Pada tanggal 31 Agustus 2016 kemarin, tim Apps4God berkesempatan menghadiri acara Kopdar Blogger SABDA Space, sebuah situs blog Kristen yang dibangun oleh Yayasan Lembaga SABDA, dan telah memberkati masyarakat Indonesia bahkan masyarakat luar negeri selama sembilan tahun ini. Di sana, kami bertemu para blogger dari SABDA Space yang ternyata merupakan penulis-penulis sukses yang telah banyak menyumbangkan karya-karya terbaik di dunia literatur Indonesia.
Pada kesempatan tersebut, kami juga berhasil berkenalan dan berbincang-bincang dengan Bpk. Purnawan Kristanto, seorang blogger, praktisi komunikasi, penulis buku, serta penggagas buku renungan pelayanan anak "Footprints" yang kini menjadi fokus dari pelayanan beliau. Pria paruh baya yang biasa dipanggil Pak Wawan ini, menyadari pentingnya pelayanan anak karena usia kanak-kanak adalah usia di mana mereka sedang membentuk jati diri. Selain itu, unsur rohani sangat memegang peranan penting bagi masa depan mereka, apakah mereka akan tetap di dalam Kristus atau dicuri oleh Si Jahat.
Melalui talenta menulis dan panggilannya untuk melayani anak-anak, Pak Wawan bersama dengan timnya telah berhasil menerbitkan 32 volume renungan anak Footprint, bacaan pendamping bagi anak-anak dalam membaca Alkitab dan bersaat teduh. Renungan ini disusun berdasarkan bacaan dalam Alkitab. Jadi, jika anak-anak telah menyelesaikan 32 volume renungan ini, anak-anak tersebut telah berhasil membaca seluruh Perjanjian Baru secara tuntas, dari Matius sampai Wahyu. Dari 32 volume, bacaan Footprints dibagi menjadi empat gelombang. Tiap gelombang memiliki target tertentu. Sebagai contoh, gelombang I, yaitu volume 1 -- 16, menargetkan membaca Injil (Matius-Yohanes). Anak yang sudah tuntas membaca gelombang I (volume 1 -- 16) akan mendapat pin sebagai reward atas ketekunan mereka, juga agar hal tersebut memotivasi teman-teman mereka untuk membaca firman Tuhan.
Kami juga sempat berbagi tentang pergumulan kami mengenai anak-anak masa ini, yang tak lain adalah para digital native yang kini sudah tidak bisa lepas lagi dari gadget dan dunia digital di luar sana. Kerinduan kami adalah untuk bisa menjangkau mereka agar tetap di dalam Tuhan. Ternyata, hal tersebut pun telah menjadi pergumulan beliau selama ini. "Idealnya, anak-anak seharusnya tidak dibekali dengan gadget karena untuk akun Facebook sendiri, minimal usia yang diperbolehkan adalah tiga belas tahun. Namun, secara faktual, saat ini anak-anak sudah mengakses gadget dari usia dini melalui berbagai permainan. Suatu hal yang perlu dipikirkan, apakah sudah saatnya kita mempersiapkan diri untuk ikut terjun ke dunia pelayanan anak digital?" tutur beliau kepada Tim Apps4God. Pak Wawan melihat bahwa buku renungan yang beliau kerjakan ini merupakan alat yang tepat, dan beliau rindu untuk mengembangkannya ke dunia digital. Tetapi, beliau menegaskan bahwa bukanlah sekadar memindahkannya dari cetak ke bentuk digital. Konsep yang ia lihat adalah sesuatu yang lebih luas, yaitu sebuah proyek renungan digital yang interaktif, di mana melalui media tersebut, anak-anak bisa dituntun untuk menggali firman Tuhan, dan bukan sekadar membaca, mereka juga diberikan aktivitas yang interaktif layaknya permainan-permainan yang ada di smartphone. Namun, lagi-lagi, semua kerinduan tersebut terkendala oleh kurangnya sumber daya manusia, khususnya tenaga programmer dan desainer media interaktif. Meskipun begitu, mereka tidak menyerah dan tetap setia melakukan pelayanan mereka melalui berbagai pelayanan "Footprints" lainnya, seperti pelatihan-pelatihan, Sekolah Alkitab Liburan, dan menerbitkan berbagai buku pelayanan anak lainnya.
Perbincangan kami terus berlanjut membahas salah satu presentasi ✞ED pada acara Kopdar SABDA Space yang cukup menarik perhatian Pak Wawan, yaitu proyek SABDA Bot, suatu bot yang membantu mempelajari Alkitab melalui aplikasi chat yaitu Telegram. Pak Wawan melihat bahwa ini bisa menjadi salah satu cara menolong anak-anak muda agar mereka semakin mudah mengakses Alkitab. Ia sempat mengungkapkan bahwa dengan perkembangan teknologi dan media sosial ini, Tuhan telah membukakan pintu bagi kita untuk semakin mudah menjangkau lebih banyak orang kepada Kristus. "Dengan dunia digital, kita punya kesempatan untuk bisa masuk hingga ke kamar-kamar tidur orang," ujar beliau. Namun, saat ini, belum banyak pelayanan Kristen di Indonesia yang menyadari akan hal tersebut dan masih berkutat dengan pelayanan konvensional mereka dan menutup mata akan kesempatan tersebut hal itu. Gereja saat ini masih melayani dengan cara yang sama yang digunakan gereja sekian puluh tahun yang lalu. Sebaliknya, pelayanan lain justru sudah mengawali melakukan pelayanan secara digital. Pak Wawan tidak ingin hal itu sampai terjadi dan memiliki tekad bahwa "kami harus menjadi yang pertama melakukan pelayanan anak digital".
Beliau menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menghambat gereja mengadaptasi teknologi, salah satunya karena investasi yang mahal serta keterbatasan sumber daya manusia. IT belum menjadi bagian yang prioritas dalam pelayanan gereja. Gereja perlu senantiasa mengikuti kemajuan teknologi dan memilih teknologi yang memudahkan pelayanan gereja. Ratusan tahun lalu, Guttenberg menciptakan mesin cetak. Buku yang pertama kali dicetak oleh mesin itu adalah Alkitab. Sebelumnya, Alkitab digandakan dengan tulisan tangan. Akibatnya, jumlah Alkitab sedikit dan hanya dimiliki kaum elite. Setelah ada mesin cetak, Alkitab mudah diperbanyak dan mudah dibaca oleh banyak orang. Hal yang sama mestinya terjadi pada teknologi digital. Dengan kemajuan teknologi ini, akses atas firman Tuhan semestinya semakin mudah dan menjangkau banyak orang. Sudahkah itu disadari oleh gereja?
Melalui perbincangan ini, tim Apps4God semakin diingatkan tentang betapa urgent-nya pelayanan bagi generasi digital ini, dan bersyukur ternyata sudah banyak orang yang juga menyadari hal tersebut. Kiranya pelayanan dari Pak Wawan bisa semakin berkembang, dan mencapai mimpi dan harapan yang sudah dipaparkan di atas. Kami juga berharap bisa terjalin kerjasama antara penerbit Footprints dengan pelayanan Apps4God dan juga #Ayo_PA!, untuk membangkitkan semangat para generasi muda untuk mencintai firman Tuhan, dan mengaplikasikannya bagi kemuliaan Tuhan. Salam Apps4God!