Agung membangun jalan raya di kota-kota. Kemudian, pada zaman penganiayaan umat percaya, teknologi jalan raya ini justru membuat umat percaya dan Injil makin cepat tersebar ke mana-mana. Pada zaman Reformasi, mesin cetak Guttenberg dipakai untuk menyalin Alkitab sehingga umat Tuhan bisa mengerti Alkitab dalam bahasa Jerman, bukan dalam bahasa Latin yang tidak mereka mengerti. Semangat Reformasi mendorong penerjemahan dan penyebaran firman Allah ke bahasa-bahasa lain. Pada zaman Internet ini, teknologi juga dipakai untuk menyebarkan Injil ke seluruh dunia. Dengan adanya multimedia, multiplatform, dan multichannel, hal ini memudahkan berita Injil sampai ke ujung dunia.
Jadi, terlepas dari kejatuhan manusia dalam dosa, kita dapat menyimpulkan bahwa teknologi tetap dapat dipakai untuk memuliakan Tuhan. Sebagai orang percaya, kita harus menebus teknologi demi kemuliaan nama-Nya. Kalau kita merenungkan peristiwa kematian Yesus Kristus di kayu salib, kita melihat bahwa Tuhan kita mati dengan menggunakan teknologi penyiksaan yang dipakai pada zaman itu. Namun, Tuhan menebus teknologi penyaliban yang membawa kepada kematian itu menjadi sesuatu yang membawa kepada kehidupan. Ini adalah hikmat Tuhan yang luar biasa. Kematian Yesus Kristus membawa kepada hidup yang kekal bagi orang yang percaya pada-Nya.
Dalam Alkitab, Tuhan Yesus disebut sebagai anak tukang kayu. Anak tukang kayu asal katanya adalah tekton, kata yang digunakan untuk teknologi. Sebagai anak tukang kayu, Tuhan Yesus sendiri sebelum terjun ke pelayanan publik, Dia bekerja menggunakan teknologi pada masa itu. Tuhan sendiri tidak antiteknologi. Dari perumpamaan-Nya, kita melihat Tuhan menggunakan istilah dari dunia teknik perkayuan. "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?" (Matius 7:6) Tuhan menggunakan istilah teknologi pada masa itu untuk mengajarkan firman-Nya. Jadi, marilah kita menggunakan teknologi untuk Tuhan, sebab teknologi berasal dari Tuhan dan seharusnya kembali digunakan untuk Tuhan.
"IT from God dan IT for God"