Apps4God

Submitted by admin on Mon, 01/25/2021 - 11:06

Ada kata baru yang sekaligus juga penting: figital.

Kata itu mencerminkan kebutuhan yang terus meningkat terhadap arus tanpa sela antara yang fisik dan yang digital. Seperti diungkapkan dalam suatu artikel oleh Bizcommunity, dalam kaitannya terhadap dunia ritel:

Model-model bisnis figital inovatif, tempat batu bata, ter, dan digital terintegrasi tanpa sela, mulai bermunculan di berbagai belahan dunia. Akan tetapi, pengalaman figital yang terbaik masih selaras dengan strategi penjualan model lama: penarikan, retensi, keterlibatan, pengalaman, dan loyalitas pelanggan serta brand itu sendiri. Faktor-faktor yang terus berubah adalah [perilaku] belanja dan teknologi baru. Hasilnya: untuk tetap bertahan dalam permainan ritel, figital adalah caranya, dan saat ini, situasinya adalah pilihan antara beradaptasi atau mati.

Berikut ini enam cara yang menunjukkan bahwa "beradaptasi atau mati" itu berlaku:

  1. Toko dengan prinsip agile.
    Konsep tentang peranan toko fisik sudah berubah. Jika sebelumnya etalase toko merupakan bagian dari pola pikir pembelanja, sekarang ada pembelanja-pembelanja muda yang tidak mengetahui adanya toko-toko fisik yang mendominasi lanskap. Nils Van Dam dari Duval Union Consulting memperkirakan bahwa sekitar 30 -- 40 [persen] dari swalayan di berbagai tempat akan gulung tikar dalam satu dekade ke depan.
  2. Disrupsi model bisnis ritel.
    Toko-toko figital, yang tidak pernah dilihat atau dirasakan orang sebelumnya, banyak dibangun sekarang ini, yang terbesar di antaranya adalah Amazon dan Alibaba. Para pemain mega-online ini meletakkan fondasi-fondasi baru dengan toko-toko batu bata dan ter -- yaitu Whole Foods dan Hema. Prinsip utamanya sepertinya adalah ini: Apa pun ranah yang tidak Anda cakup, cakuplah itu. Hal lain yang perlu diperhatikan tentang disrupsi adalah bahwa kegesitan dan adopsi itu berbeda dari segi produk apa yang Anda jual. Menurut PWC, dalam kategori seperti busana, 43 [persen] dari pelanggan sudah menganggap diri mereka sebagai pembelanja segala jalur, yang berbelanja baik secara luring maupun daring.
  3. Pukulan yang berbeda untuk kelompok orang yang berbeda.
    Secara cukup mengejutkan, alasan lain mengapa batu bata dan ter masih berlaku bisa jadi adalah Gen Z. Bukan karena mereka suka berbelanja di pusat perbelanjaan, melainkan karena mereka menuntut adanya segala opsi bagi mereka. Sebanyak 75 persen dari generasi Gen Z yang disurvei oleh Newsroom Synchrony mengatakan bahwa mereka lebih menyukai berbelanja di toko dengan pengalaman yang menyenangkan, sementara 45 [persen] lainnya mengatakan bahwa pengalaman ketika membeli sesuatu itu sama pentingnya dengan produk itu sendiri. Fakta menarik lainnya tentang Gen Z adalah jika mereka memiliki suatu produk dalam troli belanja mereka ketika sedang berbelanja secara daring, mereka berekspektasi bahwa itu juga terintegrasi tanpa sela dengan pengalaman mereka ketika berbelanja di toko fisik.
  4. Mencakup segala ranah.
    Para pengecer agile menaikkan taruhan mereka dengan teknologi daring dan toko. Teknologi figital yang lebih umum ditemukan di toko mencakup perangkat untuk memindai sendiri, tablet untuk tanda tangan digital, dan tag pintar. Inovasi lain yang sedang diuji coba, misalnya demo virtual bertenaga AR, smart mirror beacon, avatar digital di toko yang bersifat personal, perangkat lunak pendeteksi wajah yang dapat menebak gender dan usia pelanggan, dan ruang ganti interaktif dengan kiosk berlayar sentuh.
  5. Pengalaman Uber.
    Suatu toko dari batu bata dan ter perlu membaurkan "mode baru" apa pun yang sedang mengetren -- entah itu lokakarya memasak ataupun yoga. Sebagai contoh, Green Swan, pemilik Intertoys, berencana untuk menyewakan mainan untuk pesta anak-anak. Lalu, untuk tren toko tertinggi, lihat "toko serba ada terindah" berusia 185 tahun di Zurich, Jelmoli. Pengecer batu bata dan ter model lama ini memiliki [10] restoran besar dan kecil tempat mereka dapat memanggang bistik Anda selama 90 detik pada suhu 800 derajat.
  6. Peranan manusia.
    Menjaga agar toko batu bata dan ter tetap nyata dan manusiawi sangatlah relevan ... [untuk] demografis pembelanja menakjubkan yang di satu sisi menganggap bahwa perjalanan menuju pusat perbelanjaan adalah pengalaman keluarga yang berkesan, tetapi di sisi lain juga berbelanja "di luar radar" dengan berbelanja di toko-toko rumahan di daerah pinggiran kota dan pedesaan. Dalam kedua contoh tersebut, koneksi manusia sangat penting bagi pengalaman berbelanja. Pusat-pusat perbelanjaan mungkin perlu meningkatkan permainan mereka dalam tingkat eksperiensial dan toko-toko rumahan perlu ditanggapi lebih serius oleh para pengecer arus utama.

Perbincangan ini bukan hanya untuk dunia ritel. "Figitalitas", karena tidak ada kata yang lebih baik, akan tetap ada. Kata itu tidak mewakili eliminasi terhadap batu bata dan ter, melainkan mewakili pentingnya agar apa yang kita lakukan secara fisik terintegrasi dengan apa yang kita lakukan secara digital. Dan, idealnya, pentingnya mengusahakan agar keduanya menciptakan suatu sinergi yang lebih strategis daripada saat masing-masing terpisah sendiri.

Bayangkan tentang seseorang yang ingin mengamati suatu gereja. Kegiatan semacam itu dahulunya adalah proses yang hanya bisa dilakukan secara fisik -- sekarang, itu bisa dilakukan secara figital. Saat diundang oleh seorang teman, undangan tersebut biasanya adalah untuk mengamati gereja secara digital melalui situs web atau streaming internet. Jika semuanya berjalan baik, dari sini kunjungan fisik akan menyusul.

Implikasinya luas, tetapi banyak buah yang dapat kita petik:

Kehadiran digital Anda sekarang adalah pintu depan gereja Anda. Dengan demikian, kehadiran digital Anda harus dirancang layaknya sebuah pintu depan. Seperti halnya pada tahun 80-an, gereja-gereja belajar bahwa ibadah akhir pekan merupakan pintu depan gereja dan perlu "dibuka" dengan cara yang strategis dan sensitif secara disengaja, pada masa kini, kita harus membuka pintu depan situs-situs web dan media sosial kita dengan cara yang mengundang dan menarik.

Berbagai halangan sebelumnya yang Anda rasa merupakan yang pertama dan terutama yang mencegah orang mengamati gereja Anda -- seperti memiliki gedung di wilayah yang dekat secara fisik -- sebagian besar sudah diredam karena eksplorasi awal sekarang lebih ke arah digital daripada fisik. Ditambah lagi, jika mereka menyukai apa yang mereka alami secara digital, lokasi fisik tidak lagi menjadi faktor yang cukup besar untuk mencegah eksplorasi fisik yang akan menyusul.

Pintu depan digital Anda harus terintegrasi tanpa sela dengan pengalaman fisik ketika hadir di sana; cara yang paling jelas adalah dengan membuat agar pengalaman tersebut mencerminkan citra dan janji digital yang Anda proyeksikan.

Jangan biarkan aspek digital sekadar menjadi pintu depan -- biarkan sifat fisik gereja Anda terwujud dalam segala cara yang dapat dibayangkan, termasuk bagaimana pendaftaran untuk pelayanan anak bisa ditangani secara daring, sebuah aplikasi yang menawarkan cara untuk dapat dilayani dalam hal konten atau pembelajaran tambahan terkait dengan pesan khotbah pada akhir pekan tersebut, dan masih banyak lagi. Seorang pengunjung akan berjalan masuk karena adanya eksplorasi digital dan mereka memiliki ponsel pintar di tangan mereka. Pertahankan agar dinamikanya berjalan dalam cara yang dapat mendukung eksplorasi mereka sekaligus membina budaya asimilasi.

Pengalaman fisik Anda juga harus menyediakan apa yang tidak dapat disediakan oleh pengalaman digitalnya. Kita sudah tahu bahwa dunia digital itu terbatas dalam apa yang dapat disediakannya terkait komunitas yang berfungsi secara alkitabiah. Namun, orang yang mengeksplorasi gereja Anda kemungkinan besar belum mengetahuinya. Mereka perlu ditarik dengan yang digital, tetapi kemudian, setelah mengalami secara fisik, mereka perlu diingatkan bahwa apa pun yang mereka lihat secara streaming di muka (front-end) tidak akan dapat menggantikan apa yang mereka alami di belakang (back-end).

Kita semua baru mulai mengikis permukaan dari tuntutan figital ini, entah di dalam dunia ritel ataupun di dunia gereja. Meski begitu, jangan salah -- ada kedalaman di sana yang harus disalurkan bagi dampak Kerajaan Allah yang besar. (t/Odysius)


Diterjemahkan dari:

Nama situs : Ministry Tech
Alamat situs : https://ministrytech.com/tech-life/phygital/
Judul asli artikel : Physical + Digital = Phygital (A New Word From James Emery White)
Penulis artikel : James Emery White